Mempercantik penampilan merupakan sebuah perilaku baik yang selalu mendapat perhatian dalam sejarah umat manusia dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Skala pengaruhnya sangat besar mulai dari penampilan luar kehidupan mereka seperti, model pakaian dan bentuk dandanan sampai aspek internal wujud mereka semisal pemikiran dan keyakinan.
Kecenderungan untuk mempercantik diri bersumber dari fitrah manusia. Mereka tidak perlu diajarkan untuk tampil selaras dan anggun, karena mereka datang ke dunia ini dengan membawa kecenderungan itu. Anak-anak bahkan sensitif dengan model dan warna pakaiannya dan mereka menaruh perhatian khusus terhadap model terbaru dan indah.
Mempercantik perilaku individu dan sosial juga merupakan sebuah prinsip yang penting. Dengan melihat sejumlah ayat dan riwayat, dapat dikatakan bahwa kecantikan dibagi dalam dua kategori yakni, kecantikan lahiriyah dan kecantikan batiniyah. Islam sebagai sebuah agama sempurna, selain memperhatikan masalah kecantikan dan kesucian batin manusia, juga menaruh perhatian terhadap kecantikan lahir mereka dan masyarakat Islam. Seorang Muslim dituntut peduli dengan penampilannya dan keindahan lingkungan sekitar.
Kecantikan lahiriyah menjelma dalam berbagai bentuk dan elemen penting dari itu berhubungan dengan model pakaian. Manusia bahkan dianjurkan untuk mempercantik penampilan dalam melaksanakan ibadah. Disebutkan bahwa Imam Hasan al-Mujtaba as memakai pakaian yang paling bagus ketika shalat. Para sahabatnya kemudian bertanya, “Mengapa engkau mengenakan pakaian yang paling indah?” Imam Hasan as menjawab, “Allah indah dan mencintai keindahan. Oleh sebab itu, aku mempercantik diri untuk Tuhanku karena Dia memerintahkan untuk berhias diri ketika pergi ke masjid. Untuk itu, aku ingin memakai pakaian yang paling indah.”
Soal pentingnya mempercantik penampilan ketika bertemu dengan saudara seiman, Rasulullah Saw bersabda, “Allah mencintai orang mukmin yang berkemas dan memperindah penampilan ketika ingin mengunjungi saudaranya.” Baju yang indah dan pakaian yang tepat juga akan menyebabkan kedekatan dengan Allah Swt. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Percantiklah diri kalian dengan pakaian, karena Allah indah dan mencintai keindahan.”
Saat seseorang dengan pakaian yang indah merasa telah menarik keridhaan Tuhan, maka ia sudah menyediakan ruang untuk kesenangan dan kepuasan batinnya dan hal ini memberi pengaruh besar bagi kepribadian orang tersebut. Pakaian yang bersih dan indah serta penampilan yang menarik akan menghapus kegelisahan dari manusia, karena kebersihan dan keindahan adalah pencipta kesenangan dan keceriaan.
Di semua masyarakat, perubahan dan inovasi dianggap sebagai perkara yang baik dan terpuji, sementara kekolotan dan kekunoan dinilai sebagai hal yang tercela dan tidak diterima. Mempercantik penampilan luar, merapikan pakaian dan rambut, menata perabot rumah tangga dengan gaya yang indah dan serasi, menggunakan warna-warna yang menawan, dan secara umum memperindah diri dan lingkungan serta menciptakan inovasi di dalamnya, merupakan indikasi dari kerapian internal, keceriaan batin, dan selera yang baik dari pelakunya.
Dari sisi lain, kesemrawutan, acak-acakan, dan kekunoan merupakan insyarat dari keterpinggiran, kekakuan, dan kelesuan seseorang. Namun, perlu diingat bahwa perubahan dan inovasi harus bersifat proporsional dan rasional. Jika inovasi dan perubahan tidak dilakukan atas dasar parameter akal dan rasio, maka penyimpangan akan muncul dan merusak norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat. Pemanfaatan beragam fesyen kadang disertai dengan penistaan terhadap nilai-nilai yang dianut oleh sebuah komunitas.
Manusia pemuja fesyen dan mereka yang berkelana mencari mode baru dan tanpa tujuan selalu mengubah gaya tampilannya, mereka biasanya dianggap sebagai orang-orang yang silau dengan budaya asing dan terbawa arus. Kriteria mereka adalah meniru sesuatu secara ekstrim dan tidak memiliki pendirian yang tetap.
Penampilan indah wanita Muslimah di tengah masyarakat tentu saja harus tetap menjaga aurat dan batasan-batasan syariat dalam mengenakan pakaian. Dengan kata lain, wanita Muslimah tidak boleh memperlihatkan keindahannya selain kepada orang yang satu mahram dan suaminya. Oleh karena itu, mempercantik penampilan bagi wanita harus tetap menjaga harga diri dan aurat.
Beragam model manusia melintas di sekitar kita di jalan-jalan dan setiap orang punya gaya masing-masing. Lalu, bagaimana penilaian kita tentang orang-orang tersebut? Model pakaian individu dapat mencerminkan sistem pemikiran, pandangan dunia, dan nilai-nilai yang mendominasinya. Di semua masyarakat, bentuk pakaian mereka selain mengikuti kondisi geografis dan lingkungan, juga merefleksikan norma-norma yang menguasai budaya masyarakat tersebut. Misalnya saja, wanita Muslimah di sebuah masyarakat religius akan mengenakan pakaian yang sopan di hadapan publik.
Model pakaian masyarakat juga mempresentasikan kepedulian mereka terhadap nilai-nilai budayanya. Penggunaan pakaian yang tepat juga harus selaras dengan budaya nasional dan agama setiap bangsa. Jika tidak demikian, hal itu mencerminkan ketidakpedulian mereka terhadap budaya lokal, nasional, dan agamanya, serta bentuk ketergantungan mereka kepada budaya asing.
Mempercantik penampilan merupakan bagian dari persoalan individu, tapi di dalamnya juga perlu melihat lingkungan sekitar, sebab seorang individu Muslim harus memperhatikan perasaan dan penantian orang-orang di sekitarnya. Mungkin dapat disimpulkan bahwa tampil menarik di hadapan orang lain termasuk salah satu dari hak-hak sosial masyarakat. Atas dasar prinsip ini pula, Rasulullah Saw selalu mewanti-wanti kaum Muslim agar memperindah penampilan ketika ingin bertemu orang lain. Beliau sendiri sangat berkomitmen dengan prinsip tersebut.
Mengenai keteladanan Rasul Saw dalam hal itu, Imam Ali as berkata, “Rasul selalu menyisir rambutnya dan dalam banyak kesempatan beliau merapikannya dengan air.” Dalam sejarah disebutkan bahwa Rasul Saw ketika ingin menghadiri sebuah forum dan bertemu dengan masyarakat, menaruh perhatian besar terhadap keindahan penampilannya. Beliau melihat bejana yang berisi air untuk merapikan rambut dan wajah mulianya, mengenakan baju yang bersih dan rapi, dan memakai minyak wangi sehingga aroma harum beliau sudah tercium dari jauh.
Tampil menarik, rapi, dan bersih memiliki peran besar dalam daya tarik lahiriyah manusia. Tampilan yang menawan dan bersih dapat mencerminkan ketenangan batin, kerapian, dan jauh dari segala bentuk kesemrawutan. Mempercantik diri merupakan faktor untuk ketenangan batin dan jiwa manusia.
Sebaliknya, kesemrawutan dan acak-acakan merupakan pemicu bagi munculnya kegelisahan jiwa dan kekacauan batin. Jika kecantikan penampilan eksternal juga dibarengi dengan keindahan internal dan keduanya diperhatikan secara bersamaan, maka hal itu akan mendorong harmonisasi karakter dan penyatuan warna antara aspek lahiriyah dan batiniyah pemiliknya. Kondisi ini juga membuatnya mudah menembus hati orang lain. Dengan kata lain, kecintaan dan daya tarik di hati orang lain bersumber dari keindahan dan kesucian jiwa.
Islam di samping memperhatikan masalah kecantikan penampilan luar, juga fokus terhadap keindahan jiwa dan ruh manusia. Salah satu ciri khas agama Islam adalah sifat universalitas yang menyentuh semua aspek kehidupan pemeluknya. Mempercantik penampilan luar merupakan sebuah tata krama Islam, tapi di samping prinsip tersebut, setiap individu Muslim juga berkewajiban untuk memperindah dimensi batinnya. Dengan cara itu, mereka akan meraih gaya hidup ideal yang sesuai dengan keinginan Islam.
Kearifan, kesucian jiwa, kesabaran, kerelaan, kekhusyu’kan, dan penghambaan merupakan perhiasan batin dan jiwa manusia. Jika manusia mempercantik diri dengan sifat-sifat tersebut, mereka akan menerima pujian dari Allah Swt. Dapat dikatakan bahwa iman merupakan punca dari semua keindahan batin dan kesucian jiwa manusia.
Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as dalam doa Makarimul Akhlak berseru, "Shalawat dan salam kepada Rasulullah dan keluarganya, jadikanlah saya sebagai hiasan orang-orang saleh dan terpuji, kenakanlah pakaian orang-orang bertakwa pada diriku untuk menyebarkan keadilan, meredam emosi, memadamkan api permusuhan dan perselisihan umat, mempersatukan orang-orang yang berpecah belah serta meluruskan penyimpangan dan kerusakan di tengah masyarakat..."