بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آَيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (59) وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ (60)
(Bukan demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir. (39: 59)
Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (39: 60)
Sebelumnya telah disampaikan tentang mereka yang ketika menyaksikan api neraka, baru menyadari umurnya selama ini telah dilewati dengan sia-sia. Mereka berharap dapat kembali lagi ke dunia untuk memperbaiki jalannya dan menutupi dosa-dosanya dengan perbuatan baik.
Dua ayat ini mengatakan, “Tidak demikian bahwa Allah telah melanggar hak kalian dan tidak mengirimkan semua sebab untuk kalian mendapat hidayah. Selama di dunia, para habi dan kitab-kitab samawi ada untuk menghidayahi kalian. Bila kalian menggunakan akal, maka dengan mudah kalian dapat memahami kebenarannya dan memanfaatkan tuntunannya. Tapi sikap sombong menyebabkan kalian mengingkari kebenaran dan tidak mau menerima ajakan para nabi. Akhirnya, kalian mendapat azab api neraka. Balasan yang membuat wajah kalian buruk dan hitam serta membuat penduduk neraka lainnya tersiksa.”
Tidak diragukan lagi bahwa wajah orang kafir dan pengingkar kebenaran di Hari Kiamat berwarna hitam gambaran akan keterhinaan dan terbongkar wajah aslinya. Hari Kiamat sejatinya tempat personifikasi perbuatan dan pikiran manusia serta ditampakkan semua rahasia mereka. Orang-orang yang selama di dunia memiliki hati yang kelam dan hitam dan perbuatan mereka juga sama dengan pikirannya kelam, maka di Hari Kiamat wajah batin mereka akan ditampakkan, sehingga wajah mereka akan terlihat hitam.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah tidak akan mengazab hamba-Nya tanpa menyempurnakan hujjah-Nya lewat akal dan wahyu.
2. Sumber hakiki akan kekufuran dan pengingkaran akan kebenaran adalah kesombongan.
3. Di Hari Kiamat, bentuk lahiriah dan batin manusia akan menjadi satu dan wajah akan sama dengan warna hati. Mereka yang memiliki hati kelam dan hitam, maka wajahnya juga berwarna hitam.
وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (61)
Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita. (39: 61)
Tentang kelompok sebelumnya yang wajahnya menjadi hitam dan dibawa ke neraka karena kesombongannya, ayat ini menyebut jalan untuk menyelamatkan manusia dari azab Allah di Hari Kiamat adalah takwa. Ayat ini mengatakan, “Allah menyelamatkan orang bertakwa dan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan dan keberuntungan.”
Kebahagiaan adalah kelezatan berkelanjutan dan abadi. Sekalipun memakan makanan yang enak dan minuman yang segar memberikan kelezatan bagi manusia, tapi bukan tanda kebahagiaan manusia. Karena kelezatan yang seperti ini tidak berkelanjutan dan setelah beberapa waktu akan musnah. Tapi kelezatan seperti mencari ilmu dan pengetahuan dapat menjadi modal bagi kebahagiaan manusia. Karena kenikmatan mengungkap hakikat dan memahami pengetahuan merupakan kelezatan yang berkelanjutan dan abadi.
Sekalipun kebaikan duniawi juga berlanjut selama beberapa waktu, tapi karena umur yang pendek bagi penduduk dunia membuatnya tidak berarti bila dibandingkan dengan kelezatan dan kenikmatan ukhrawi. Dengan demikian, kebahagiaan hakiki bergatung pada hal-hal yang dapat mengantarkan manusia pada kebaikan berkelanjutan dan abadi di akhirat. Itu dapat membebaskan manusia dari segala kesedihan dan tidak ada bahaya yang dapat mengancamnya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam kehidupan dunia, takwa faktor kebahagiaan dan keberuntungan manusia di akhirat.
2. Takwa adalah perisai yang melindungi manusia dari keburukan. Di akhirat, orang bertakwa dijauhkan dari keburukan dan tidak akan sedih, apalagi menyesal.
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (62) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (63)
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (39: 62)
Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (39: 63)
Surat al-Zumar fokus membahas tentang Tauhid dan Syirik. Karenanya, dua ayat ini kembali membahas masalah Tauhid dan menyinggung hakikat ini bahwa pengelolaan urusan dunia dan menjaganya ada di tangan Zat yang menciptakannya. Tidak seperti yang kalian anggap bahwa Allah menciptakan dunia dan kemudian membiarkannya begitu saja atau menyerahkan pengelolaannya kepada yang lain.
Ayat-ayat ini sesungguhnya merupakan sentilan akan pandangan orang-orang Musyrik dan penyembah berhal bahwa kebanyakan dari mereka menerima Allah sebagai pencipta manusia dan dunia, tapi menganggap apa yang mereka sembah itu mempengaruhi kehidupan mereka. Seakan-akan mereka ingin mengatakan bahwa pengolaan urusan dunia ada di tangan sesembahan mereka dan itu menjadi pelindung dan pengelola pekerjaan mereka.
Dari sudut pandang al-Quran, mereka yang menyekutukan Allah dan menganggap sekutu itu dapat mempengaruhi kehidupannya sejatinya sangat merugi. Karena mereka berpaling dari Allah pemilik segala sesuatu dan kunci langit dan bumi berada di tangan-Nya, lalu mencari sesuatu yang lemah dan tidak bisa menguntungkan atau merugikan mereka. Sesembahan itu tidak dapat melakukan apa-apa, karenanya tidak dapat merugikan manusia sedikitpun.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semua di alam ini membutuhkan Allah baik dalam penciptaan atau untuk tetap ada. Dengan kata lain, Allah pencipta dunia sekaligus penjaga dan pengelolanya. Karenanya, jangan membedakan antara Allah sebagai pencipta dan pengelola. Itu termasuk syirik.
2. Tauhid merupakan pandangan yang menjadi dasar dan dimensi kehidupan manusia. Jangan membatasinya dalam satu dimensi atau beberapa saja.