Fatimah, Teladan Sepanjang Sejarah

Rate this item
(1 Vote)
Fatimah, Teladan Sepanjang Sejarah

 

Kehidupan Sayidah Fatimah menjadi perhatian berbagai kalangan, terutama para ulama dan pemikir dunia, bukan hanya dari kalangan Muslim saja.

Penyair dan penulis terkemuka Kristen Lebanon, Suleiman Kettani menulis, "Fatimah Zahra memiliki kedudukan yang sangat tinggi melebihi apa yang dijelaskan dalam literatur sejarah dan berbagai riwayat. Beliau lebih agung dari sejarah yang menjelaskan kehidupannya. Untuk itu, cukup kiranya; beliau adalah putri Muhammad Saw, istri Ali, ibu dari Hassan dan Husein, serta wanita agung dunia."

Sayidah Fatimah as memiliki beberapa sebutan mulia, disamping banyak nama dan sebutan lain yang disematkan pada pribadi agung ini. Di antaranya ialah; Fatimah, Zahra, Muhaddatsah, Mardhiyah, Siddiqah Kubra, Raihanah, Bathul, Rasyidah, Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia), dan Thahirah.

Allamah al-Majlisi dalam kitab Bihar al-Anwar menukil sebuah riwayat dari Imam Jakfar Shadiq as, yang menyatakan bahwa "Ia dinamakan Fatimah, karena tidak terdapat keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali as, maka sampai hari kiamat tidak akan ada seorang pun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)". (Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 10)

Imam Ali as berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ia dinamakan Fatimah, karena Allah Swt akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya. Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku." (Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 18-19)

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Kehidupan Fatimah az-Zahra as meski terbilang singkat, namun kehidupan itu merupakan samudra dari kerja keras, kesabaran, pembelajaran, perjuangan dalam membela kenabian, imamah dan sistem Islam, dan pada akhirnya menjemput kesyahidan. Kehidupan Fatimah as yang penuh dengan perjuangan sungguh sangat luar biasa dan benar-benar tak ada tandingan."

Meskipun tidak berusia panjang, tapi kehidupan mulia Sayidah Fatimah hingga kini masih terus dikaji dan digali oleh berbagai kalangan. Terkait hal ini, aktivis muslimah Indonesia, Reni Susanti mengungkapkan pandangannya:

Wawancara 1:

Sayidah Fatimah as dilahirkan di sebuah masyarakat yang jauh dari nilai-nilai mulia, yang tidak menghormati perempuan. Para sejarawan menilai Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam sebagai sebuah masyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Di tengah masyarakat seperti itu, Fatimah as telah menjadi teladan dalam mendobrak tradisi-tradisi jahiliyah yang tidak memberi hak hidup kepada kaum perempuan.

Wanita mulia ini mendapat perhatian khusus dari ayahnya. Semua sikap dan perlakuan Rasulullah Saw kepada Fatimah as mencerminkan pandangan luhur Islam terhadap perempuan. Beliau selalu memanfaatkan kesempatan untuk mengenalkan kepribadian agung Fatimah as kepada para sahabatnya dan masyarakat Arab. Rasulullah Saw bersabda: "Fatimah adalah bagian dariku, siapa saja yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah dan siapa saja yang membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku." 

Terkait kebesaran Sayidah Fatimah az-Zahra as, Rasulullah Saw bersabda, "Keimanan kepada Allah Swt melekat dalam hati dan jiwa mendalam az-Zahra as yang mampu menyingkirkan segalanya saat beribadah kepada Allah Swt. Fatimah adalah bagian dari hati dan jiwaku. Barangsiapa yang menyakitinya sama halnya ia menyakitiku dan membuat Allah Swt tidak rela."

Hadis di atas itu diucapkan oleh manusia terbaik di alam semesta dan pilihan Allah Swt, Muhammad Rasulullah Saw. Tak diragukan lagi, keagungan Sayidah Fatimah az-Zahra as menghantarkan ke derajat yang luar biasa di sisi Rasulullah Saw.

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, "Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Setiap kali Fatimah beribadah di mihrab di hadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi."

Keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Sayidah Fatimah as bukan hanya disebabkan posisinya sebagai putri Rasulullah Saw. Apa yang membuat pribadinya menjadi begitu luhur dan dihormati, lantaran akhlak dan kepribadiannya yang sangat mulia. Di samping itu, kesempurnaan dan keutamaan yang dimiliki Sayidah Zahra as mengungkapkan sebuah hakikat bahwa masalah gender bukanlah faktor yang bisa menghambat seseorang untuk mencapai puncak kesempurnaan. Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan.

Fatimah juga sangat peduli dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Islam pada masa itu, dan senantiasa mendukung kebenaran dan ditegakkannya keadilan. Terkait masalah ini, aktivis Muslimah Indonesia, Reni Susanti menjelaskan:

Read 509 times