Print this page

Pencaplokan Tapi Barat oleh Israel Tak Berjalan Mulus

Rate this item
(0 votes)
Pencaplokan Tapi Barat oleh Israel Tak Berjalan Mulus

Rencana kontroversial Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencaplok bagian-bagian wilayah Tepi Barat, Palestina tampaknya tak berjalan mulus. Sebab, mitra koalisi utamanya, Benny Ganz dan sekelompok anggota parlemen AS telah mengisyaratkan penentangan mereka terhadap langkah tersebut.

Netanyahu suda menetapkan 1 Juli (besok) sebagai tanggal dilaksanakannya rencana untuk memaksakan “kedaulatan” rezim Tel Aviv atas sekitar sepertiga Tepi Barat, termasuk permukiman dan Lembah Jordan.

Ketika tenggat waktu semakin dekat, menteri urusan militer Israel Benny Gantz, pimpinan partai Biru Putih, pada Senin (29/6) menyarankan agar pelaksanaan aneksasi ditunda, lagian, Israel saat ini sedang berurusan dengan Covid-19.

Gantz mengatakan bahwa perang melawan pandemi dan krisis ekonominya harus diutamakan daripada keputusan politik apa pun.

Sebuah sumber di partai Biru Putih mengutip yag pernyataan Gantz mengatakan kepada delegasi AS, yang terdiri dari Duta Besar Amerika untuk Israel David Friedman, Utusan Khusus Gedung Putih Avi Berkowitz dan pakar pemetaan Scott Leigh, pada hari Senin bahwa tanggal target 1 Juli adalah hari yang “tidak suci.”

“Satu-satunya hal yang kudus saat ini adalah membuat orang kembali ke pekerjan mereka dan menangani masalah coronavirus,” kata Gantz seperti dikutip sumber dari orang dalam partainya.

Dalam pernyataan yang disiarkan kemudian, Gantz mengatakan kepada anggota partai sentrisnya bahwa “apa yang tidak terkait dengan corona akan menunggu sampai sehari setelah virus”. Ia  memperkirakan bahwa krisis kesehatan ini akan masih berlangsung hingga 18 bulan lagi.

Menanggapi komentar Gantz, Netanyahu mengatakan kepada sekelompok legislator dari partai sayap kanannya, Likud pada hari Senin bahwa mitra koalisi, aliansi politik Biru Putih, adalah “bukan faktor” dalam memutuskan apakah tawaran aneksasi akan berjalan sesuai rencana.

Netanyahu menekankan bahwa dia sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan tim diplomatik Amerika tentang masalah ini.

“Kami sedang dalam pembicaraan dengan tim AS di Israel,” katanya. “Kami melakukannya secara diam-diam. Masalahnya tidak sampai Biru Putih; mereka juga bukan faktor,” lanjutnya.

Di tempat lain dalam komentarnya, Netanyahu bahwa pencaplokan Tepi Barat ini sudah sangat rumit.

“Saya memiliki jalur komunikasi positif dengan Amerika dan ketika saya memiliki sesuatu untuk dilaporkan, saya akan melaporkannya,” katanya. “Ini adalah proses yang rumit dengan banyak pertimbangan diplomatik dan keamanan yang tidak bisa saya bahas. Kami mengatakan bahwa [aneksasi] akan terjadi setelah 1 Juli,” jelas Perdana Menteri Israel.

 

Presiden AS Donald Trump sendiri telah memberi Tel Aviv lampu hijau untuk perampasan tanah Palestina dalam “kesepakatan abad ini” yang diproklamirkannya pada bulan Januari lalu dengan tujuan melegitimasi pendudukan Israel dan menggambar kembali peta Timur Tengah.

Namun, AS masih belum memutuskan apakah akan secara resmi mendukung tindakan aneksasi yang dicari oleh Netanyahu dalam situasi saat ini.

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News pada hari Minggu bahwa Friedman, Berkowitz dan Leigh mengadakan beberapa hari pertemuan di Washington yang juga melibatkan Jared Kushner, menantu Trump dan penasihat senior mengenai masalah ini.

Diskusi, yang terjadi sebelum perjalanan tiga pejabat itu ke Israel, adalah “produktif” tetapi tidak meyakinkan, katanya, menyinggung kekhawatiran tentang bagaimana aneksasi Israel dapat mempengaruhi rencana Timur Tengah Trump.

“Belum ada keputusan akhir tentang langkah selanjutnya untuk mengimplementasikan rencana Trump,” kata sumber itu.

Pencaplokan tidak akan dimulai pada 1 Juli

Sementara itu, berbagai sumber Amerika mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa Israel tidak akan mengambil langkah untuk mencaplok wilayah Palestina minggu ini.

Beberapa laporan mengatakan bahwa pemerintahan Trump telah mendinginkan dukungannya kepada Israel di tengah kekhawatiran bahwa itu mungkin akan merusak peluang Trump terpilih kembali menjadi presiden.

Anggota parlemen AS mengancam Israel

Selain itu pada hari Senin, sekelompok anggota parlemen AS menyuarakan keprihatinan tentang aneksasi yang direncanakan. Mereka menyerukan untuk menggunakan “kombinasi tekanan dan insentif” untuk mencegahnya, termasuk memaksakan kondisi bantuan militer Amerika ke Israel.

Empat orang anggota Konggres AS mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Adlam surat tersebut tertulis:

“Pencaplokan sepihak di Tepi Barat akan mengasingkan anggota parlemen dan warga AS. Kami tidak dapat mendukung sistem yang tidak demokratis di mana Israel akan secara permanen memerintah rakyat Palestina yang menolak penentuan nasib sendiri atau hak yang sama.”

“Jika pemerintah Israel bergerak maju dengan aneksasi yang direncanakan dengan persetujuan pemerintah ini, kami akan bekerja untuk memastikan tidak adanya pengakuan serta mengejar persyaratan pendanaan militer AS $ 3,8 miliar ke Israel, termasuk kondisi hak asasi manusia.”

Surat itu juga mengancam “pemotongan dana untuk pengadaan senjata Israel di luar negeri sama dengan atau melebihi jumlah yang dihabiskan pemerintah Israel setiap tahun untuk mendanai pemukiman, serta kebijakan dan praktik yang mendukung dan memungkinkannya.”

Yordania Menentang Lagi

Secara terpisah pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi sekali lagi mengutuk rencana aneksasi Israel dalam percakapan telepon dengan para koleganya dari Eropa.

Safadi dan Menteri Luar Negeri Belgia Philippe Goffin membahas melalui telepon untuk mencapai sikap internasional yang efektif untuk mencegah tindakan ilegal Israel dan melindungi proses perdamaian, menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Yordania.

Diplomat Yordania menekankan bahwa pencaplokan Tepi Barat  merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan merusak solusi dua negara dan semua pilar yang telah membentuk proses perdamaian.

Goffin, pada bagiannya, menekankan penolakan Belgia terhadap rencana aneksasi dan komitmen terhadap apa yang disebut kerangka kerja dua negara sebagai “satu-satunya cara untuk mencapai akhir konflik.”

Dalam panggilan telepon lain, Safadi bertukar pandangan dengan rekannya dari Spanyol, Arancha Gonzalez Laya, tentang perlunya mengintensifkan upaya yang bertujuan menghentikan pencaplokan Israel.

Read 615 times