Print this page

Arbain Imam Husein, Momentum Perjuangan Tegakkan Kebenaran

Rate this item
(1 Vote)
Arbain Imam Husein, Momentum Perjuangan Tegakkan Kebenaran

 

Arbain adalah peringatan hari keempat puluh kesyahidan Imam Hussein dan para sahabatnya yang setia di padang Karbala.

Peristiwa 40 hari setelah kesyahidan Imam Husein di Karbala merupakan momentum yang sulit, perih dan menyedihkan, terutama bagi rombongan tawanan Karbala yang dibawa ke Syam. Tapi kemudian, momentum bersejarah ini telah mengubah duka menjadi sebuah gerakan aktif dan berpengaruh dalam memperjuangkan kebenaran menghadapi kebatilan.

Jabir bin Abdullah Ansari bersama muridnya Atiyah bin Sa'd, dan sekelompok orang dari Bani Hasyim memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh dari Hijaz ke Irak, meskipun menghadapi bahaya di jalan dan represi politik dari penguasa ketika itu yang melarang mengunjungi makam Imam Hussein di Karbala.

Atiyah meriwayatkan, "Kami melakukan perjalanan dengan Jabir bin Abdullah Ansari untuk mengunjungi makam Imam Hussein. Ketika kami tiba di Karbala, Jabir pertama melakukan ziarah di sepanjang Sungai Efrat, mengenakan baju bersih (seperti muhrim yang memakai dua pakaian putih) dan mengeluarkan parfumnya dari tas (dia memintaku memberikan parfum), lalu mengenakan pakaian menggunakan parfum ke beberapa bagian tubuhnya hinga harum, dan berjalan tanpa alas kaki menuju makam, sementara mulutnya sibuk berzikir Tuhan."

"Salam atasmu wahai Hussein, aku bersaksi bahwa engkau adalah putra Nabi terbaik. Engkau adalah pemimpin orang saleh dan putera wanita agung surga. Kehidupanmu bersih dan kematianmu mulia. Tapi hati orang beriman terbakar dengan perpisahanmu. Damai bagimu danjiwa-jiwa mulai yang mati di jalanmu," ucap Jabir diriwayatkan Atiyah.

Jabir bin Abdullah Ansari menginjakkan kakinya untuk mengunjungi makam para syuhada Karbala. Sejarah mencatat bahwa Imam Sajjad dan Sayidah Zainab bersama kerabat Imam Hussein lainnya pada saat itu bergabung dengan Jabir yang terjadi sekitar 40 hari setelah peristiwa Asyura.

Jabir memeluk Imam Sajjad dan banyak menangis. Ia berada di makam Imam Hussein bersama keluarganya selama tiga hari dan mengadakan upacara duka.

Matahari telah melewati tengah hari, tapi tanah Karbala masih diwarnai oleh darah suci para syuhada. Sayidah Zainab tercengang dengan bencana besar yang menimpa keluarga Nabi. Dia menatap tanah Karbala, mengingatkan ulah sekelompok orang yang membantai anak-anak Rasulullah dan orang-orang terbaik yang menjadi pembantu keluarga Nabi.

Sayidah mengingat perjuangan Imam Hussein dalam membela haknya, rasa haus anak-anak Rasulullah SAW dan kekejaman  pasukan Yazid. Namun dalam duka yang besar ini, Zainab tetap gigih menyuarakan kebenaran, sebagaimana diusung Imam Husein sebelumnya.

Bani Umayyah percaya bahwa setelah peristiwa Karbala dan kesyahidan Imam Hussein dan para sahabatnya, Islam dihancurkan dan tidak ada jejaknya yang tersisa. Dengan gembira, Yazid menabuh kendangnya sambil bernyanyi: "Agama dan pemerintah mainan Bani Hashim dan sekarang hanya tersisa legenda. Tidak ada wahyu yang turun dan tidak ada berita yang datang." Kata-kata ini diucapkan Yazid ketika sebagian besar kawasan Asia Tengah dan sebagian Eropa berada di bawah kekuasaan pemerintahan Muslim dan dia berperan sebagai khalifah Muslim dan semua wajib membayar pajak kepada pemerintahnya.

Dua negara adidaya Iran dan Roma dihancurkan dan diperintah oleh Muslim, dan kekuasaan Yazid adalah satu-satunya kekuatan absolut yang menguasai dunia. Tapi kemudian, Sayidah Zainab berkata kepada dinasti Bani Umayyah, "Demi Tuhan! Apapun tipuan yang digunakan, kalian tidak akan pernah bisa menghapus nama dan ingatan umat mengenai kami (Ahlul Bait Rasulullah)."

Imam Sajjad dan Sayidah Zainab di Kufah dan Syam mengklarifikasi fakta bahwa Imam Hussein bangkit untuk menghidupkan kembali agama dan membebaskan masyarakat dari kekuasaan individu yang korup dan menindas, bahkan membunuh dengan cara-cara yang sangat keji.

Tujuan perjuangan Imam Husein demi menunaikan kewajibannya sebagai pengayom masyarakat dan penyelamat umat Islam yang telah diselewengkan dari nilai ajaran agung Nabi Muhamamd Saw oleh Bani umayah.

Di hadapan yazid, Sayidah Zainab berkata, "Wahai Yazid, mata meneteskan air mata dan dada terbakar api kesedihan, tangan-tangan kalian berlumuran darah kami. Demi Tuhan, kalian tidak akan pernah bisa menghapus nama kami, dan mematikan tekad baja kami! Wahai Yazid,  kekuatan dan tekadmu akan hancuran dan binasa, dan kekuasaanmu singkat." Apa yang disampaikan Sayidah Zainab menjadi kenyataan. 

Perkataan Sayidah Zainab dan Imam Sajjad  baik di Syahi, Kufah, maupun di jalan menyebabkan masyarakat menyadari kesalahannya selama ini. Sementara itu, salah satu putri Imam Hussein memeluk makam ayahnya dan berkata, "Wahai Karbala, kami telah meninggalkan untukmu orang yang memiliki jiwa Ahmad dan penerusnya. Wahai Karbala, kami mempercayakan kepadamu  tubuh yang bersih dan murni yang dikuburkan tanpa dimandikan maupun dikafani"

Di Madinah, ketika berita kedatangan keluarga Imam Hussein (AS) terdengar; orang-orang keluar dari rumah mereka dan berduka. Bashir. salah seorang penujnuk jalan dalam rombongan keluarga Rasulullah yang kembali dari Sham dan Kufah serta Karbala menuturkan, "Di seluruh penjuru Madinah, orang-orang membicarakan kemuliaan Imam Hussein sebagai cucu Nabi Muhammad Saw. Saya tidak pernah melupakan hari ketika orang semua menangis dalam satu hati, dan saya tidak melihat hari yang lebih pahit bagi umat Islam selain ketika itu,".

 


 

Selama bertahun-tahun berbagai peristiwa datang dan pergi, tapi semua orang menyaksikan bahwa api yang dinyalakan oleh Imam Hussein memberikan cahaya terang bagi sejarah selamanya dan memberikan kekuatan dan arah bagi orang-orang bebas dan mencari kebenaran. Sebab, perjuangan Imam Hussein tidak dilatarbelakangi oleh harta dan jabatan.

Beliau bangkit untuk menegakkan nilai-nilai Islam dan pelestarian martabat manusia. Oleh karena itu, dalam perlawanannya, Imam Husein menampikan martabat moral yang sangat indah dan menghidupkan kembali semangat kesatria dan ketulusan hati.

Bahkan hingga kini, setelah bertahun-tahun lamanya, orang-orang dari seluruh dunia pergi ke Karbala untuk berpartisipasi dalam pawai duka Arbain untuk mengingat penindasan terhadap Imam Hussein dan para sahabat setianya.

Tahun ini pun, meski kehadiran peziarah berkurang akibat penyebaran virus Corona, namun hati para pencinta imam Husein tetap terpusat ke Karbala. Tahun ini, para pencinta Imam Husein membacakan ziarah dari jauh. Assalamulaika ya Aba Abdillah, Salam atasmu wahai Abu Abdillah. Salam untukmu Imam Husein dan syuhada Karbala.

Read 832 times