Print this page

Revolusi Islam Iran dan Pejuangan Palestina

Rate this item
(0 votes)
Revolusi Islam Iran dan Pejuangan Palestina

 

Salah satu isu strategi utama kebijakan luar negeri Iran setelah kemenangan Revolusi Islam adalah dukungan terhadap perjuangan Palestina.

Sebelum Revolusi Islam Iran, proses pemusnahan isu Palestina di dunia Islam telah dimulai, namun terjadinya Revolusi Islam di Iran membuat masalah Palestina menjadi pusat perhatian dan fokus dunia Islam. Oleh karena itu, Revolusi Islam di Iran dapat dianggap sebagai titik balik dalam masalah Palestina. Dukungan terhadap Palestina telah diupayakan oleh Republik Islam Iran di berbagai bidang, bahkan menjadi bagian tidak terpisahkan dari negara ini.

Iran Tidak Mengakui Eksistensi Israel

Republik Islam Iran tidak pernah mengakui eksistensi Israel. Imam Khomeini, pendiri Revolusi Islam Iran, menyebut Israel sebagai "tumor kanker". Posisi tegas Republik Islam Iran ini sebagai tanggapan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh rezim Israel kepada Palestina. Faktanya, Republik Islam Iran hingga kini menjadi salah satu pendukung terpenting Palestina.

 Ehsan Ataya, seorang pejabat senior gerakan Jihad Islam Palestina mengatakan, "Sejak kemenangan Revolusi Islam di Iran, sebuah slogan telah diangkat di negara ini, dan itu adalah Palestina akan dibebaskan. Hal pertama yang dilakukan dalam hal ini adalah perubahan Kedutaan Besar Israel di Tehran menjadi Kedutaan Besar Palestina atas perintah Imam Khomeini. Dukungan Imam Khomeini dan Republik Islam Iran sudah jelas sejak awal. Dukungan ini tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam perbuatan." 

Dukungan untuk Palestina Ketika Orang Arab Berkompromi dengan Israel

Revolusi Islam di Iran terjadi pada saat Mesir menandatangani perjanjian Camp David dengan rezim Zionid, dan negara-negara Arab lainnya hampir putus asa dalam menghadapi Israel dan mendukung Palestina karena kemenangan Israel dalam perang melawan Arab. Revolusi Islam Iran memberikan dukungan kuat terhadap Palestina.

Faktanya, Revolusi Islam Iran menempatkan masalah Palestina melampaui identitas etnis dunia Arab dan membawanya lebih tinggi di tingkat dunia Islam dan kemanusiaan. Wakil Gerakan Amal Lebanon di Tehran, Salah Fahash mengatakan, "Iran menghidupkan kembali masalah Palestina. Revolusi Iran menentang perlakuan kejam Zionis terhadap rakyat Palestina dan percaya bahwa Quds harus dikembalikan ke Palestina,"

Salah satu tindakan terpenting yang diambil setelah kemenangan Revolusi Islam Iran adalah inisiatif Imam Khomeini untuk menetapkan Jumat terakhir bulan suci Ramadhan sebagai "Hari Quds Internasional". Dengan langkah tersebut, Imam mengeluarkan masalah Palestina dari afiliasinya dengan nasionalisme Arab, dan mengatur dimensi budaya dan ideologi Islam atas perjuangan melawan Israel.

Konsekuensi lain yang sangat penting dari Revolusi Islam di Iran selama empat dekade terakhir megenai dukungannya terhadap kelompok perlawanan Palestina. Dukungan Iran terhadap kemampuan militer Gerakan Perlawanan Islam Palestina, terutama Hamas dan Jihad Islam menyebabkan kekalahan besar bagi rezim Zionis, sebagaimana menimpa perang 22, 11, 51, dan 2 hari.

Kekalahan ini menghancurkan skenario Zionis dan rencana untuk menguasai seluruh wilayah satu persatu, sehingga rezim Zionis kini berusaha mempertahankan keberadaannya dengan membangun tembok di sekelilingnya dari Jalur Gaza hingga perbatasan Lebanon dan Yordania.

"Dengan kemenangan Revolusi Islam dan dukungan Iran, perlawanan telah mengambil bentuk Islam, dan kami melihat bahwa perlawanan ini telah mencapai kemenangan yang signifikan, seperti pengusiran Zionis dari Jalur Gaza dan singkatnya perang selama dua hari. Kini, rezim Zionis di kawasan paling takut pada perlawanan, Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam Palestina." kata Seyyed Jafar Razavi, pakar Palestina, Perang rezim Zionis melawan Palestina

Faktanya, berkat dukungan Republik Islam Iran kepada kelompok-kelompok perlawanan di kawasan, termasuk perlawanan Palestina, saat ini kelompok-kelompok ini memiliki peran yang tak terbantahkan dalam tatanan keamanan Asia Barat yang melemahkan posisi rezim Zionis. 

 Kesepakatan abad dan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis termasuk dua plot Amerika yang telah dikejar dan dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir demi mendukung Israel. Dalam hal ini, UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan, yang dikenal sebagai "Perjanjian Abraham", pada tanggal 15 September di Gedung Putih yang dihadiri langsung oleh Donald Trump.

Maroko dan Sudan juga menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan rezim Zionis. Faktanya, normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan rezim Zionis telah terjadi dalam beberapa dekade terakhir, dan kejadian baru saja terjadi adalah publisitas dan formalisasi prosesnya.

Salah satu konsekuensi terpenting dari normalisasi tersebut adalah peminggiran perjuangan Palestina, sekaligus upaya menjustifikasi kejahatan Israel terhadap Palestina.

Republik Islam Iran adalah salah satu negara terpenting yang menentang normalisasi dengan rezim Zionis, dan perjanjian perdagangan, Kesepakatan Abad. Saudi dan beberapa negara Arab lainnya mengklaim Republik Islam Iran ikut campur dalam urusan Arab, tetapi sekarang negara-negara ini sendiri secara praktis telah meninggalkan Palestina dan mulai mendukung Israel. 

Kesepakatan abad dan normalisasi hubungan menunjukkan bahwa masalah Palestina telah kehilangan tempatnya dari waktu ke waktu bagi negara-negara Arab. Tetapi dukungan terhadap Palestina memiliki kedudukan sentral dalam kebijakan luar negeri Republik Islam Iran.

Seyyed Jafar Razavi, seorang pakar masalah Palestina mengatakan, "Masalah Palestina telah menjadi manifesto Revolusi Islam sejak awal dan bukan sesuatu yang dilekatkan dalam Revolusi Islam. Pada tahun-tahun setelah kemenangan revolusi, Republik Islam Iran adalah satu-satunya negara yang selalu mendukung rakyat Palestina. Ada negara-negara yang secara periodik mendukung Palestina, tetapi dukungan mereka berubah-ubah atau terputus-putus. Namun, Republik Islam Iran adalah satu-satunya negara yang senantiasa mendukung Palestina. Fluktuasi dukungan terhadap Palestina diberikaan negara-negara kawasan seperti Arab Saudi, Qatar, atau Turki yang kadang-kadang mendukung orang-orang Palestina. Tetapi dukungan mereka berkurang atau turun, sedangkan Republik Islam Iran telah mendukung rakyat Palestina secara tegas sejak awal revolusi,".

Read 572 times