Islamophobia di Barat (38)

Rate this item
(0 votes)
Islamophobia di Barat (38)

 

Sekitar 300 tokoh politik, budaya, seni, dan sosial Prancis dalam sebuah surat anti-Islam, meminta kaum Muslim untuk menghapus surat-surat al-Quran, yang menyerukan pembunuhan dan hukuman bagi orang-orang Yahudi, Kristen, dan Atheis.

Salah satu penandatangan surat tersebut adalah mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Para penandatangan surat ini mengangkat kasus pembunuhan 11 orang Yahudi di Prancis dalam beberapa bulan terakhir. Komunitas Muslim langsung dikaitkan dengan kasus itu dan mereka menyatakan bahwa anti-semitisme di Perancis jauh lebih parah dan lebih akut daripada Islamophobia.

Para penandatangan surat itu benar-benar tidak membaca sejarah atau sedang berusaha untuk membalikkan fakta. Proposisi kedua tentu saja lebih dekat dengan kenyataan. Realitas saat ini adalah bahwa lobi-lobi besar Zionis di Prancis sedang mengobarkan gerakan Islamophobia di negara itu.

Masyarakat Muslim Prancis yang berjumlah hampir enam juta jiwa, selalu menghadapi banyak ancaman, pengekangan, dan larangan di tengah masyarakat. Namun, kasus penghinaan terkecil sekali pun terhadap seorang Yahudi akan dianggap sebagai gerakan besar anti-semitisme.

Seruan hampir 300 tokoh politik, budaya, seni, dan sosial Prancis untuk menghapus beberapa surat al-Quran juga terpengaruh oleh isu anti-semitisme. Tidak diragukan lagi bahwa kaum Muslim dan Yahudi menghadapi gesekan dan konflik di sepanjang sejarah.

Pada dasarnya, tidak ada kontradiksi dan pertentangan antara agama-agama Samawi, antara Islam dan Yahudi juga tidak seharusnya ada pertentangan. Namun, orang-orang fanatik dan pengikut agama terkadang menjadi pemicu perselisihan dan munculnya gesekan.

"Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya" dan mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami taat." (QS. Al-Baqarah: 285)

Gerakan anti-Yahudi di Prancis.
Ayat-ayat al-Quran yang berisi kecaman terhadap Yahudi, bukan karena mereka sebagai kaum Yahudi, tetapi karena menolak menerima kebenaran dan menyusun konspirasi untuk membunuh Rasulullah Saw.

Jika kaum Yahudi di masa sekarang tetap seperti itu, maka ayat-ayat tersebut juga mencakup mereka. Al-Quran menggunakan kalimat yang keras terhadap orang-orang yang congkak baik Muslim atau non-Muslim, dan akan menjauhi orang-orang yang menolak berbuat kebajikan.

Ayat-ayat yang berbicara tentang Yudaisme ditujukan kepada sekelompok orang Yahudi yang sombong dan arogan, bukan karena Yudaisme. Dengan mengkaji al-Quran, kita akan menemukan bahwa peringatan seperti itu juga diberikan kepada orang-orang Muslim yang tidak taat dan sombong.

Interaksi pertama orang-orang Yahudi dengan kaum Muslim berlangsung damai. Rasulullah Saw memperlakukan kaum Yahudi dengan sangat baik. Misalnya, menerima jizyah dari mereka, tetapi menolak jizyah dari kaum musyrik. Ayat-ayat al-Quran dan sejarah mencatat fakta ini.

Sejumlah kelompok Yahudi menetap di Semenanjung Arab seperti Bani Qaynuqa', Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Yahudi Khaibar, yang diharapkan oleh Rasulullah Saw akan masuk Islam, karena keduanya (Islam-Yahudi) sama-sama agama Samawi, tetapi dalam praktiknya kaum Yahudi di Madinah menolak masuk Islam.

Menurut al-Quran, konspirasi dan permusuhan kaum Yahudi terhadap Islam dan kaum Muslim bersumber dari dorongan hawa nafsu mereka, tidak memiliki iman yang kuat, dan rasisme. Rasulullah mengambil berbagai langkah dalam menghadapi permusuhan ini, pertama-tama merintis perjanjian dan menyeru mereka pada kebenaran.

Kemudian bersikap toleran dengan Yahudi dan mengajak mereka untuk menjauhi perselisihan. Rasul Saw melakukan perdebatan yang baik dengan Yahudi dan memberikan peringatan kepada mereka. Pada akhirnya, Rasul terpaksa menggunakan kekuatan militer dengan Yahudi.

Sekelompok Yahudi yang mematuhi perjanjian dan hidup rukun berdampingan dengan kaum Muslim, menikmati kondisi kehidupan yang baik. Kebebasan bergama dalam Islam, perlindungan terhadap hak-hak pengikut agama lain, dan tolerasi, membuat orang-orang Yahudi yang tinggal di wilayah Muslim mencapai kemajuan.

Akar anti-semitisme berasal dari Eropa, bukan dari negara-negara Muslim. Para tokoh Perancis yang menyerukan penghapusan beberapa surat al-Quran, harus melihat sejarah masa lalunya. Kaum Yahudi Eropa selama berabad-abad sebelum Era Pencerahan, hidup sebagai minoritas agama yang ditindas dan berada dalam situasi yang miris.

Situasi sulit ini disebabkan oleh dua faktor penting: Pertama, para penguasa Eropa dan Kristen menindas kaum Yahudi karena menganggap mereka musuh, najis, dan tidak memiliki hak apapun. Kedua, cara pandang Yahudi sendiri telah membuat mereka terpisah dari manusia lain dan terisolasi dalam komunitas kecil Yahudi.

Sehubungan dengan faktor pertama, sikap represif para penguasa Eropa dan Kristen terhadap kaum Yahudi kembali ke abad keempat Masehi. Pada masa itu, Kaisar Romawi Konstantinus Agung memeluk agama Kristen. Setelahnya, para pengganti Konstantinus memproklamirkan Kristen sebagai satu-satunya agama resmi Roma dan melarang agama lain.

Perkembangan ini benar-benar menyulitkan kaum Yahudi dan para pemeluk agama mereka, karena hubungan antara Kristen-Yahudi sudah buruk sejak awal munculnya agama Kristen. Pemeluk agama Kristen menganggap kaum Yahudi sebagai pelaku pembunuhan dan penyaliban Nabi Isa as. Oleh sebab itu, kaum Yahudi benar-benar ditekan di bawah Imperium Romawi.

Masyarakat Kristen melakukan berbagai bentuk penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi. Dalam banyak kasus, orang Yahudi dipaksa masuk Kristen. Yahudi yang menolak untuk mengubah agamanya akan menjadi sasaran penyiksaan dan penganiayaan, seperti perbudakan, eksekusi, dan pengasingan. Puncak dari permusuhan para penguasa Eropa dan komunitas Kristen terhadap Yahudi terjadi selama Perang Salib.

Pada akhir abad ke-11 dan bersamaan dengan Perang Salib, orang-orang Eropa melakukan berbagai bentuk penyiksaan terhadap kaum Yahudi. Gerakan ini dimulai di Jerman. Pembantaian massal terhadap Yahudi terjadi di negeri itu dan menyebar ke negara-negara Eropa lainnya. Setelah pembantaian, keluarga yang tersisa diusir dari negara itu.

Kaum Yahudi diusir dari Inggris pada 1290, dari Prancis pada 1394, dari Spanyol pada 1492, dari Portugal pada 1496, dari Navarre dan Sisilia pada 1498, dan dari Swiss dan Jerman pada 1490. Orang-orang Yahudi kemudian tersebar di mana-mana.

Sebagian Yahudi di Eropa Selatan memilih eksodus ke Timur. Sebagian dari Spanyol beremigrasi ke Suriah dan Turki, sekelompok dari mereka pergi ke utara ke Polandia. Yahudi yang bertahan di Italia, Jerman, dan Austria, ditempatkan di Ghetto, tempat tinggal khusus untuk warga Yahudi. Mereka tidak punya hak untuk keluar dari Ghetto pada malam hari atau akan dibunuh.

Untuk mengetahui kondisi kaum Yahudi Eropa pada Abad Pertengahan, Martin Luther berkata, "Gereja, paus, dan uskup memperlakukan orang-orang Yahudi layaknya anjing, bukan manusia."

Meskipun Kebangkitan Renaisans, gerakan Protestan, dan kebangkitan paham Luther, telah sedikit mengubah pandangan orang-orang Kristen terhadap kaum Yahudi, tetapi kondisi ini tidak berlangsung lama, gelombang baru anti-Yahudi segera muncul di Eropa pada abad ke-16 dan 17 Masehi.

Read 638 times