Manuver Nabi Besar 7 dan Kemampuan Pertahanan Iran

Rate this item
(0 votes)

Pasukan Garda Revolusi Islam Revolusi Iran (Pasdaran) memulai manuver rudal terbaru, bersandi "Nabi Besar 7" di Iran tengah. Manuver ini bertujuan menguji kembali rudal terbaru tipe permukaan-ke-permukaan dan berlangsung selama tiga hari di provinsi Semnan Iran tengah.

Panglima Pasdaran Divisi Angkatan Udara Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan, "Berbagai rudal jarak jauh, menengah dan jarak pendek akan menargetkan pangkalan udara simulasi militer transregional di utara gurun Semnan." Manuver dimulai Ahad (1/7). Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah menggapai prestasi besar di bidang pertahanan dan mencapai kemandirian dalam produksi perangkat keras militer penting dan sistem pertahanan.

Pada bulan Februari, Pasdaran menggelar latihan militer bersandi ValFajar setelah pasukan Angkatan Udara mengakhiri manuver empat harinya bersandi Tharallah, di dekat kawasan strategis Teluk Persia. Adapun pada bulan Februari, dalam manuver bersandi Hamiyan-e Velayat, pasukan Pasdaran mensimulasikan serangan komando taktis dan pertempuran udara, operasi ofensif dan defensif udara serta melancarkan operasi heliborne dan anti-heliborne.

Pada bulan Januari, Angkatan Darat Pasdaran menggulirkan manuver Shohaday-e Vahdat di Provinsi Khorasan Razavi. Namun pada saat yang sama, Republik Islam Iran berulang kali menekankan bahwa kekuatan militernya semata-mata berdasarkan pada doktrin defensif dan pencegahan, oleh karena itu, kekuatan militer Iran bukan merupakan ancaman bagi negara lain.

Puluhan rudal dari berbagai jenis, jarak jauh, dekat dan menengah milik Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran), ditembakkan menuju satu target. Manuver Nabi Besar 7 telah memasuki tahap utama dan divisi udara Pasdaran menembakkan puluhan rudal jarak jauh, dekat, dan menengahnya menuju satu target, dari berbagai wilayah di Iran.Rudal-rudal itu termasuk Shahab 1,2 dan 3, Fateh, Qeyam, serta rudal Zelzal. Manuver tersebut mensimulasikan target pangkalan udara di luar negeri.

Komandan IRGC, Brigjen Amir Ali Hajizadeh pada Ahad (1/7) mengatakan, manuver dengan sandi "Nabi Besar 7 " dijadwalkan akan dimulai pada Senin dan berlangsung selama tiga hari. Ia menambahkan, rudal jarak jauh, menengah, dan dekat yang ditempatkan di berbagai lokasi di seluruh negeri akan menargetkan simulasi pangkalan udara pasukan trans-regional di utara Gurun Semnan. "Dengan menembakkan rudal ke basis-basis ini, komandan kami akan menilai ketepatan dan efektivitas hulu ledak yang terpasang pada rudal," tandasnya.

Lebih lanjut, Komandan IRGC mengatakan bahwa latihan tersebut membawa pesan bagi negara-negara regional dan trans-regional bahwa Republik Islam bertekad akan melawan penindasan mereka dan memberikan jawaban yang menghancurkan atas setiap tindakan yang berpotensi merusak. Menurut Hajizadeh, jet tempur dan pesawat pembom tak berawak IRGC akan membombardir target yang telah ditentukan pada hari terakhir latihan.

Di sisi lain, Mehdi Davatgari, anggota parlemen Iran menilai manuver militer terbaru oleh Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran) telah menampilkan kekuatan Republik Islam dalam menghadapi ancaman dan sanksi yang telah bergulir selama 33 tahun terakhir. "Revolusi Islam telah berhasil meningkatkan kekuatannya setiap hari dengan mengandalkan kemampuan lokal," kata anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran (Majlis), Mehdi Davatgari.

Dia menambahkan bahwa manuver rudal Pasdaran bersandi Nabi Besar 7, menjamin keamanan Iran berdasarkan kemampuan dan kekuatan nasional.

Manuver tersebut telah dipentaskan untuk mempertahankan kesiapan Angkatan Bersenjata Iran menghadapi ancaman musuh dan kemungkinan serangan serta dalam melindungi pemerintahan Islam.

Manuver Rudal Nabi Besar 7 sekaligus mengandung pesan perdamaian dan persahabatan Republik Islam dengan negara-negara tetangganya. Anggota Majlis ini juga menekankan bahwa jika musuh berniat untuk menyerang Iran, maka mereka harus tahu bahwa respon bangsa dan Angkatan Bersenjata Iran akan cepat dan destruktif.

Adapun Wakil Panglima Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran) menilai manuver Nabi Besar 7 sebagai reaksi terhadap "politik-politik kurang ajar" sebagian pihak yang menyatakan bahwa opsi serangan militer sudah disiapkan di atas meja.

Menurut Brigjen Hossein Salami, tujuan utama pelaksanaan manuver tersebut adalah membuktikan kemampuan Iran dalam mempertahankan nilai dan prinsip-prinsipnya. Dikatakannya, "Bangsa kami memiliki kemampuan tinggi di bidang pertahanan dan kemampuan tersebut kami tunjukkan secara simbolik kepada dunia dengan peluncuran rudal-rudal."

Salami juga menekankan bahwa manuver tersebut adalah dalam rangka mereaksi kelancangan politik sejumlah pihak terhadap bangsa Iran dengan mengatakan bahwa opsi militer telah disiapkan untuk Republik Islam. Menurutnya, manuver kali ini juga menguji keakuratan, koordinasi, dan berbagai masalah teknis lainnya.

Poin penting terkait meningkatnya kemampuan Republik Islam Iran di bidang perahanan dan militer adalah kemampuan tersebut diraih dalam kondisi disanksi. Saat ini Iran menjadi negara produsen berbagai jenis roket dan rudal dengan kemampuan dalam negeri. Dengan bersandar pada sumber daya manusia (SDM) dalam negeri, Iran bahkan mampu memproduksi sistem anti rudal dan musuh pun akan berfikir dua kali untuk menyerang negara ini.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengkonfirmasikan produksi massal roket anti-lapis baja terbaru yang dipandu dengan laser dan menilainya sebagai salah satu roket paling mutakhir. "Roket Dehlavieh adalah salah satu roket paling canggih anti-lapis baja yang dirancang untuk menghancurkan berbagai tank canggih yang dilapisi dengan baja reaktif," kata Vahidi Sabtu (7/7) di sebuah upacara peresmian produksi massal roket tersebut.

Dia menekankan bahwa "sistem panduan khusus" dalam Dehlavieh itu dirancang sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dalam segala bentuk perang elektronik. "Hulu ledak dan mesin peluncuran roket, selain didesain untuk mobile juga dapat diluncurkan dari bahu yang membuat roket Dehlavieh menjadi senjata strategis dalam perang anti-tank," kata Menteri Pertahanan Iran.

Dehlavieh adalah nama suatu daerah di selatan Provinsi Khozestan di mana Menteri Pertahanan Republik Islam pertama Dr Mostafa Chamran gugur syahid dalam membimbing pasukannya melawan unit lapis pasukan agresor rezim Baath Irak dalam perang tahun 1980-an.

Kesuksesan ilmuwan Iran di Manuver Nabi Besar 7, meski negara ini dijatuhi sanksi menuai reaksi luas di media internasional. Media tersebut menyebut manuver ini sebagai bentuk kemampuan Iran mempertahankan diri dari setiap ancaman. Associated Press, The Guardian cetakan Inggris, dan Koran The Christian Science Monitor cetakan AS serta media massa regional di laporannya mengakui kemampuan pertahanan Iran semakin kokoh dan menilai Tehran dengan kemampuannya ini mampu menghancurkan pangkalan militer Amerika di kawasan serta membumihanguskan pangkalan militer Rezim Zionis Israel di Palestina pendudukan dalam waktu singkat setelah rezim ilegal ini berani menyerang Iran.

Kesuksesan besar Iran di bidang pertahanan dan militer membuat musuh-musuh negara ini berfikir dua kali untuk menyerang Tehran. Oleh karena itu, kita saksikan pernyataan para petinggi Washington dan Tel Aviv saling bertentangan terkait opsi militer terhadap Tehran. Dalam hal ini sangat transparan terlihat kebingungan musuh Iran dan ketidakmampuan mereka meraba kemampuan pertahanan Tehran serta reaksi militer negara ini dalam menghadapi setiap ancaman.(IRIB Indonesia)

Read 1874 times