Sekitar 11 tahun lalu, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei secara resmi menyampaikan wacana referendum sebagai solusi masalah Palestina untuk pertama kalinya.
Pandangan Rahbar yang dikemukakan sejak 20 Oktober 2000 ini mengandung beberapa ungkapan dan proposisi strategis yang menjelaskan pandangan Republik Islam Iran. Beliau mengatakan, "Para pemuda umat Islam telah mengibarkan panji-panji jihad di Palestina demi mempertahankan martabat, identitas dan eksistensinya dengan jiwa mereka sendiri. Saya katakan kepada saudara-saudara Palestina: Lanjutkan perjuangan Anda !"
Ayatullah Khamenei menegaskan,"Perlawanan Palestina terus berlanjut disertai upaya diplomatik dan politik. Jalan penyelesaian terakhir bagi bangsa Palestina yang tertindas adalah jihad dan perlawanan berani melawan penjajah. Pembentukan negara Palestina dibangun melalui kembalinya semua orang Palestina ke negara mereka, dan menghadapi musuh dengan otoritas dan kekuatan bersenjata,".
Ditegaskannya, "Mempersenjatai Tepi Barat sebagai suatu keharusan. Setiap rencana aksi harus didasarkan pada prinsip semua Palestina untuk semua orang Palestina. Perlawanan berani oleh orang-orang yang rumah dan negaranya diduduki diakui dalam semua perjanjian internasional,".
Di tempat lain dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menekankan perlunya kehadiran rakyat dan pemuda untuk pembebasan Quds Syarif. Ayatullah Khamenei mengungkapkan, "Jika nasib perjuangan Palestina ada di tangan segelintir politisi, rakyat tidak memiliki peran di dalamnya, nasib mereka akan seperti yang Anda lihat saat ini; kehinaan; mundur ke belakang; Memberikan tanah kepada musuh; mengosongkan barak satu demi satu untuk musuh yang menindas, agresor, tidak punya malu dan keji. Sementara itu, para pemimpin negara-negara Arab berdiam diri dan tidak bertindak dalam insiden getir Camp David dan berupaya menghilangkan masalah Palestina di benak komunitas Muslim, dan ini adalah pengkhianatan besar terhadap perjuangan Palestina,".
"Untuk membebaskan Palestina perlu fokus pada musuh bersama negara-negara Arab serta menghindari ketegangan dan perang di tengah masyarakat Muslim, dan negara-negara Muslim harus memberikan bantuan nyata kepada negara-negara garis depan demi menyelamatkan Palestina. Di masa lalu, beberapa pemerintah bahkan menikam negara-negara garis depan dari belakang! Contoh nyatanya adalah pemerintah Iran di era Pahlevi," tutur Rahbar.
Ayatullah Khamenei juga mengingatkan dunia Islam mengenai peran rezim Zionis dalam menciptakan perpecahan di dunia Islam dan kesia-siaan bernegosiasi dengan rezim perampas dan ekspansionis ini. Beliau mengungkapkan, "Rezim Zionis diciptakan oleh kekuatan politik dan ekonomi dunia untuk tujuan supaya dunia Islam tidak bersatu dan memiliki harga diri. Mereka tidak akan membiarkan kaum muslimin membentuk satu kesatuan besar yang akan menjadi ancamannya. Orang-orang yang polos berpikir bisa bernegosiasi dengan rezim Zionis. Padahal, setiap pembicaraan untuk rezim Zionis seperti membuka lapangan bagi mereka untuk maju. Kemarin mereka membantunya dalam pembicaraan, hari ini mereka datang dan mengklaim Masjid Al-Aqsa. Ancaman dan penyuapan digunakan sebagai alat dari pihak Barat-Ibrani. Berkomitmen untuk bernegosiasi dengan Israel serta melupakan jihad dan perlawanan di beberapa kelompok Palestina, bergerak untuk bernegosiasi dengan rezim penipu, pembohong dan perampas adalah kesalahan besar yang tak termaafkan dan menunda kemenangan bangsa Palestina,".
Ayatullah Khamenei meyakini rezim Zionis yang menjajah Palestina adalah rezim rasis. Oleh karena itu tidak bisa diharapkan akan membawa keadilan dan perdamaian. Sebab mereka telah mengusir suatu bangsa dari tanah airnya, dan mereka yang tinggal menjadi sasaran orang asing yang dibawa ke sana. Lalu bisakah bangsa ini dibungkam. Ketika Republik Islam memperjuangkan aspirasi mereka dianggap menentang proses perdamaian.
Rahbar memaparkan, "Tentu saja, kami menentang kebijakan seperti itu. Ini adalah fantasi ketika Anda berpikir sebuah bangsa dapat dihapus dari sejarahnya, dan bangsa palsu diciptakan sebagai gantinya! Orang-orang Palestina memiliki budaya, peradaban dan sejarah. Tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya. Saya katakan kepada mereka yang melihat masalah Timur Tengah sebagai krisis global, satu-satunya cara untuk menahan atau menghilangkan krisis Timur Tengah adalah dengan mencabut akar krisis. Apa akar dari krisis? keberadaan rezim Zionis di kawasan. Pengungsi Palestina harus kembali ke Palestina dari Lebanon dan tempat lain. Orang-orang asli Palestina - apakah Muslim, Kristen, Yahudi - mengadakan referendum dan memutuskan rezim mana yang memerintah negara mereka,".
Ayatullah Khamenei mengatakan, "Hari ini, bangsa Muslim Palestina telah tampil ke depan atas nama Islam dan dengan slogan Islam. Musuh segera mengerti apa yang sedang terjadi. Ketika intifada di Palestina dimulai satu dekade lalu, musuh merasa terancam. Mereka [rezim Zionis] berupaya menghancurkannya, karena gerakan ini membawa nama Islam,".
"Saya perlu mengingatkan para pemimpin negara-negara Arab tentang tanggung jawab besar yang mereka miliki saat ini. Hari ini, umat Islam berharap dari para pemimpin Arab. Para pemimpin Arab bisa mendapatkan prestise abadi untuk diri mereka sendiri dengan keputusan yang tepat. Tentu saja, masalah Palestina tidak akan diselesaikan dengan pertemuan-pertemuan ini. Namun KTT ini dapat menyampaikan tuntutan bangsa Palestina kepada dunia.Tuntutan paling mendesak dari bangsa Palestina adalah agar para pelaku pembantaian warga Palestina diadili dan dihukum di pengadilan Islam atau Arab. Quds Syarif harus sepenuhnya dibersihkan dari Zionis. Biarkan rakyat Palestina memutuskan dengan bebas masa depan dan nasib mereka. Kontrak [kompromi dengan rezim Zionis] tidak berpengaruh dan tidak menguntungkan, bahkan hanya akan memalukan bagi mereka yang telah menandatanganinya," ungkap Rahbar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran memandang perlunya mengintegrasikan perlawanan bersenjata dan melanjutkan upaya hukum di PBB untuk mengadakan referendum. Dengan demikian, eksistensi Israel yang tergantung pada penghancuran bertahap identitas dan keberadaan Palestina harus dihadapi dengan perlawanan tegas dan bersenjata terhadap rezim agresor tersebut.
Mengenai perlunya melanjutkan perlawanan terhadap rezim Zionis, Rahbar mengatakan, "Dalam menghadapi rezim Zionis, Palestina harus menunjukkan kekuatan. Jika bukan karena menghadapi rudal Gaza, apakah rezim Zionis akan mundur. Oleh karena itu, Tepi Barat, seperti Gaza, harus dipersenjatai. Karena tangan kekuasaan sangat dibutuhkan. Amerika Serikat harus mempertimbangkan proposal Iran untuk referendum Palestina dan dengan keputusan yang berani, menyelamatkan diri dari simpul yang tidak dapat dipecahkan selama ini. Dokumen kesungguhan negara-negara Muslim dalam mendukung rakyat Palestina adalah pemutusan hubungan politik dan ekonomi yang terbuka dan terselubung dengan rezim tersebut. Pemerintah yang menjadi tuan rumah kedutaan atau kantor ekonomi Zionis tidak dapat mengklaim membela Palestina, dan tidak ada slogan anti-Zionis yang akan dianggap serius oleh mereka,".
Ayatullah Khamenei juga memandang dukungan rakyat Palestina sebagai tugas agama serta tugas kemanusiaan. Oleh karena itu, Iran senantiasa mendukung Palestina dan menekankan ketidakmampuan metode kompromi sejak awal, karena telah berulang kali gagal dan berbahaya serta menimbulkan kerugian besar.
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam percaya bahwa kesempatan yang diberikan untuk proses kompromi dengan Israel berefek destruktif terhadap perlawanan dan perjuangan rakyat Palestina. Penentangan Iran terhadap apa yang disebut dialog perdamaian Timur Tengah, karena tidak adil, penghinaan, arogan, dan irasional.