Kisah Hikmah; Penyair Dermawan Kristen Masyhur di Arab Pra Islam

Rate this item
(0 votes)
Kisah Hikmah; Penyair Dermawan Kristen Masyhur di Arab Pra Islam

 

Belajar hikmah adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Karena kita mempunyai jasad dan ruh.

Setiap hari kita memberikan nafkah jasad kita dengan makanan dan minuman namun sudahkah kita memberikan nafkah pada ruh kita? Jika tidak sesungguhnya kita sudah mendzalimi diri kita sendiri.

Salah satu cara untuk memberikan nafkah pada ruh kita adalah dengan membaca hikmah. Nah kali ini kita akan membaca kisah nyata hikmah dari seorang dermawan di masanya, Hatim al-Tha’i.

Hatim al-Tha’i (حاتم الطائي) seorang penyair Kristen pra-Islam keturunan Yaman yang berwajah tampan dan terkenal dengan kedermawanan-nya. Ia adalah ayah dari Adi bin Hatim, salah seorang sahabat Nabi yang disegani dan meriwayatkan cukup banyak hadis.

Hatim memiliki seorang istri bernama Mawiyah, istrinya itu selalu menahan agar ia tidak berlebihan dalam memberi. Kendati demikian Hatim tidak terpengaruh oleh istrinya dan selalu berusaha sebisa mungkin untuk memberi jika ada yang meminta kepadanya.

Suatu hari sepupu Mawiyah datang kepadanya dan bertanya “Bagaimana kehidupanmu dengan Hatim? Karena aku melihat jika Hatim mempunyai uang maka ia akan memberikannya, dan jika ia tidak punya uang maka ia akan mencarinya untuk bisa diberikan kembali, dan menurutku jika ia meninggal, ia akan meninggalkan keluarganya dalam keadaan miskin.”

Mawiyah pun mengangguk-angguk, membenarkan semuanya pernyataan sepupunya tersebut.

Salah satu kisahnya yang cukup masyhur ialah, pada saat itu negeri Arab sedang dilanda paceklik yang berkepanjangan, seluruh orang kelaparan karena sulitnya mendapatkan makanan, hal ini juga dirasakan Hatim dan keluarganya. Anak-anak Hatim sampai sulit untuk bisa tidur pada malam harinya karena kelaparan. Hatim hanya bisa meninabobokan mereka dengan membacakan dongeng hingga mereka terlelap.

Kemudian, pada saat tengah malam terdengar derap kaki seseorang di luar rumah dan memanggil namanya, kemudian Hatim bergegas menemuinya dan ternyata orang itu ialah seorang ibu yang meminta pertolongan karena ia memiliki beberapa anak di rumahnya yang menangis seperti serigala yang kelaparan.

Tanpa pikir panjang, Hatim langsung mengambil pedangnya dan menyembelih kuda perang kebanggaannya itu dan memasaknya untuk wanita tersebut.

Tak berhenti di situ, ia juga membangunkan seluruh tetangga dan tentunya anak dan istrinya untuk menyantap kuda yang telah ia masak. Di saat yang lainnya sedang lahap menyantap makanan, ia hanya meringkuk di ujung batu sambil tersenyum senang melihat mereka makan. Ketika ditawari ia hanya menjawab, “Senyum kalian lebih mengenyangkan bagiku daripada daging kuda ini.”

Read 1046 times