Sayidah Zainab, Teladan Keberanian dan Ketegaran

Rate this item
(0 votes)
Sayidah Zainab, Teladan Keberanian dan Ketegaran

 

Sayidah Zainab, anak ketiga dan putri tertua dari Imam Ali dan Sayidah Fatimah, merupakan salah seorang perempuan berpengaruh di dunia Islam.

Tanggal 5 Jumadil Awal tahun 5 HQ, Sayidah Zainab, cucu Rasulullah Saw, putri Imam Ali as dan Sayidah Fathimah az-Zahra as, terlahir ke dunia. Di Iran, hari kelahiran Sayidah Zainab diperingati sebagai "Hari Perawat" untuk mengenang jasa beliau yang menjadi perawat dan pelindung para korban tragedi Karbala.

 

Sayidah Zainab diasuh dan dibesarkan oleh manusia agung sepanjang sejarah yaitu, Nabi Muhammad Saw, Imam Ali dan Sayidah Fatimah. Selain itu, beliau adalah saudari dari dua pemuda penghulu surga, Imam Hasan dan Imam Husein.

Sayidah Zainab merupakan salah satu wanita yang menjadi contoh bagi seluruh perempuan di berbagai bidang. Zainab tidak hanya berkaitan dengan masa lalu, tapi juga hari ini dan esok. Sebab, kemuliaan manusia, pengabdian, penghambaan, perjuangan untuk menegakkan keadilan, kemerdekaan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang tidak terkait hanya untuk periode khusus atau masyarakat tertentu saja.

Manusia besar melampaui sejarah hidupnya. Zainab Kubra, termasuk wanita yang berada dalam naungan pancaran cahaya imamah. Sejak kecil, Zainab tumbuh dalam pangkuan risalah dan imamah. Sayidah Zainab telah menghiasi diri dengan ketinggian akhlak, kesempurnaan spiritualitas dan keagungan perilaku.

Lembaran sejarah mencatat Sayidah Zainab menikah dengan Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib, yang merupakan keponakan Ali bin Abi Thalib. Ja'far adalah orang pertama yang memimpin sekelompok Muslim ke Habsyi Tapi, setelah kembali ia kehilangan kedua tangannya dalam pertempuran dengan Romawi. Kemudian, Rasulullah Saw menjulukinya Ja'far Tayyar. Semua sejarawan yang membicarakan tentang Abdullah memujinya seperti ayahnya karena martabat dan berbagai kualitas keperibadiannya. Abdullah Ibn Ja'far termasuk orang yang dipercaya oleh Amirul Mukminin dan berpartisipasi dalam perang. Ia juga dikenal dengan keimananan, ketakwaan dan kecintaannya kepada Nabi Muhammad Saw.

Sayidah Zainab dikenal dengan kedermawanan, kesabaran, martabat, keilmuannya dan kefasihan bicaranya, serta dan kesabarannya. Diriwayatkan suatu hari tamu datang ke rumah Ali, tapi tidak ada makanan di rumahnya. Ali berkata kepada Fatimah, "Apakah tidak ada makanan di rumah?" Sayidah Fatimah menjawab, "Hanya ada sepotong roti yang saya simpan untuk putriku Zainab. Zeinab terbangun dan mendengar jawaban ibunya. Meskipun dia hanya seorang anak kecil saat itu, tapi dia berkata kepada ibunya, "Ambil roti saya untuk tamu, buat saya nanti saja,".

Sayidah Zainab menyampaikan syarat kepada Abdullah, jika saudaranya, Imam Husein pindah ke suatu perjalanan atau perjalanan atau tempat manapun, maka Zainab dan keluarga akan menemaninya. Abdullah menerima persyaratan tersebut dengan sepenuh hati, dan dipatuhi selama perjalanan Imam Husein ke Mekah dan kemudian ke Irak.

Dari pernikahan bersama Abdullah, Sayidah Zainab memiliki empat putra dan seorang putri bernama Umm Kulthum. Abdullah tidak bisa menemani Imam selama kebangkitan Imam Hussein melawan Yazid dan perjalanannya ke Mekah dan kemudian ke Irak, tetapi mengizinkan istrinya untuk menemaninya dengan anak-anaknya. Tidak hanya itu, Abdullah memerintahkan anak-anaknya untuk membela Imam Husein. Bahkan jika perlu, mereka harus mengorbankan hidupnya. Anak-anak Sayidah Zainab memiliki semangat jihad dan kesyahidan yang begitu tinggi sehingga mereka dengan antusias menemani Imam Husein dalam kafilah Asyura. 
 

Dalam peristiwa Asyura, peran pendidikan Sayidah Zainab dan pembelaannya terhadap Imam Husein terlihat lebih menonjol. Beliau kehilangan orang-orang terbaik dan tersayangnya di Karbala. Kedua anaknya juga syahid bersama Imam Husein.

Sementara itu, meskipun berada di puncak kesedihannya, Sayidah Zanaib tetap memegang kendali keluarga korban Karbala,  ketika musuh menyerang tenda-tenda wanita dan anak-anak. Ia mencari kemana-mana agar tidak ada anak yang hilang atau ada yang diserang.

Di Madinah, Sayidah Zainab dengan senjata ilmu pengetahuannya, mengadakan pertemuan tentang tafsir al-Quran hadits, fiqh dan lainnya, dan membimbing masyarakat lebih dekat dengan iman, takwa dan kemanusiaan. Ia menjadi utusan perlawanan saudaranya. Dalam keadaan yang paling sulit, ia membela keponakannya Imam Sajjad dan keluarga Imam Husein yang telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi agama dan umat Islam. Keberanian dan ketegarannya menjadi model dalam sejarah Islam.

Memperkenalkan sosok wanita agung ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, "Zainab Kubra adalah wanita agung. Apa kehebatan wanita agung ini di mata bangsa Muslim? Apakah karena beliau adalah putri Ali bin Abi Thalib, atau saudara perempuan Hussein bin Ali dan Hassan bin Ali. Hubungan darah tidak akan pernah bisa menciptakan kehebatan seperti itu. Semua imam kami memiliki anak perempuan, ibu dan saudara perempuan; Tapi siapa yang seperti Zainab Kubra? Nilai dan kebesaran Zainab Kubra adalah karena kedudukan dan gerakan kemanusiaan dan Islamnya yang agung berdasarkan tugas ketuhanan. Aksinya, keputusannya, caranya bergerak, membuatnya begitu hebat."

Selamat atas kelahiran Sayidah Zainab dan hari perawat.

Read 426 times