Fatimah Az-Zahra: Teladan Utama Manusia Dan Kemanusiaan

Rate this item
(0 votes)
Fatimah Az-Zahra: Teladan Utama Manusia Dan Kemanusiaan

Kebutuhan terhadap sosok atau figur untuk diteladani adalah naluri alamiah yang ada dalam diri tiap manusia. Hal itu merupakan jalan manusia menuju kesempurnaan dan kebahagiaan.

Demikian disampaikan Ustad Ahmad Hidayat dalam peringatan Haul Sayyidah Fatimah Az-Zahra as pada hari Jumat (4/2) lalu bertempat di kantor Dana Mustadhafin, Duren Tiga Jakarta Selatan.

Ustad Ahmad menilai, seringkali orang keliru dalam memilih figur yang dimaksudkan. Ada satu hal yang sering dilupakan bahwa ketika seseorang mencari figur idola sebenarnya ia ingin merefleksikan dirinya seperti orang yang hendak dijadikannya teladan terbaik dalam hidupnya. Namun demikian, banyak orang memaknainya sebatas material saja. Padahal bukan itu yang dibutuhkan naluri.

Banyak orang misalnya menjadikan artis sebagai figur idola karena kecantikannya, kepandaian berakting, dan sebagainya. Bahkan ada yang sampai histeris seperti merasakan puncak kebahagiaan ketika bertemu dengan artis yang diidolakannya itu. Inilah yang disebut sebagai menilai figur secara materialnya saja.

Adapun sosok Fatimah Az-Zahra as adalah tipe manusia yang tidak saja menjadi simbol bagi kaum perempuan. Namun simbol bagi manusia dan kemanusiaan. Karena itulah di dalam tradisi umat Islam secara umum ada peringatan Maulid Nabi dan seterusnya. Termasuk juga peringatan syahadah Sayyidah Fatimah di dalamnya, dengan tujuan kembali menggali sosok Fatimah Az-Zahra as untuk menjawab kebutuhan tadi. Karena naluri membutuhkan figur bukan sekadar aspek fisik tapi juga spiritualnya.

Maka ketika kita menjadikan Fatimah az Zahra sebagai figur teladan setelah mengenali sifat-sifatnya, lalu kita berusaha menjadi seperti beliau, maka kita akan merasakan sebuah peristiwa spiritual yang memuaskan jiwa. “Itulah kelebihan menjadikan sosok tertentu sebagai figur teladan yang tidak sebatas pada aspek materialnya saja,” tutur Ustad Ahmad.

Lalu, siapakah Fatimah Az-Zahra, yang namanya sedemikian agung hingga patut untuk dijadikan figur teladan? Dalam hal ini, Ustad Ahmad menyampaikan bahwa Fatimah Az-Zahra as adalah wanita paling agung sepanjang masa. “Tidak ada satu pun pengkaji tentang manusia mulia di dunia ini yang tidak menyimpulkan bahwa Fatimah Az-Zahra as melampaui seluruh manusia kecuali Rasulullah SAW,” tambahnya.

Sejak ibundanya, Khadijah meninggal dunia, Fatimah masih berusia lima tahun. Beliau menggantikan ibundanya mendampingi dan merawat Rasulullah dalam segala rintangan dan cobaan. Hingga akhirnya Rasulullah memberinya gelar Ummu Abiha yang berarti, ibu dari ayahnya. Bisa dibayangkan, peran apa yang Fatimah lakukan dalam usia belianya? Itulah salah satu keutamaan beliau yang tidak dimiliki manusia selainnya.

Fatimah merupakan hamba Allah yang juga terikat dengan hukum-hukum syariat sebagaimana manusia lain, namun tingkat ketaatannya kepada Allah melebihi yang lainnya meski menurut riwayat, beliau hanya hidup di dunia selama 18 tahun. Usia yang sangat singkat namun menorehkan prestasi ketakwaan yang sangat tinggi, sehingga dengannya beliau tercatat sebagai manusia khusus di mata Allah SWT dan Rasulullah Saw.

Pernah Rasulullah bersabda, “Kalau aku rindu mencium aroma surga, aku menemui Fatimah Az-Zahra untuk merasakan bagaimana aroma surganya Allah SWT.” Dengannya, Fatimah Az-Zahra mendapat julukan al hawra’ al insiyah atau wewangian surga, aroma surgawi yang dihidupkan Allah di tengah kehidupan manusia. Atau bisa juga diartikan bidadari yang bertajalli dalam bentuk manusia.

Dan masih banyak lagi keutamaan Fatimah Az-Zahra, mulai dari ketaatan dan bakti terhadap suaminya, kesabaran mendampingi dan merawat ayahnya, serta ahli ibadah di hadapan Tuhannya. Dengan memperingati Syahadah Fatimah Az-Zahra as, Ustad Ahmad mengharapkan agar jamaah yang hadir dapat mengambil inspirasi dari figur agung puteri kesayangan Rasulullah itu. (

Read 3735 times