Imam Muhammad Baqir as, Peletak Pondasi Gerakan Ilmiah Islam

Rate this item
(0 votes)
Imam Muhammad Baqir as, Peletak Pondasi Gerakan Ilmiah Islam

Kabar gugur syahidnya Imam Muhammad Baqir as, sangat berat bagi sahabat-sahabat dekat Imam Muhammad Baqir as seperti Jabir bin Yazid Ja’fi. Jabir selalu mengingat pesan pertama dari Imam Muhammad Baqir as. Pada hari itu, untuk pertama kalinya, dia bertemu dengan Imam Muhammad Baqir as di Masjid Nabi (Saw). Hari itu dia mendengar Imam berkata, “Carilah ilmu, karena mencari ilmu adalah hal terpuji. Ilmu adalah pembimbing kalian dalam kegelapan dan penolong kalian dalam kesulitan, dan ilmu adalah teman yang baik bagi manusia.”
 

 

Imbauan tersebut membuat Jabir menghadiri pertemuan dan diskusi ilmiah Imam Muhammad Baqir as. Sepeninggal Imam Muhammad Baqir as, Jabir menangis kala mengingat kasih sayang beliau dan mengenang kembali pesan-pesan lain Imam. Imam Muhammad Baqir as berkata, “Wahai Jabir, orang yang merasakan kenikmatan mengingat Allah Swt dalam dirinya, maka hatinya tidak akan terjerat (cinta) dengan sesuatu yang lain. Para pencari Allah tidak mengandalkan dunia ini dan tidak pula bergantung padanya. Maka berusahalah menjaga apa yang telah diamanatkan oleh Allah Swt dari agama dan hikmah-Nya kepadamu.”

 

Tugas terpenting Rasulullah Saw dan Ahlul Bait as adalah membimbing umat manusia menuju jalan kebahagiaan. Oleh karena itu, masing-masing mereka melaksanakan tugas tersebut dengan cara yang berbeda sesuai dengan kondisi sosial dan politik pada masa itu. Pada masa kepemimpinan Imam Muhammad Baqir as yang berlangsung selama 19 tahun, kondisi memungkinkan beliau untuk beraktivitas menjelaskan dan memperluas maarif Islam. Beliau diberi gelar nama “Baqir al-Ulum” yang berarti pemecah ilmu-ilmu.

 

Gelar tersebut diberikan langsung oleh Rasulullah Saw. Hal ini disebutkan dalam berbagai riwayat baik dari Syiah maupun Sunni. Bihar al-Anwar, Amali (Syeikh Saduq) dan Uyun al-Akhbar, adalah di antara sumber-sumber riwayat tersebut dari kalangan Syiah. Sementara dari Ahlusunnah, riwayat tersebut bersumber dari kitab sejarah milik Ibn Asakir dan Tadzkira al-Khawas ibn Juzi.

 

Diriwayatkan salah seorang sahabat Rasulullah Saw bernama Jabir bin Abdullah Ansari mengatakan, suatu hari, Rasulullah Saw berkata kepadaku: “Sepeninggalku, kau akan melihat akan ada seseorang dari keturunanku yang namanya sama dengan namaku. Dia akan memecah ilmu dan membuka pintu ilmu bagi masyarakat.”

 

Imam Muhammad Baqir as sangat memperhatikan masalah belajar dan perluasan ilmu pengetahuan. Pada hakikatnya, dapat dikatakan beliau adalah peletak pondasi gerakan ilmiah dan budaya dunia Islam. Imam Muhammad Baqir as dengan sangat teliti dan terperinci, memilah-milah dan menganalisa berbagai masalah ilmiah dan fikih. Menurut para perawi sejarah Islam, melalui berbagai aktivitas ilmiah yang yang sangat luas dan mendalam, Imam Muhamamd Baqir as menghembuskan semangat baru untuk kehidupan ilmiah dan maarif Islam.

 

Di antara upaya Imam Muhammad Baqir as adalah penjelasan masalah-masalah teologi dalam berbagai acara diskusi dengan para ulama dan ilmuwan di masanya. Metode diskusi termasuk di antara metode efektif untuk menumbuhkan dan meningkatkan gerakan ilmiah dalam masyarakat Islam. Diskusi itu dilakukan berdasarkan asas perhatian dan penghormatan terhadap pendapat pihak lawan dan juga pemberian kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

 

Imam Baqir as dalam hal ini mengatakan, “Para ilmuwan harus lebih tamak untuk mendengar pendapat. Selain mengasah kepiawaian berbicara, mereka juga harus meningkatkan kemampuan untuk mendengar dengan baik.” Beliau juga mengatakan, “Ketika kamu duduk bersama seorang ilmuwan, maka hendaknya kau belajar untuk lebih tamak dalam mendengar ketimbang berbicara serta menyimak dengan baik. Sebagaimana kau mempelajari berbicara dengan baik, jangan kamu potong ucapan siapa pun.” Oleh karena itu, dengan menggelar berbagai acara diskusi dengan para ilmuwan bahkan dari kelompok penentang, Imam Muhammad Baqir as telah memperluas ilmu-ilmu Islam.

 

Dengan kata lain, Imam Muhammad Baqir as bukan hanya menjadi peletak pondasi metode perspektif baru dalam sejarah Islam. Beliau juga memiliki program untuk perluasan ilmu pengetahuan serta memberikan mekanisme rapi dan rasional untuk menjelaskan dan memaparkan ilmu dan maarif agama.

 

Di antara perjuanan ilmiah Imam Muhammad Baqir as adalah pembentukan universitas maarif Islam dan pendidikan banyak murid di berbagai cabang ilmu. Jumlah murid Imam Muhammad Baqir as mencapai 465 orang. Masing-masing sahabat dan murid beliau menghafal ribuan hadis dan dalam banyak kesempatan, hadis-hadis tersebut disusun dan dikumpulkan.

 

Asas dan prinsip setiap aksi dan amal adalah wacana dan perspektif. Jika ilmu pengetahuan diharapkan meluas dalam masyarakat, maka tahap awalnya adalah menekankan pentingnya mencari ilmu, nilai dan kemuliaan para guru dan ulama, tujuan menimba ilmu serta pengaruhnya. Imam Muhammad Baqir as dalam menyebarkan wacana serta mempersiapkan penimbaan ilmu, telah mengambil langkah-langkah efektif dan mengemukakan hadis-hadis berharga untuk menciptakan semangat menimba ilmu. Untuk hal ini, beliau mengatakan, “Ilmu adalah khazanah dan kuncinya adalah pertanyaan. Maka bertanyalah sehingga Allah Swt akan merahmati kalian; karena bertanya akan mendatangkan pahala untuk empat orang: penanya, guru, pendengar, dan orang yang menjawab.”

 

Salah satu langkah lain Imam Muhammad Baqir as dalam jihad ilmiah adalah upaya untuk menjaga budaya dan maarif agama dengan mengabadikannya dalam buku dan catatan. Keistimewaan langkah Imam Muhammad Baqir as menunjukkan pengaruhnya pada masa gerakan ilmiah Imam Ja’far Sadiq as.

 

Beliau juga menunjukkan perjuangan gigih untuk menajga ilmu pengetahuan tetap berada di luar jangkauan rezim berkuasa, para khalifah Bani Umayah. Tidak boleh dilupakan bahwa para Khalifah Bani Umayah berusaha menisbatkan gerakan ilmiah dalam masyarakat Islam itu kepada istana. Akan tetapi cara yang ditempuh Imam Muhammad Baqir as melawan upaya tersebut adalah memperkokoh pondasi gerakan ilmiah di seluruh wialyah umat Islam. Demi mengacu tujuan tersebut, beliau juga meningkatkan gerakan penerjemahan. Perlu diingat pula bahwa Imam Muhammad Baqir as juga sangat menekankan perluasan dan pengembangan ilmu. Beliau mengatakan, “Zakat ilmu adalah dengan mengajarkannya kepada para hamba Allah.”

 

Imam Muhammad Baqir as, di samping berbagai aktivitas ilmiah, beliau juga berjuang untuk mengislah urusan sosial dan menentang kezaliman. Oleh karena itu, beliau selalu menjadi target kebencian dan makar para penguasa Bani Umayah, yaitu Hisham bin Abdulmalik. Permusuhan itu sedemikian rupa sehingga beliau secara paksa direlokasi ke pusat pemerintahan Bani Umayah, yaitu di Syam (Suriah sekarang). Dengan demikian, rezim penguasa dapat dengan ketat mengawasi seluruh aktivitas beliau. Belum cukup, Imam Baqir as juga sempat dijebloskan ke penjara.

 

Namun cara-cara itu terbukti tidak efektif dalam mencegah perjuangan ilmiah dan anti-kezaliman Imam Muhammad Baqir as. Bahkan kehadiran beliau di Syam justru berdampak negatif bagi kekuasaan Hisham bin Abdulmalik. Oleh karena itu dia memutuskan untuk memulangkan Imam ke Madinah. Namun, di mana pun beliau berada, beliau bersinar bak matahari yang menerangi jalan umat Islam. Sebab itu pula, Hisham akhirnya membunuh Imam Baqir as dengan racun.(

Read 1633 times