Iran, Tanah Agama-agama Monoteisme Dunia

Rate this item
(0 votes)
Iran, Tanah Agama-agama Monoteisme Dunia

Peluncuran buku "Ritual Gereja-gereja Timur Assyrian Urmia" baru-baru menampilkan sisi lain Iran, isu multikulturalisme yang sering disorot media Barat.

Sebuah buku yang didedikasikan untuk berbagai ritual dan upacara yang diadakan di gereja-gereja Assyrian timur kota Urmia. Hasil studi etnografi ini menunjukkan keragaman budaya Iran yang dikaji cukup mendalam dan historis dari semua etnis dan agama minoritas.

Iran adalah tanah air luar biasa bagi agama-agama monoteis dunia. Peneliti sejarah agama, Mehrdad Bahar menyebut Iran sebagai salah satu asal tumbuh dan berkembangnya agama monoteis. Di tanah ini, penganut agama monoteis seperti Zoroster, Yahudi, Kristen, Mandaean hingga Islam hidup rukun dan harmonis.

Selama ini berbagai institusi termasuk lembaga antropologi Iran melakukan studi mendalam mengenai kehidupa para penganut monoritas agama, termasuk yang terbaru peluncuran buku antropologi gereja-gereja Assyrian timur Urmia.

 

peluncuran buku antropologi gereja-gereja Assyrian timur Urmia.
 

Acara peluncuran buku "Ritual Gereja-gereja Assyrian Timur Urmia" disertai dengan pemberian penghargaan kepada Abbas Tahvildar sebagai penulis buku tersebut yang berpengalaman dalam penulisan sejarah, termasuk penulis skenario  3 film layar lebar, dan  30 film dokumenter untuk televisi, termasuk perang nomaden, monumen bersejarah Delhi, Iran tanah kasih, Ashura Bijar dan lainnya.

Dalam buku barunya, Abbas Tahvildar menyoroti ritual spesifik gereja Assyrian timur, seperti upacara Natal, Paskah, pernikahan dan kematian. Ia mengatakan, "Beberapa kota Iran terkenal dengan keanekaragaman budayanya, salah satunya adalah Urmia. Di sana terdapat 80 gereja yang sebagian besar milik Gereja Assyrian, dan buku ini menggambarkan warisan kuno dari 20 gereja, yang tentu saja termasuk warisan budaya Iran,".

Pastor gereja Assyrian timur, Darius Azizian menilai penerbitan buku "Ritual gereja-gereja Assyrian timur Urmia" sebagai peristiwa yang luar biasa, dan sama pentingnya dengan sejarah 2.000 tahun kehadiran gereja ini di Iran. Ditegaskannya, "Penerbitan buku berharga dan indah yang menggambarkan gereja-gereja Assyrian timur Urmia menunjukkan perhatian besar pemerintah Republik Islam Iran. Buku ini adalah hadiah dari Republik Islam Iran kepada komunitas Assyrian Iran yang dapat kami berikan kepada teman-teman kami,".

"Menurut Alkitab, Iran dikenal sebagai tanah Pars dan selalu berperan aktif," ujar Pastor Azizian.

 

bangunan baru gereja St. Maria atau Assyirian timur, Urmia
Gereja St, Maria yang juga dikenal sebagai gereja Assyrian timur  terletak di Jalan Khayyam di Urmia, adalah sebuah gereja kecil yang berada di daerah yang luas, dan kini sebuah bangunan baru menara baru telah dibangun di sampingnya.

Untuk memasuki gereja St. Maria, seseorang harus membungkuk. Bagian dalam gereja sama sekali tidak seperti apa yang ada dalam pikiran Anda mengenai gereja lain, dengan batuan yang sederhana. Altar sederhana di belakang lorong biru, dihiasi dengan gambar salib dan kursi pendeta.

Altar gereja adalah kamar berbentuk kubah  kecil yang hanya boleh dimasuki oleh para pastor. Ruangan ini digunakan untuk tempat pembaptisan dan menyalakan lilin.

mihrab gereja St. Maria
 

Menurut narasi Assyrian dan sumber-sumber sejarah, bangunan keagamaan ini adalah salah satu gereja tertua dan paling penting di dunia. Sebab, tiga pemimpin agama Zoroaster yang meramalkan kelahiran Yesus, setelah bepergian dan mencari informasi mengenai kelahiran Nabi Isa, lalu kembali Urmia, dan menjadikan mereka telah menjadikan tempat ini sebuah gereja. Dalam buku-buku sejarah, dua orang dari mereka bernamat 'Malcolm' dan 'Bakht Nasr', tetapi nama ketiga tidak diketahui.

Bangunan ini dibangun pada abad pertama Masehi dan telah diperbaiki serta diperbaiki pada abad-abad yang berbeda, tetapi tekstur aslinya tetap utuh dan semua perbaikan dilakukan berdasarkan bangunan aslinya yang awalnya adalah kuil api di era Sassanid.

Seorang puteri Cina bernama Baffary (bappery) bersama 50 pejabat tinggi pada tahun 642 datang ke Urmia untuk bertemu dengan Uskup Agung Nineveh. Setelah beristirahat di Gereja St. Maria, ia memutuskan untuk memugar tempat ibadah tersebut. Informasi mengenai junjungan putri Cina ini ditulisa dalam sebuah prasasti yang berada di dinding gereja sampai awal Perang Dunia II, tetap kini hilqang jejaknya.

Gereja St. Maria memainkan peran penting dalam pertumbuhan agama Kristen di Iran dan Asia Barat. Provinsi Azerbaijan Barat memiliki banyak gereja di berbagai daerah perkotaan dan pedesaan, salah satu yang paling menonjol di antaranya adalah gereja di utara provinsi ini.

Gereja ini adalah gereja tertua di dunia Kristen dan terletak 20 kilometer timur laut Chaldoran dan dibangun di makam St. Theodos yang masuk daftar warisan budaya dunia UNESCO. Ritual tahunan ziarah Armenia di dunia "Bodarak" yang diadakan setiap tahun di gereja menyebabkan banyak orang Kristen di dunia melakukan perjalanan ke Chaldoran di Azerbaijan barat, untuk menghadiri upacara tersebut.

 

ritual bodarak
Gereja-gereja Assyrian mengikuti tradisi umum gereja-gereja. Meskipun demikian, sereja-gereja di kota Urmia dan desa-desa sekitarnya memiliki bentuk arsitektur yang berbeda.

Gereja-gereja ini dibangun semata-mata untuk ibadah berdasarkan kebutuhan dan keadaan khusus ketika itu. Misalnya, Gereja St. Maria di Urmia tidak memiliki arsitektur khusus. Sepintas, bangunan itu terlihat sederhana. Tetapi ruang interiornya terdiri dari beberapa kamar kecil dan khusus.

Gereja St. Maria adalah manifestasi dari kesederhanaan, keindahan yang mencerminkan sejarah peradaban dan budaya Iran sebagai tempat kelahiran pelangi bangsa-bangsa dan agama dunia. Keberadaan gereja dunia tertua kedua di dunia di antara mayoritas populasi Muslim menunjukkan persatuan orang-orang dan agama-agama dan persatuan mereka selama bertahun-tahun di daerah itu dan memiliki kapasitas tinggi untuk menarik wisatawan asing.

Read 1090 times