20 Farvardin, Momentum Kemajuan Nuklir Iran

Rate this item
(0 votes)
20 Farvardin, Momentum Kemajuan Nuklir Iran

 

Setiap tanggal 20 Farvardin, yang tahun ini jatuh pada tanggal 8 April 2020, diperingati sebagai "Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran".

Momentum penting ini dimulai sejak tahun 2006, ketika Republik Islam Iran mengumumkan kesuksesannya menguasai teknologi pengayaan uranium untuk kepentingan damai pada tanggal 20 Farvardin 1385 HS  yang bertepatan 9 April 2006. Sejak itu, penanggalan Iran menetapkan Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran yang diperingati setiap tahun.

Keberhasilan para ilmuwan Iran menguasai teknologi pengayaan uranium dan pengoperasian mesin-mesin sentrifugal, menjadikan Republik Islam resmi bergabung dalam jajaran negara-negara pemilik teknologi nuklir di dunia. Keberhasilan tersebut diapresisasi oleh Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan Iran dengan menetapkan tanggal 20 Farvardin sebagai Hari Teknologi Nuklir Nasional, sebagai bentuk penghargaan yang tinggi kepada para ilmuwan nuklir negaranya.

Teknologi nuklir merupakan sains unggulan dan strategis yang memiliki banyak kegunaan di berbagai bidang. Saat ini sekitar 10 negara di dunia menguasai teknologi nuklir. 

Energi nuklir memiliki banyak kegunaan. Oleh karena itu, menguasai sains dan teknologi nuklir selalu menjadi sebuah impian bagi banyak negara. Selama setengah abad terakhir, teknologi nuklir memainkan peran penting dalam pengembangan sektor industri, kedokteran, dan pertanian. Teknologi nuklir telah digunakan untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka, listrik tenaga nuklir, dan produksi bahan-bahan dengan tingkat ketahanan yang tinggi, serta meningkatkan produk pertanian yang berkualitas.

Pengembangan sains dan teknologi nuklir damai di Iran berjalan sesuai dengan fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei tentang pelarangan produksi, pengembangan, dan penggunaan senjata nuklir maupun senjata pemusnah massal lainnya. 

Kemajuan sains dan teknologi nuklir di Iran dibayar dengan biaya politik, hukum, dan ekonomi dengan adanya sejumlah ilmuwan nuklir Iran, termasuk Mustafa Ahmadi Roshan dan Massoud Ali Mohammadi yang gugur diteror musuh.

Kazem Gharibiabadi, Duta Besar dan Wakil Tetap Iran untuk Organisasi Internasional di Wina, dalam pertemuan ke-35 Komisi Pendahuluan Traktat Larangan Pengujian Nuklir Komprehensif, menjelaskan posisi Republik Islam Iran, dengan mengatakan, "Realisasi penuh dari tujuan larangan komprehensif pengujian nuklir tergantung pada komitmen negara-negara pemilik senjata nuklir,".

Christopher Ashley Ford, kepala urusan keamanan internasional dan non-proliferasi di Hudson Institute berkeyakinan bahwa munculnya banyak ancaman dari dunia nuklir saat ini berasal dari modernisasi senjata nuklir dan dimulainya kembali persaingan antara kekuatan utama  nuklir.

AS sebagai salah satu pemilik senjata nuklir terbesar di dunia, dan sponsor utama rezim Zionis, memiliki ratusan bom atom yang berada di luar pengawasan lembaga internasional terkait. Padahal, Amerika Serikat memiliki rekam jejak hitam dalam penggunaan bom atom di tahun 1945. AS menjatuhkan senjata-senjata mematikan terhadap orang-orang tak berdosa di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, sekaligus  meninggalkan banyak kerusakan lingkungan serius. Masalah ini dibahas selama pertemuan antara PM Jepang, Abe Shinzo dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei di Tehran.

 Ayatullah Khamenei dalam pertemuan tersebut menanggapi pernyataan Perdana Menteri Jepang tentang permintaan AS untuk bernegosiasi tentang masalah nuklir dengan Iran. Rahbar mengatakan, "Republik Islam Iran selama lima atau enam tahun telah berunding tentang masalah nuklir dengan AS dan Eropa dalam bentuk kelompok 5 + 1 dan membuahkan hasil. Tetapi Amerika Serikat melanggar kesepakatan dan perjanjian ini. Jadi orang bijak mana yang akan bernegosiasi lagi dengan negara yang telah melanggar semua perjanjian?,".

Menyikapi pernyataan Perdana Menteri Jepang bahwa Amerika Serikat siap untuk bernegosiasi secara jujur ​​dengan Iran, Ayatullah Khamenei mengungkapkan, "Kami tidak percaya ini sama sekali karena negosiasi yang jujur ​​tidak dikeluarkan oleh orang seperti Trump,". 

Rahbar kembali menegaskan pandangan Republik Islam mengenai senjata nuklir, dengan menyatakan, "Kami menentang senjata nuklir dan fatwa agama saya mengharamkannya. Tetapi jikapun kami bermaksud membuat senjata nuklir, Amerika Serikat tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak membiarkan Amerika Serikat menghalanginya,".

Ayatullah Khamenei juga menekankan, "Produksi dan penggunaan senjata nuklir tidak masuk akal. Oleh karena itu, Amerika Serikat yang memiliki gudang senjata berisi ribuan hulu ledak nuklir tidak memiliki wewenang untuk membicarakan negara mana yang harus memilikinya atau tidak,". 

Dalam sebuah wawancara dengan Euronews, Ali Akbar Salehi, Kepala Organisasi Energi Atom Iran, menekankan, "Kami tidak pernah mencari bom nuklir. Itu adalah fatwa, fatwa pemerintah. Kami telah beralih dari ambang batas infrastruktur industri nuklir dalam semua dimensi, dari siklus bahan bakar hingga merancang reaktor riset untuk membangun semua jenis peralatan yang terkait dengan industri nuklir. Kami telah menjadi negara [yang mengusai teknologi] nuklir. Tentu saja, kami bukan negara nuklir maju seperti Jerman, Amerika Serikat dan Rusia, tetapi kami memiliki semua potensi dalam industri nuklir."

Republik Islam Iran telah menetapkan tujuan rasional untuk pengembangan program nuklirnya yang damai di bidang produksi energi, kesehatan dan pertanian. Kini, Iran telah meraih kemajuan dan keberhasilan signifikan di bidang ini. Jelas, Iran akan menggunakan sains dan teknologi strategis ini berdasarkan potensinya yang sangat besar.(

Read 768 times