Apa itu Taqiyyah

Rate this item
(0 votes)
Apa itu Taqiyyah

Apa itu Taqiyyah ?

Taqiyyah berdasarkan akar katanya, berasal dari kata «وقاية» yang memiliki arti penjagaan diri, seseorang atau sesuatu dari gangguan dan bahaya musuh. Oleh karena itu pengertian taqiyyah adalah seseorang melakukan sebuah perbuatan sedemikian rupa sehingga dengan perbuatannya itu mencegah gangguan musuh terhadap jiwa, harta dan harga diri seorang muslim. Taqiyyah memiliki bentuk yang bermacam-macam, salah satu bentuknya adalah taqiyyah dari tekanan dan ancaman musuh, seperti halnya pada awal-awal sejarah islam, orang-orang kafir Quraisy memaksa Ammar untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang mengandung kekufuran, dan diapun akhirnya mengucapkan kalimat-kalimat itu sedangkan hatinya dipenuhi dengan keimanan.

Mengingat poin ini sangatlah diperlukan, bahwa dalam sebagian kondisi jika seseorang bertaqiyyah, dasar-dasar agama akan berada dalam bahaya atau sebagian maslahat-maslahat yang lebih penting menghilang, maka dalam hal ini bukanlah tempat yang cocok untuk taqiyyah.

Apa tolok ukur taqiyyah ?

Taqiyyah memiliki arti menutupi keyakinan batini dan menyembunyikan keimanan ketika berhadapan dengan para penentang dengan tujuan mencegah kerugian-kerugian yang bersifat duniawi maupun maknawi (agama), dan merupakan salah satu dari kewajiban-kewajiban setiap muslim yang memiliki dasar dalam Al-Quran. Taqiyyah dari sudut pandang Al-Quran Al-Majid dalam masalah ini memiliki beberapa ayat berkaitan dengannya yang mana sebagian darinya akan kami bawakan.

a.      لايتخذ المومنون الكافرين اولياء من دون المومنين و من يفعل ذلك فليس من اللّه في شي ء الا ان تتقوا منهم تقاة

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena menjaga diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.” (Ali imran : 28)

Ayat ini dengan jelas menunjukan hakikat tidak bolehnya berteman dengan orang kafir, kecuali dengan alasan menjaga diri dan menangkal bahaya, yang mana dalam kondisi seperti ini secara Dzhohiriah bisa menampakan pertemanan dan akur dengan mereka.

 

b.      مـن كـفـربالله مـن بـعد ايمانه الا من اكره و قلبه مطمئن بالايمان و لكن من شرح بالكفر صدرا فعليهم غضب من اللّه و لهم عذاب عظيم

“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman, akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (An-Nahl : 106)

 

Para mufassir, berkenaan dengan Sya,ne nuzul (situasi ketika ayat diturunkan) mengatakan bahwa suatu hari Ammar bin Yasir beserta ayah dan ibunya tertangkap oleh musuh, orang-orang kafir itu menginginkan mereka meninggalkan islam dan menerima kesyirikan dan kekafiran. Orang tua Ammar kedua-duanya bersikukuh atas ketauhidan Tuhan dan risalah Nabi, oleh karena itu salah satunya gugur syahid dan yang satunya lagi menjadi bahan siksaan musuh-musuh islam, akan tetapi Ammar bertolak belakang dengan keinginan hatinya, dia bertaqiyyah, dan mengucapkan apa-apa yang telah diucapkan oleh orang-orang kafir itu, lalu diapun terbebas.

Ketika dia sampai didekat Rasulullah saw, dia sangat sedih dan gelisah atas ucapannya. Melihat hal ini, Nabi saw menenangkannya, dan ayat yang tadi telah disebutkanpun turun. Berdasarkan ayat ini dan perkataan para mufassir jelaslah bahwa menyembunyikan keyakinan batin dengan tujuan menjaga diri dan mencegah kerugian-kerugian materi dan maknawi, pada jaman Nabipun telah terjadi dan telah diterima oleh islam.

Taqiyyah dalam pandangan Syiah. Sejak masa pemerintahan-pemerintahan dzalim Bani Umayyah dan Bani Abbas sepanjang sejarah, mereka memerangi orang-orang Syiah dan memfokuskan diri mereka masing-masing untuk membantai mereka. Orang-orang syiah, berdasarkan arahan Al-Quran bertaqiyyah dan menyembunyikan akidahnya sendiri, dan dengan cara ini mereka bisa menyelamatkan diri dan saudara-saudara muslim lainya dalam kondisi sulit tersebut. Jelas juga bahwa dalam situasi terjepit, terdesak dan terdzalimi seperti itu tidak bisa dibayangkan ada jalan keluar lain lagi dari badai kedzaliman yang mengintimidasi Syiah hingga lenyap. Oleh karena itu dalam keadaan dimana para penguasa dzalim tidak memusuhi orang-orang Syiah dan pembantaian mereka tidak dijadikan asas pemerintahannya, maka tidak ada alasan untuk bertaqiyyah bagi orang-orang Syiah. Yang perlu diingat adalah Taqiyyah tidak dikhususkan bagi orang-orang syiah, tapi bagi kaum muslimin yang lainnyapun ketika berhadapan dengan musuh yang menumpahkan darah, yang menentang semua madzhab islam (seperti Khawarij dan pemerintah-pemerintahan dzalim yang melakukan semua perbuatan-perbuatan haram) dimana tidak memiliki kemampuan menghadapi mereka, maka dengan tameng Taqiyyah mereka berlindung, dan menutupi keyakinan batinnya demi menjaga diri (jiwa). Dari beberapa hal yang telah lalu, bisa diambil kesimpulan bahwa :

1)      Taqiyyah memiliki asas dalam Al-Quran dan merupakan cara yang digunakan oleh sahabat Nabi saw, dan penerimaan nabi adalah saksi yang jelas atas diperbolehkannya taqiyyah pada awal-awal sejarah islam.

2)      Alasan bertaqiyyahnya Syiah adalah pencegahan terhadap pembantaian tanpa belas kasih terhadap orang-orang Syiah dan penangkal badai kedzaliman pada masa pemerintahan Bani Umayah dan Bani Abbas yang hendak melenyapkan madzhab ini.

3)      Taqiyyah tidak khusus bagi kelompok Syiah, melainkan di tengah-tengah seluruh kaum muslimin.

4)      Taqiyyah tidak hanya untuk menjaga diri ketika berhadapan dengan orang-orang kafir dan menyembunyikan akidah islam dari orang-orang musyrik, melainkan tolok ukurnya secara umum adalah menjaga keselamatan kaum muslimin. Dan menyembunyikan keyakinan batin merupakan hal yang lazim ketika berhadapan dengan musuh yang tak segan untuk menumpahkan darah yang mana dia tidak memiliki kekuatan untuk menghadapinya dan syarat-syarat untuk melawannyapun belum tepenuhi.

 

Kepada dalil Al-Quran manakah Syiah meyakini diperbolehkannya taqiyyah ?

 

Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 28 berfirman :

«لايتخذ المومنين الكافرين اولياء من دون المومنين و من يفعل ذلك فليس من اللّه في شي ء الا ان تتقوا منهم تقيه و يحذركم اللّه نفسه و الي اللّه المصير»

Ayat ini dengan jelas menunjukan diperbolehkannya Taqiyyah.

 

Dan juga dalam ayat menceritakan kisah Ammar beserta ayah dan ibunya surat An-Nahl ayat 106 menunjukan diperbolehkannya syariat :

«من كفر باللّه من بعد ايمانه الا مـن اكـره و قلبه مطمئن بالايمان و لكن من شرح بالكفر صدرافعليهم غضب من اللّه و لهم عذاب عظيم»

Akal juga menerima pernyataan di atas. Karena tujuan sang pemberi syariat adalah menampakan kebenaran dan kelanggengannya, dan terkadang dengan taqiyyah ataupun berjalan bersama musuh-musuh agama dan para penentang kebenaran, lebih baik dalam menjaga agama dan kebenaran.

Begitu pula dengan kisah seorang yang beriman dari keluarga Firaun. Dengan jelas ditegaskan dalam Al-Quran bahwa dia menutupi dan menyembunyikan keimanannya, dan ini adalah sebuah dalil lagi atas diperbolehkannya taqiyyah.

«وَ قالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ‏ إيمانَهُ أَ تَقْتُلُونَ رَجُلاً أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَ قَدْ جاءَكُمْ بِالْبَيِّناتِ مِنْ رَبِّكُم‏»

“Dan berkata seorang laki-laki dari keluarga Firaun yang menyembunyikan imannya berkata : “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan : “Tuhanku ialah Allah padahal dia datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari tuhanmu…”””

 

Apakah para Nabi pernah bertaqiyyah ?

 

Taqiyyah memiliki beberapa macam, hanya taqiyyah karena takutlah satu-satunya bentuk taqiyyah yang tidak ada dalam proses dakwah dan tablig para Nabi. Namun, taqiyyah memiliki bentuk yang lain seperti taqiyyah untuk memperoleh kecintaan dan menutupi maksud. Kehidupan para Nabi secara khusus Nabi akhir zaman dipenuhi dengan jenis taqiyyah tersebut, seperti halnya dalam beberapa kejadian ketika hendak maju kemedan perang, beliau menyembunyikan rencananya, konsep-konsep peperangan beliau, sepenuhnya dirahasiakan. Dan proses penyembunyian yang merupakan satu bentuk dari taqiyyah dalam setiap tahapan digunakan, terkadang untuk menjelaskan sebuah hukum beliau memakai tahapan yang berbentuk taqiyyah. Bagaimanapun juga, taqiyyah diterima oleh setiap orang yang berakal dimanapun dan para wali Allah juga untuk sampai kepada tujuan-tujuan suci mereka, dalam sebagian tahapan-tahapannya mereka bertaqiyyah.

 

Bagaimanakah pandangan Khawarij tentang taqiyyah dan apa kritik terhadapnya ?

 

Penganut madzhab Azariq (salah satu kelompok Khawarij) berkata bahwa taqiyyah baik dalam ucapan maupun perbuatan adalah haram. Di saat yang sama kelompok Najdiyeh (salah satu kelompok khawarij) meyakini bahwa taqiyyah diperbolehkan. Namun, betapa banyak berita yang menyatakan bahwa semua kelompok Khawarij meyakini bahwa taqiyyah itu haram sekalipun seorang mukmin dalam keadaan terdesak dan nyawanya terancam (Imam Abduh : Al-Manar 3/280 berdasarkan tulisan muridnya sayyed Muhammad Ridho Rasyid, dan yang dia maksud adalah madzhab Azariq bukan Najdiyeh). Penelitian : Taqiyyah berdasarkan pembagian hukum yang terbagi menjadi lima, maka sebagiannya adalah wajib dan bagian yang lainnya adalah haram. Taqiyyah jika untuk menjaga nyawa, harta dan kehormatan maka hukumnya wajib, namun jika taqiyyah malah menyebabkan keburukan besar, seperti ; hilangnya agama dan tertutupinya kebenaran bagi generasi yang akan datang, maka hukumnya haram. Syeikh Mufid berkata : “Taqiyyah dalam agama diperbolehkan dalam keadaan nyawa terancam, dan terkadang dalam beberapa kondisi untuk menjaga harta juga kemaslahatan yang lainnya.”

 

Bagaimanakah akidah Syiah terhadap taqiyyah ! Bukankah taqiyyah itu sama halnya munafiq ?

Manusia adalah sebuah wujud yang bersifat sosial, yang senantiasa dalam kehidupannya -supaya sampai pada tujuan- berhadapan dengan banyak permasalahan, dan betapa banyak pula bahaya yang mengancamnya. Oleh sebab itu yang akan selalu ada dalam benaknya adalah “Bagaimana bisa menjaga nyawa, harta dan kehormatannya tanpa meninggalkan akidahnya ?” asas ini berlaku bagi setiap muslim, karena orang-orang musyrik -yang mana mereka selalu melihat bahwa agama atau keyakinan agama menutup jalan tujuan dan keserakahan mereka- menjadikan agama sebagai objek yang mereka perangi. Al-Quran memberikan arahan yang masuk akal yang mana setiap orang berakal dan para pemikir memakainya, supaya terlepas dari ancaman tadi. Dan hal itu adalah menyembunyikan akidah ketika berhadapan dengan bahaya, yang kemudian hal itu disebut dengan taqiyyah.

Berdasarkan hal ini maka taqiyyah merupakan penyembunyian akidah demi menjaga nyawa dan keselamatan keyakinan.

Al-Marhum syekh Mufid, salah seorang tokoh dan pembesar Syiah, berkenaan dengan taqiyyah dia berkata : “Taqiyyah adalah menutupi akidah dan menyembunyikannya dari para penentang karena takut dan mencegah kerugian duniawi maupun agama.”

Syekh Anshari juga berkenaan dengan taqiyyah berkata : “Taqiyah yakni seorang muslim menjaga dirinya dari gangguan orang lain dengan cara sepakat dengan ucapan dan perbuatan mereka yang bertolak belakang dengan kebenaran.” Dengan mengamati makna taqiyyah maka jelaslah bahwa taqiyyah seutuhnya bertolak belakang dengan kemunafikan yang berarti menampakan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Dari sisi yang lain, menyembunyikan akidah supaya sampai pada tujuan yang penting, merupakan sebuah pekerjaan yang senantiasa dilakukan oleh orang-orang berakal. Dan hal ini membuat pentingnya taqiyyah yang merupakan tameng untuk melawan secara lebih dalam, menjadi lebih jelas bagi kita.

Taqiyyah selain sandaran akal (logika), juga memiliki sandaran dalam Al-Quran, dan dalam beberapa ayat dijelaskan mengenai beramal dengan taqiyyah yang berperan sebagai jalan keluar yang masuk akal dan diterima, seperti beberapa contoh dibawah :

1)      من كفر باللّه من بعد ايمانه الا مـن اكـره و قلبه مطمئن بالايمان و لكن من شرح بالكفر صدرافعليهم غضب من اللّه و لهم عذاب عظيم

Para mufassir baik Syiah maupun Sunni berkenaan dengan Sya’ne nuzulnya ayat ini, menjelaskan bahwa ayat ini turun dan menceritakan tentang sekelompok muslimin pada awal-awal lahirnya islam yang dipaksa untuk menyatakan syirik dan kekafiran. Mereka adalah Ammar, Yasir, Sumayyah, Shahiib dan Bilal. Yasir dan Sumayyah yang pada saat itu bersikukuh dan tidak mengetahui diperbolehkannya berikrar dan menyatakan kekafiran, mereka mendapatkan penyiksaan yang sadis hingga akhirnya sampai pada kesyahidan. Namun Ammar yang saat itu masih muda, dia melakukan apa yang diinginkan oleh orang-orang musyrik, sementara hatinya dipenuhi dengan kecintaan dan keimanan kepada Allah swt dan Nabi-Nya. Berita tentang pernyataan kekafiran ini sampai ketelinga kaum muslimin, sebagian mereka menganggap Ammar sebagai seorang kafir dan mereka berkata : “Ammar telah meninggalkan syariat islam.” Tapi Nabi saw berkata : “Tidak demikian, Ammar dari ujung kepala hingga ujung kakinya dipenuhi dengan keimanan dan keimanan itu telah bersatu dengan kulit dan dangingnya.”

2)      لايتخذ المومنين الكافرين اولياء من دون المومنين و من يفعل ذلك فليس من اللّه في شي ء الا ان تتقوا منهم تقيه و يحذركم اللّه نفسه و الي اللّه المصير

Banyak mufassir bahkan dari kalangan Ahlu Sunnah menggunakan ayat ini sebagai sandaran hukum taqiyyah.

 

3)      وَ قالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ‏ إيمانَهُ أَ تَقْتُلُونَ رَجُلاً أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَ قَدْ جاءَكُمْ بِالْبَيِّناتِ مِنْ رَبِّكُم‏

Imam As-Shadiq as berkata : “Taqiyyah adalah wasilah penjagaan (jimat) bagi seorang mu’min.” Sebagaimana taqiyyah dalam Al-Quran dan riwayat para Ma’sum merupakan pelindung (tameng), Imam As-Shadiq juga dalam riwayat lain berkata : “Taqiyyah adalah perisai Allah di atas bumi ini, karena jika seorang mu’min dari keluarga Firaun menampakan imannya, maka dia akan terbunuh.”

 

Dalam sejarah perjalanan Ahlul Bait as juga kita menyaksikan bahwa beramal secara sembunyi-sembunyi dan bertaqiyyah merupakan sebuah taktik, contoh : bergeraknya Nabi saw tanpa sepengetahuan orang pada malam hari dari Mekkah ke Madinah, bersembunyi di goa Tsur, berangkatnya Imam Husein as pada malam hari dari Madinah ke Mekkah kemudian dari Mekkah ke Karbala, semua ini adalah bentuk dari penyembunyian akidah supaya sampai pada tujuan dan terselamatkannya nyawa.

 

Dengan mengamati pernyataan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa taqiyyah atau menyembunyikan akidah untuk menjaga hal yang sangat penting seperti nyawa, harta dan kehormatan, adalah sebuah asas hukum Qur’ani yang selalu dikerjakan oleh orang-orang berakal. Dan bagi orang-orang Muslim, mengamalkannya demi sampai pada tujuan yang lebih penting, adalah hal yang masuk akal. Dari sisi yang lain, setiap manusia menggunakan dan mempraktekannya dalam jalan menuju tujuan-tujuan sekundernya, oleh sebab itu taqiyyah tidak hanya dimiliki oleh Syiah.

 

Dengan melihat surat Al-An’am ayat 68 Allah swt berfirman kepada Nabi saw : “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokan ayat kami, maka tinggalkanlah mereka…” apakah ini bukti bahwa tidak adanya kebolehan taqiyyah bagi para pemuka agama atau dengan kata lain dimanakah kedudukan taqiyyah ?

 

Syiah tidak pernah berkata bahwa dalam segala hal harus bertaqiyyah, justru dalam beberapa hal taqiyyah diharamkan. Keharusan bertaqiyyah terdapat dalam hal-hal yang dimana taqiyyah atau menyembunyikan kebenaran lebih banyak memberikan manfaat dibanding menampakkannya, dan taqiyyah juga dapat mencegah bahaya dan malapetaka.

 

Sebuah pertanyaan : Saudara-saudara Ahlu Sunnah yang pada saat ini mereka berada dipenjara Guantanamo, Abu Gharib dsb… dan mereka yang dalam tawanan musuh-musuh islam, haruskah mereka bekerja sama dengan musuh dan menampakkan semua hal (yang ada dalam dirinya) secara rinci kepadanya ataukah bertaqiyyah ?

 

Jawabannya jelas, bahwa jika dalam banyak hal tidak bertaqiyyah maka hasilnya adalah akan terbantainya para wanita dan anak-anak muslimin yang tak berdosa oleh bala tentara asing.

 

Kesimpulan : Taqiyyah adalah asas islami dalam setiap madzhab islam, dan musuh-musuh islam dengan hal itu ingin mewujudkan perpecahan sehingga mereka bisa mengambil manfaat untuk kepentingan-kenpentingan pribadinya dan menguasai urusan kaum muslimin. Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang berakal !!!

 

Read 8689 times