Gaya Hidup Nabi Muhammad Saw dalam Keluarga

Rate this item
(0 votes)
Gaya Hidup Nabi Muhammad Saw dalam Keluarga

 

Karena manusia adalah ciptaan Allah, tentunya rencana terbaik untuk kesempurnaannya adalah rencana yang dibuat oleh Allah. Gaya hidup Nabi Muhammad Saw dalam ucapan, perbuatan dan taqrir (persetujuan) begitu lengkap dan komprehensif sehingga dijadikan hujjah oleh Allah bagi manusia serta semua orang dapat mengatur perilaku, perbuatan dan pemikirannya sesuai dengan gaya hidup ini.

Kita berada dalam peringatan ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad al-Musthafa Saw. Muslim Sunni menganggap tanggal 12 Rabiul Awal dan Syiah menyebut tangga 17 bulan ini sebagai hari kelahiran Nabi Saw. Bertahun-tahun yang lalu, Imam Khomeini, Pemimpin Revolusi Islam Iran, yang juga merupakan pendukung persatuan di dunia Islam, menggunakan masalah ini untuk menyatukan dan mendekatkan antara mazhab-mazhab Islam kemudian mengumumkan jarak antara dua tanggal sebagai "Pekan Persatuan" bagi umat Islam. Penempatan pekan persatuan ini menjadi alasan bagi kami untuk mengikuti al-Quran yang memperkenalkan Nabi Muhammad Saw sebagai teladan terbaik, dengan membahas gaya hidup beliau dan meresapi seteguk dari laut tak bertepi rahmat.


Salah satu variabel terpenting para nabi adalah sifat amanat mereka. Karena mereka harus amanat dan jujur dalam mendapatkan dan menyampaikan agama Allah serta menjaga rahasia ilahi. Sifat amanat Nabi Muhammad Saw telah dikenal oleh semua sejak masih remaja dan ciri khas ini berhasil menyiapkan jalan bagi manusia untuk menerima Islam karena hati mereka telah pasrah.

Kejujuran dan amanat Nabi Saw juga menyebabkan kita tidak ragu untuk menjadikan gaya hidupnya sebagai teladan dan menaati ajaran Allah yang disampaikan oleh beliau. Tidak diragukan lagi bahwa membahas bagaimana perilaku dan perbuatan para wali Allah menyebabkan kita terhubungkan dengan sumber pengetahuan ilahi ini dan meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.

Karena manusia adalah ciptaan Allah, tentunya rencana terbaik untuk kesempurnaannya adalah rencana yang dibuat oleh Allah. Dalam al-Quran ayat 21 surat al-Ahzab, kepada mereka berharap kepada Allah dan Hari Kiamat, Allah memperkenalkan Nabi Muhammad Saw sebagai teladan kebaikan dan berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Gaya hidup Nabi Muhammad Saw dalam ucapan, perbuatan dan taqrir (persetujuan) begitu lengkap dan komprehensif sehingga dijadikan hujjah oleh Allah bagi manusia serta semua orang dapat mengatur perilaku, perbuatan dan pemikirannya sesuai dengan gaya hidup ini. Keagungan akhlak Nabi Saw sedemikian terkenal, sehingga Allah memperkenalkannya sebagai teladan nyata bagi manusia dan bila Allah ingin menunjukkan akhlak-Nya kepada manusia, maka orang yang memiliki kapasitas ini hanya Nabi Muhammad Saw, sehingga sifat akhlak-Nya termanifestasi melaluinya.


Rasulullah Saw membagi waktunya menjadi tiga; sebagian untuk Allah yang diisi dengan ibadah, shalat dan tahajud, sebagian untuk keluarga dengan berbicara dan menciptakan situasi akrab dengan mereka serta menjamin kebutuhan batin dan perasaan mereka serta sebagian lainnya untuk dirinya dan masyarakat juga berusaha menyelesaikan masalah mereka.

Fondasi keluarga kokoh berdasarkan cinta, sebagaimana Allah Swt dalam ayat 21 surat Rum menyebut kehadiran wanita dan pria secara bersama menjadi sumber ketenangan, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

Dengan kasih sayang dan kecintaan di tengah keluarga, banyak kekurangan yang dapat ditutupi. Hati semakin dekat, harapan dan kepastian muncul serta kegairahan dan kegembiraan mengalir dalam kehidupan berkeluarga. Diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw, "Ketika iman seseorang lebih sempurna, ia akan lebih banyak menyatakan kecintaannya kepada istrinya."


Rasulullah Saw menasihati laki-laki agar memperlakukan istrinya dengan  penuh perasaan dan keadilan. Beliau bersabda, "Seseorang yang menikah harus menghormati istrinya. Ketika seorang suami mengatakan kepada istrinya 'Aku mencintaimu', ucapan ini tidak akan pernah keluar dari hatinya."

Cinta dan kecenderungan Nabi Saw kepada Sayidah Khadijah juga telah dicatat dalam sejarah, fakta ini disampaikan oleh Abu Thalib as dalam khutbah akad, "Ia mencintai Khadijah dan Khadijah juga mencintainya." Rasulullah Saw mengetahui kesempurnaan Khadinah dan menilainya layak menjadi istrinya, serta selalu memperlakukannya dengan penuh hormat. Nabi Saw tidak pernah meletakkan seorang wanita pun sejajar dengan Khadijah dan berterima kasih atas pengorbanan dan usahanya. Karena Khadijah menyerahkan semua hartanya tanpa berharap sesuatu, justru bangga dengan apa yang dilakukannya. Khadijah dengan semangat akan membantu penyebaran Islam dan tujuan mulian Nabi Saw.

Nabi Saw menyebut pekerjaan laki-laki di rumah sebagai sedekah. Beliau berkata kepada Imam Ali as, "Wahai Ali! Membantu istri akan menghapus dosa-dosa besar dan menurunkan kemurkaan Allah." Beliau menyebut duduk bersama keluarga lebih dicintai oleh Allah dari itikaf dan ibadah di masjid Madinah. Rasulullah sangat memperhatikan makan bersama keluarga. Beliau bersabda, "Pria yang mempersiapkan taplak meja untuk makan dan memanggil istri dan anaknya kemudian mulai makan dengan menyebut nama Allah lalu mengakhirnya dengan bersyukur kepada Allah, selama taplak meja masih ada dan belum diringkas, Allah tetap menurunkan rahmat dan ampuan-Nya kepada mereka."

Ketika Imam Ali dan Fathimah as meminta kepada Rasulullah agar membagi pekerjaan sehari-hari mereka, Rasulullah Saw berkata, "Pekerjaan di dalam rumah dilakukan oleh Fathimah dan pekerjaan di luar rumah dilakukan Ali." Sekalipun pekerjaan di dalam rumah terkait dengan istri dan pekerjaan di luar rumah dilakukan suami, tapi tidak bermakna bahwa suami tidak boleh membantu di rumah dan selalu berharap istrinya menyiapkan segalanya, bahkan terkadang istri membutuhkan kerja sama dan berpikir bersama, di sini suami harus memahami dan dengan wajah ceria segera membantunya.

Rasulullah Saw berusaha bermain dan memberi hadiah kepada anak-anak demi menggembirakan mereka. Nabi Saw berpesan, "Seseorang yang menggembirakan anak perempuan kecil, sama seperti membebaskan budak dari keturunan Ismail as dan seseorang yang menggembirakan anak laki-laki kecil, sama seperti ia mencucurkan air mata karena takut kepada Allah.

Nabi Saw menilai awal tanggung jawab ayah dan ibu dalam pendidikan agama anak-anak sejak memilih istri dan untuk mendapatkan anak yang baik, pertama beliau menekankan harus memilih istri yang tepat. Tanggung jawab pendidikan anak sedemikian penting sehingga Rasulullah Saw bersabda, "Bila salah satu dari kalian mendidik anak, maka akan sangat baik baginya untuk mengeluarkan sedekah setiap harinya seukuran setengah dari penghasilannya di jalan Allah. Kalian harus memilih nama yang baik bagi anak dan dengan pendidikan yang benar, kalian telah meninggalkan warisan terbaik bagi anak-anakmu."

Menurut al-Quran, derajat tertinggi gaya hidup adalah Hayat Thayyibah atau kehidupan yang baik. Dengan memperhatikan gaya hidup para wali Allah, manusia dapat mencapai derajat Khalifah Allah dan kehidupannya menjadi Hayat Thayyibah. Kehidupan yang bersih dari pengkhianatan dan polusi, dimana dasarnya fokus pada Allah dan upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Ungkapan Hayat Thayyibah hanya disebutkan dalam sebuah ayat secara transparan, "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."


Dalam kondisi ketika Barat berusaha membatasi agama hanya pada kehidupan individu, memperkenalkan agenda komprehensif Islam menjadi masalah yang sangat penting. Islam sebagai agama yang sempurna memiliki  program dan agenda untuk seluruh dimensi kehidupan manusia dan gaya hidup Nabi Muhammad Saw sebagai teladan terbaik dan nyata agama ilahi ini dapat menjamin kebahagiaan duniawi dan akhirat semua manusia.

Bila tidak mengikuti jalan yang telah ditempuh Nabi Muhammad Saw, di hari kiamat kita hanya bisa menarik napas panjang penyesalan di Hari Kiamat, mengapa kita tidak mengikuti pribadi agung ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Quran dalam ayat 27 surat al-Furqan, "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul."

Di akhir artikel ini, kami sekali lagi menyampaikan ucapan selamat atas kelahiran Nabi Muhammad Saw dan mengangkat tangan ke atas berdoa kepada Allah, " Ya Allah! Jadikan kami sebagai umat Nabi Muhammad Saw dan pengikut jalannya. Engkau mengetahui bahwa hati kami penuh dengan cinta kepada Rasul-Mu, tetapkan hidup kami dengan cinta ini dan matikan kami dengan cinta tak berakhir ini. Ya Allah! Beri kesempatan kami dapat memiliki akhlak seperti Rasulullah di dunia dan beri kami taufik untuk dapat melihat wajah penuh berkah beliau di Hari Kiamat."

Read 1427 times