Print this page

Imam Khomeini Dalam Penuturan Hujjatul Islam Wal Muslimin Mohammad Ali Anshari Kermani (1)

Rate this item
(0 votes)
Imam Khomeini Dalam Penuturan Hujjatul Islam Wal Muslimin Mohammad Ali Anshari Kermani (1)

Topik-topik yang akan disampaikan, dari lisan sebuah tetesan yang ingin menjelaskan tentang samudera yang luas.

Imam Khomeini adalah fakih dan marji’ yang paling pandai. Pada saat yang sama beliau juga seorang filsuf. Namun bukan filsuf yang bersandar pada prinsip orang lain. Tapi seorang filsuf yang memiliki dasar ijtihad dan filsafat.

Imam menjelaskan tiga pembahasan tafsir. Kita tidak memiliki usaha sekuat usaha beliau dalam pembahasan tafsir. Beliau menjelaskan poin-poin filsafat yang sampai di dunia. Surat penghargaan sampai ke Qom dari seluruh penjuru dunia dan para filsuf dunia telah mengakui pendapat-pendapat baru Imam. Imam sendiri telah mewujudkan gerakan baru di dunia, berbeda dengan filsafat-filsafat yang ada. Almarhum Haj Agha Mostafa meski hanya sebentar belajar kepada beliau, tapi dikenal sebagai seorang filsuf.

---

Sebagian orang yang dengki atau yang tidak tahu, mengatakan bahwa Imam Khomeini sampai pada tanggal 15 Khordad tidak berkecimpung dalam urusan politik dan masyarakatlah yang menyeretnya ke dalam masalah ini. Padahal orang-orang yang bersama Imam Khomeini tahu bahwa sejak beliau belajar di hauzah dan belajar kepada almarhum Ayatullah Hairi Yazdi atau di masa Ayatullah Boroujerdi, memiliki banyak perbedaan pendapat dengan mereka dalam urusan politik. Namun beliau tidak menyampaikan masalah  ini di hadapan opini umum demi menjaga persatuan Islam. Karena adanya kemungkinan hancurnya persatuan masyarakat Islam.

Imam Khomeini tidak pernah meninggalkan salat tahajjud. Dalam kondisi sakit, sehat, di penjara, saat bebas, dalam pengasingan, bahkan di atas tempat tidur rumah sakit jantung, beliau tetap mengerjakan salat tahajjudnya.

Ketika beliau sakit di Qom, dan atas perintah dokter, beliau dibawa ke Tehran. Pada waktu itu hawa sangat dingin dan hujan salju, dan jalan-jalan mengalami pembekuan. Imam berjam-jam berada di dalam mobil ambulance dan setelah dipindahkan ke rumah sakit jantung, beliau tetap tidak meninggalkan salat tahajjudnya.

Suatu malam ketika datang dari Paris ke Tehran, semua yang ada di dalam pesawat tidur, dan hanya Imam Khomeini yang mengerjakan salat tahajjud di bagian tingkat atas pesawat.

Sebagian Pasdaran di Qom menceritakan bahwa kadang-kadang saat Imam Khomeini tidak tidur malam untuk mengerjakan salat tahajjud, beliau menanyakan kondisi mereka.

Suatu hari Imam Khomeini berkata:

“Kesinilah! Ringkesi karpet ini. Karena di atas karpet ini ada gambar binatang dan mengerjakan salat di dalam sebuah ruangan yang ada gambarnya manusia atau binatang hukumnya makruh.”

Masalah ini menunjukkan kesensitifan beliau terhadap masalah agama.

---

Imam Khomeini ra
Imam Khomeini berada di Najaf selama tiga belas tahun dan beliau secara rutin membaca ziarah Jamiah Kabirah. Di malam-malam hari, selain saat pergi ke Karbala atau benar-benar sakit, sehingga tidak bisa keluar dari rumah, setiap malam pada jam tertentu, beliau pergi ke makam Imam Ali as dan membaca ziarah Jamiah Kabirah. Ziarah yang paling sedikit membutuhkan waktu satu jam. Tapi seseorang merasa bahwa dia benar-benar berada di hadapan para imam maksum as dan menyampaikan hak mereka dan pada hakikatnya adalah satu putaran pelajaran mengenal imam.

Kecintaan Imam Khomeini kepada Ahlul Bait Rasulullah Saw tidak bisa dijelaskan. Imam Khomeini adalah pecinta mereka. Seorang pecinta yang begitu mendengar suara “Ya Husein” dengan sendirinya air matanya mengalir. Begitu seorang pembaca kidung Ahlul Bait mengatakan, “Assalamu Alaika Ya Aba Abdillah” tetesan air mata mengalir dari matanya dan ini adalah kecintaan yang tidak sedikit.

Suatu hari adalah hari syahadahnya Sayidah fathimah as, Imam Khomeini diminta untuk ikut hadir acara bersama para staf kantornya. Ketika Imam Khomeini datang dan duduk, begitu salah satu staf kantor membaca kidung duka, Imam Khomeini menangis dengan suara keras. Sehingga staf itu sebentar saja membacanya demi menjaga kondisi Imam. Tapi air mata Imam Khomeini senantiasa mengalir di pipinya. Meski dunia menafsirkan tangisan Imam dengan beragam tafsiran, tapi beliau tidak malu-malu menangis, bahkan di depan kamera tetap menangis untuk Aba Abdillah.

---

Suatu hari salah seorang rohani di madrasah Refah berkata kepada Imam Khomeini, “Mengapa Anda tidak banyak menyebut Imam Zaman af dalam pidato Anda?”

Imam Khomeini bangkit dan berkata:

“Apa yang Anda katakan? Apakah Anda tidak tahu bahwa apa yang kita miliki adalah dari Imam Zaman af. Apa yang saya miliki adalah dari Imam Zaman af dan apa yang kita miliki dari revolusi adalah dari Imam Zaman af?” (Emi Nur Hayati)

Dikutip dari penuturan Hujjatul Islam Wal Muslimin Mohammad Ali Anshari Kermani

Sumber: Pa be Pa-ye Aftab II; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh

Read 2148 times