Print this page

Strategi Iran Hadapi Sanksi Masif dan Ancaman Militer AS

Rate this item
(0 votes)
Strategi Iran Hadapi Sanksi Masif dan Ancaman Militer AS

 

Politik Republik Islam Iran menghadapi Amerika Serikat menunjukkan kebijakan lunak dan keras Tehran yang dinamis terhadap Washington.

Sejak Donald Trump memasuki Gedung Putih pada tahun 2016, kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran dimulai, bahkan disertai dengan ancaman militer. Tetapi setelah empat tahun berlalu tidak berhasil mewujudkan tujuan Trump melumpuhkan Republik Islam.

Tekanan maksimum, sanksi masif dan sesekali ancaman militer telah menjadi inti kebijakan Trump terhadap Iran. Tapi pendekatan ini gagal membawa Iran ke meja perundingan.

Pemerintahan Trump meminta Iran memasuki negosiasi baru, tetapi perlawanan maksimum dan diplomasi Iran yang aktif dan cerdas membuyarkan mimpi Trump.

Majalah National Interest yang berbasis di AS hari Kamis (19/11/2020) menulis, "Kebijakan tekanan maksimum AS membuahkan keberhasilan minimal dan AS harus mengubah kebijakannya terhadap Iran,".

Pemerintahan Trump berusaha untuk merundingkan rudal, pertahanan, dan kebijakan regional Iran yang menjadi garis merah Republik Islam. Padahal, tidak ada negara yang menghubungkan komponen kekuatan dan pengaruhnya dengan kebijakan negara lain. Oleh karena itu, langkah Iran dilakukan dengan pendekatan yang realistis. 

Brigadir Jenderal Hossein Dehghan, Penasihat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Urusan Pertahanan hari Kamis mengatakan bahwa Republik Islam Iran tidak akan melakukan negosiasi dengan siapapun dalam keadaan apapun tentang kekuatan militernya.

Selain itu, tindakan praktis dan konstruktif Iran telah membuat Amerika Serikat sendirian dalam memajukan politik unilateralnya di kancah global terhadap Tehran. Tidak ada dukungan suara terhadap resolusi anti-Iran yang diusung AS di Dewan Keamanan PBB untuk melanjutkan embargo senjata terhadap Tehran.

Kegagalan kebijakan Trump terhadap Iran berakar pada independensi tindakan dan komponen kekuatan Republik Islam. Meskipun tekanan ekonomi AS telah mempengaruhi kehidupan rakyat Iran, tapi ketahanan nasional yang bergantung pada kapasitas domestik telah mendorong Iran berhasil melalui masa-masa sulit.

Kemampuan pertahanan dan rudal Iran menjadi simbol kekuatan pencegah dan efektif Republik Islam. Langkah Gedung Putih melanjutkan tekanan maksimum terhadap Iran justru menjadi bumerang bagi AS sendiri dan Iran tidak akan pernah menyerah, bahkan dengan ancaman militer sekalipun. Sebagaimana ditegaskan Brigadir Jenderal Hussein Dehghan, "Konflik terbatas dan taktis bisa memicu perang besar-besaran. Amerika Serikat, kawasan dan dunia tidak akan mampu bertahan dari krisis berskala besar,"

Read 504 times