31 tahun berlalu sejak wafatnya Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, tapi pemikirannya terus digali dan dikaji hingga kini.
Imam Khomeini adalah seorang tokoh pejuang yang percaya pada nilai-nilai ilahi, oleh karena itu sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk perjuangan nilai-nilai revolusi Islam.
Peristiwa 15 Khordad 1342 Hs menjadi babak penting dari lembaran sejarah perjuangan Imam Khomeini yang berdampak besar terhadap nasib revolusi. Sebenarnya, faktor pembentuk gerakan revolusioner ini telah dimulai pada tahun-tahun sebelum, terutama selama kudeta Amerika-Inggris pada 28 Agustus 1953.
Di puncak penindasan rezim Shah Pahlevi terhadap rakyat Iran, Imam Khomeini hadir menyampaikan pidato keras mengkritik kezaliman yang dilakukan rezim despotik Shah.
Pidato Imam Khomeini di tahun 1342 Hs, sebenarnya merupakan pengadilan terhadap rezim Shah atas penindasannya terhadap rakyat Iran, sekaligus sebagai protes terhadap "Revolusi Putih" yang mengejar tujuan kolonialisme di negaranya.
Di tengah gencarnya upaya Imam Khomeini melakukan penyadaran terhadap masyarakat, pada pagi hari 15 Khordad 1342 Hs, antek-antek rezim Shah menyerbu rumah Imam di Qom dan menangkap beliau, kemudian memindahkannya ke sebuah penjara di Tehran. Penangkapan Imam Khomeini bukannya menghentikan gelombang protes rakyat, tapi sebaliknya justru menyulut peningkatan unjuk rasa besar-besaran di berbagai kota, termasuk Qom, Teheran, Mashhad dan Shiraz. Aksi protes berlanjut selama beberapa hari, dan membunuh serta melukai sejumlah orang.
Meskipun akhirnya rezim Shah membebaskan Imam Khomeini, tapi protes terus berlanjut dan Imam tetap bersama rakyat melancarkan aksinya memprotes rezim Shah. Berlanjutnya aksi protes menyebabkan penangkapan Imam Khomeini dan pengasingannya selama 15 tahun. Rezim Shah mengasingkan Imam Khomeini ke Turki untuk sementara waktu, kemudian ke Najaf dan terakhir ke Prancis.
Mengenai gerakan 15 Khordad 1342 Hs, Imam Khomeini mengatakan, "Tanggal 15 Khordad sebagaimana Asyura termasuk hari berkabung bagi bangsa yang tertindas. Inilah hari epik dan kelahiran baru Islam dan Muslim. Memperingati hari epik 15 Khordad adalah peringatan mengenai nilai-nilai kemanusiaan sepanjang sejarah. Kebangkitan 15 Khordad menghancurkan mitos kekuatan rezim penindas, bersama mitos dan legendanya. Kesyahidan para pemuda, pria dan wanita sebagai benteng yang kuat untuk menghadapi kekuatan jahat. Darah prajurit pemberani menghancurkan istana rezim penindas. Bangsa yang besar, dengan perlawanan dan pengorbanan darah anak-anak mudanya, membuka jalan bagi perlawanan generasi mendatang dan membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin,".
Imam Khomeini menciptakan kepercayaan di antara negara-negara yang tertindas bahwa dalam kondisi yang paling sulit sekalipun, pencapaian terbesar dapat diraih. Beliau juga menunjukkan bahwa kekuatan nyata lahir dari bangsanya sendiri yang bukan mengandalkan dukungan dari kekuatan asing. Pandangan tersebut memberikan perubahan besar dalam peta politik regional.
Oleh karena itu, kemenangan Revolusi Islam di Iran menjadi sumber inspirasi bagi negara-negara dunia yang mencintai kebebasan, yang menjadi perhatian gerakan politik dunia, terutama di antara negara-negara Islam selama lebih dari empat dekade hingga hari ini.
Dengan mempromosikan ide-ide politik yang membebaskan, Imam Khomeini menyuarakan perjuangan membela kebenaran dan keadilan. Globalisasi ide-ide politik Imam Khomeini menunjukkan kepada dunia bahwa Revolusi Islam menjunjung tinggi pembelaan terhadap orang-orang yang dizalimi. Gerakan besar ini mengubah nilai-nilai revolusi Islam menjadi nilai-nilai global, dan pembelaan hak-hak bangsa muncul dalam bentuk gerakan-gerakan perlawanan. Berdasarkan dasar inilah Revolusi Islam menjadi simbol gerakan yang tepat di bidang politik dan sosial dunia.
Inilah fakta tak terbantahkan yang telah mengkristal dalam sifat pemikiran politik Imam Khomeini. Oleh karena itu, ide-ide politik Imam Khomeini telah menjadi awal dari perubahan besar dan mendasar di kawasan dan dunia.
Sepanjang perjuangan yang tak kenal lelah ini, bangsa Iran setia kepada cita-cita perjuangan Imam Khomeini dan jalan revolusi sejak 15 Khordad 1342. Hingga kini, meskipun menghadapi berbagai rintangan, dan karenanya telah menjadi target permusuhan kekuatan arogan global. Mereka terus memusuhi Iran dengan berbagai cara, dan saat ini berusaha menjegal kemajuan Republik Islam dan gerakan revolusioner dengan menciptakan aliansi melawan Iran.
Tapi bangsa Iran tetap tegar mengusung ciat-cita besar Pemimpin Revolusi Islam, dan terus melangkah maju secara bermartabat dengan caranya sendiri.(