Mengenal Keutamaan Ahlulbait Nabi Saw Hadis Safinah Nuh

Rate this item
(3 votes)
Mengenal Keutamaan Ahlulbait Nabi Saw Hadis Safinah Nuh

Terdapat beberapa ayat dan hadis yang menyebutkan tentang keutamaan
Ahlulbait Nabi Saw. Salah satu hadis tersebut adalah hadis safinah.
Hadis Safinah ini merupakan hadis Nabi Saw yang bersabda, "Perumpamaan
Ahlulbaitku seperti bahtera Nub, barang siapa yang menaikinya, niscaya
ia akan selamat; dan barang siapa tertinggal darinya, niscaya ia akan
tenggelam dan binasa."
Seluruh ulama Islam sepakat akan kesahihan hadis di atas (hadis
safinah) dan termasuk hadis yang sangat terkenal, dimana riwayatnya
hampir mencapai batas mutawatir. Hadis safinah tersebut diriwayatkan
oleh tokoh-tokoh ulama dari dua golongan Islam, Ahlus Sunnah dan
Syi'ah, yang jumlahnya melampaui seratus hafizh (penghafal Qur'an),
imam hadis, dan ahli sejarah dalam kitab-kitab sahih dan musnad
mereka. Mereka mengakui kesahihan hadis tersebut dan menerimanya
dengan penerimaan yang baik.

AI-Hakim meriwayatkan dalam al-Mustadrak dengan sanad dari Hanasy
al-Kinani, ia berkata, "Aku mendengar Abu Dzar berkata, sedangkan ia
memegang pintu Ka'bah, "Barangsiapa mengenalku, maka aku sebagaimana
yang kalian kenali; dan barang siapa yang tidak mengenalku, maka
perkenalkanlah aku adalah Abu Dzarr. Aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda, "Perumpamaan Ahlulbaitku seperti bahtera Nuh barangsiapa
yang menaikinya, niscaya ia akan selamat; dan barangsiapa yang
tertinggal darinya, niscaya ia akan tenggelam dan binasa." (Al-Hakim,
al-Mustadrak, jil. 2, hal. 343.) Al-Hakim berkata, "Hadis ini sahih
sesuai syarat Muslim."

Al-Thabrani meriwayatkan dalam Al-Ausath dari Abu Sa'id dari Nabi Saw,
ia bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan Ahlulbaitku di tengah-tengah
kalian seperti bahtera Nuh barangsiapa yang menaikinya, niscaya ia
akan selamat, sedangkan orang yang tertinggal darinya, niscaya ia akan
tenggelam."
Ibnu Hajar meriwayatkan di dalam Shawâ'iq-nya, yang bersumber dari
jalur yang berbeda-beda, dimana satu sama lainnya saling menguatkan,
sabda Nabi Saw, "Sesungguhnya perumpamaan Ahlulbaitku di tengah-tengah
kalian seperti bahtera Nuh barangsiapa yang menaikinya, niscaya ia
akan selamat." (Ibnu Hajar, Shawâ'iqul Muhriqa, hal. 151)

Dalam riwayat Muslim disebutkan, "... dan barangsiapa yang tertinggal
darinya, niscaya ia akan tenggelam. " Dan dalam riwayat yang lain
disebutkan, "... binasa."

Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan Ahlulbaitku di
tengah-tengah kalian seperti pintu pengampunan bagi Bani Israil,
barangsiapa yang memasukinya, niscaya ia akan diampuni. " Dan dalam
riwayat yang lain disebutkan, "... diampuni dosa-dosanya."

Nabi Saw bersabda di tempat yang lain dengan jalur yang banyak, dimana
sebagiannya menguatkan yang lain, "Perumpamaan Ahlulbaitku...," dalam
riwayat yang lain disebutkan, "Sesungguhnya perumpamaan
Ahlulbaitku...," dalam riwayat yang lain disebutkan, "Bahwa
perumpamaan Ahlulbaitku...," dan dalam riwayat yang lain disebutkan,
"Ketahuilah, sesungguhnya perumpamaan Ahli Bailku di tengah-tengah
kalian seperti bahtera Nuh di tengah-tengah kaumnya; barangsiapa yang
menaikinya, niscaya ia akan selamat; dan barangsiapa yang tertinggal
darinya, niscaya ia akan tenggelam.

 

 

Al-Hamuyini meriwayatkan dalam Farâ'idush Shimthain dari Sa'id bin
Jubair dari Ibnu 'Abbas yang berkata, "Rasulullah Saw bersabda kepada
'Ali bin Abi Thalib, 'Wahai 'Ali, aku adalah kota hikmah. sedangkan
engkau adalah pintunya, dan kota tidaklah didatangi kecuali dari
pintunya. Bohonglah orang yang mengaku, bahwa ia mencintaiku, namun ia
membencimu. Sebab, sesungguhnya engkau dariku dan aku darimu. Dagingmu
dari dagingku, darahmu dari darahku, ruhmu dari ruhku, rahasiamu dari
rahasiaku, dan hal-hal yang jelas darimu adalah dariku. Engkau adalah
imam umatku dan khalifahku sepeninggalku. Berbahagialah orang yang
menaatimu, celakalah orang yang menentangmu, beruntunglah orang yang
menjadikanmu sebagai walinya (pemimpinnya), merugilah orang yang
memusuhimu, beruntunglah orang yang mengikutimu, dan binasalah orang
yang meninggalkanmu. Perumpamaanmu dan perumpamaan para imam dari
keturunanmu sepeninggalku, seperti bahtera Nuh. Barangsiapa yang naik
dalamnya, ia akan selamat, dan barangsiapa yang tertinggal darinya, ia
akan tenggelam. Dan perumpamaan kalian seperti bintang-bintang, setiap
kali ada bintang yang terbenam, muncul bintang lain sampai hari
kiamat."

Ibnu al-Maghazali asy-Syafi'i meriwayatkan dalam Fadhâ'il¬-nya dengan
sanad dari Harun ar-Rasyid, dari al-Mahdi, dari al-¬Manshur, dari
ayahnya, dari kakeknya, dari Ibnu 'Abbas Ra, ia berkata, "Rasulullah
Saw bersabda, "Perumpamaan Ahlulbaitku seperti Nuh, barangsiapa yang
menaikinya, niscaya ia akan selamat, dan barangsiapa yang tertinggal
darinya, niscaya ia akan binasa."

Asy-Syablanji meriwayatkan dalam Nurul Abshâr dari sekelompok para
imam hadis dari beberapa sahabat Nabi Saw sesungguhnya Nabi Saw.
bersabda, "Perumpamaan Ahlulbaitku di tengah-tengah kalian seperti
bahtera Nub, barangsiapa yang menaikinya, niscaya ia akan selamat, dan
barangsiapa yang tertinggal darinya, niscaya ia akan binasa."

Hadis yang mulia ini juga telah sampai pada derajat mutawatir di
kalangan Syi'ah.
Kami akan menyebutkan, sebagian nama yang meriwayatkan hadis yang
mulia tersebut (hadis safinah) dari kalangan ulama Ahlus Sunnah, yaitu
Muslim dalam Shahîh-nya, Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya, Ibnu Jarir
ath-Thabari dalam Târikh-nya, al-Hakim an-¬Naisaburi dalam
Mustadrak-nya, al-Hamuyini dalam Dzakhâ'irul 'Uqbâ, Abu Na'im
al-Ishfahani dalam Hilyah-nya dan dalam Dalâ'ilun Nubuwwah, al-Khathib
al-Baghdadi dalam Târikh Baghdâd, Ibnu al-Atsir dalam Asadul Ghâbah,
al-Fakhrurazi dalam Tafsir-nya, Ibnu Thalhah asy-Syafi'i dalam
Mathâlibus Sa'ul, Muhibb ath-Thabari asy-Syafi'i dalam ar-Riyâdhun
Nadhrah, Ibnu al-Jauzi dalam at-Tadzkirah, Ibnu ashShibagh al-Maliki
dalam al-Fushulul Muhimmah, as-Suyuthi dalam al-Jâmi'ush Shaghir, Ibnu
Hajar dalam Shawâ'iq-nya, asy-Syablanji dalam Nurul Abshâr,
ash-Shabban al-Mishri dalam al-Is'âf dalam catatan kaki Nurul Abshâr,
al-Qunduzi al-Hanafi dalam Yanâbi'ul Mawaddah, al-¬Kanji asy-Syafi'i
dalam Kifâyatuth Thâlib, as-Samhudi, Abu al-¬Muzhaffar as-Sam'ani,
as-Sakhawi, dan masih banyak lagi dari ulama-¬ulama terkemuka Ahlus
Sunnah.

Dan yang termasuk mengakui kesabihan hadis tersebut adalah Imam
asy-Syafi'i, al-'Ujaili telah menisbatkan kepadanya di dalam
Dzakhîratul Ma'âli bait-bait syair berikut ini,
Ketika aku telah menyaksikan manusia
Telah terbawa oleh mazhab-mazhab mereka
Dalam lautan kesesatan dan kebodohan
Aku naik dengan nama Allah bahtera keselamatan
Mereka adalah Ahlulbait Bail al-Musthafa penutup para rasul.

 

 

 

Ketahuilah, sesungguhnya hadis safinah ini diriwayatkan dari pengemban
risalah telah menutup jalan-jalan yang bercabang-cabang serta tidak
meninggalkan kecuali satu jalan, yaitu jalan Ahlulbait yang terang
benderang.
Perumpamaan Ahlulbait dengan bahtera Nuh oleh Nabi Saw merupakan
kewajiban yang nyata dalam mengikuti mereka, baik dalam perkataan
maupun perbuatan mereka, dan diharamkannya mengikuti siapa saja yang
menentang mereka. Sesungguhnya selamatnya orang yang menaiki sebuah
bahtera dari musibah karam disebabkan oleh bahtera itu bebas dari
cacat, seandainya bahtera itu terdapat cacat (kerusakan) di dalamnya,
niscaya akan binasalah orang yang menaikinya, tanpa sedikit pun ada
keraguan tentang hal itu. Sebab, gelombang dan badai di lautan
sangatlah besar, saling berbenturan laksana gunung, sebagaimana
dihikayatkan oleh al-¬Qur'an.

Allah Swt berfirman, "Dan bahtera itu itu berlayar membawa mereka
dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedangkan
anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, "Hai anakku, naiklah
(ke bahtera) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama
orang-orang yang kafir." (Qs. Hud [11]: 42)

Akan tetapi, anaknya itu menolak menaiki kapal itu karena durhaka.
Allah Swt berfirman, "Anaknya menjawab, "Aku akan mencari perlindungan
ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah. .. (Nuh menjawab
perkataan anaknya itu dengan ucapannya), "Tidak ada (sesuatu pun) yang
melindungi hari ini dari azab Allah (sarna sekali) selain Allah saja,
Yang Maha Penyayang (dengan menaiki bahtera). (Akan tetapi, orang
kafir itu terus-menerus menentang karena kesombongan yang melampaui
batas). "Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka
jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (Qs. Hud
[11];43) Yaitu, orang-orang yang tetap dalam kekafiran mereka, mereka
dibinasakan oleh gelombang badai dan Allah memusnahkan mereka. Segala
puji bagi Allah atas binasanya orang-orang kafir.

Demikian juga dengan keadaan para Imam Ahlulbait 'alaihimus salam
(semoga salam kesejahteraan senantiasa dilimpahkan kepada mereka)
bersama umat ini. Yaitu, barangsiapa yang kembali kepada mereka (para
Imam Ahlulbait), mengikuti jalan mereka yang lurus, dan berpegang
teguh pada tali mereka yang kukuh, yang tidak akan pernah putus, serta
mengambil dari mereka pokok-pokok agama ini (ushuluddin) dan
cabang-cabangnya (furu'uddin), berperilaku dengan akhlak mereka yang
agung, beradab dengan adab mereka yang mulia, dan tetap kukuh dalam
ber-wilâyah kepada mereka (menjadikan mereka sebagai imam dan
pemimpin) serta tulus dalam kecintaan kepada mereka, dengan tidak
mendahulukan orang lain atas mereka, niscaya ia akan selamat dari
petaka karam (dari lautan kesesatan) dan mendapatkan keberuntungan
yang paling besar serta memperoleh keamanan dari azab Allah dan di
hari kiamat kelak, sesuai janji Allah dan Rasul-Nya.
Akan tetapi, barang siapa yang tertinggal dari mereka (para Imam
Ahlulbait, yakni tidak mau mengikuti mereka) adalah seperti orang yang
mencari perlindungan pada hari terjadinya banjir yang hebat ke gunung
untuk melindunginya dari azab Allah, maka ia disambar oleh gelombang
badai sehingga ia tenggelam dan binasa.

Demikianlah keadaannya orang yang tidak mengikuti para Imam Ahlulbait,
ia akan dibinasakan oleh gelombang-gelombang fitnah yang
berlapis-lapis, yang sebagiannya mengikuti yang lain, seperti
gelombang air bah yang terjadi pada zaman Nuh As, sama persis tidak
ada perbedaan, sesuai nash hadis.

Read 6380 times