قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66)
Katakanlah, “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” (39: 64)
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (39: 65)
Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. (39: 66)
Sebelumnya telah dijelaskan tentang Tauhid dan Syirik. Tiga ayat ini melanjutkan pembahasan ini, “Musyrikin dan penyembah berhala berusaha mencari berbagai alasan agar Nabi Muhammad Saw menerima dan menghormati sesembahan mereka bahkan juga menyembahnya. Mereka mengatakan, ‘Kami siap melaksanakan shalat kepada Tuhanmu dan sujud kepada-Nya dengan syarat engkau juga bersujud dihadapan sesembahan kami.”
Allah dalam ayat-ayat ini dengan keras berfirman, “Ucapan seperti ini dan permintaan yang tidak pada tempatnya berasal dari kebodohan mereka. Karena bagaimana bisa nabi yang diutus untuk mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa dan menjauhi kesyirikan justru harus mengikuti keinginan mereka dihadapan sesembahannya.”
Kelanjutannya Allah berfirman, “Wahai Nabi! Katakan kepada mereka bahwa saya hanya menyembah Allah yang Esa dan tidak akan mengagungkan sesembahan kalian. Karena Tauhid dan Syirik bukan masalah yang dapat dinegosiasikan. Barangsiapa yang condong pada kesyirikan, maka perbuatan baiknya menjadi batal. Karena bila orang tersebut adalah Nabi Allah, maka sudah pasti siksaannya akan lebih sulit dan berat. Karena menyebabkan orang lain tersesat.”
Tidak diragukan lagi bahwa diterimanya amal perbuatatn adalah meyakini prinsip Tauhid dan tanpa Tauhid tidak ada perbuatan yang akan diterima. Akibat syirik semua perbuatan baik manusia akan musnah. Karena syirik seperti api yang membakar dan ia membakar semua perbuatan manusia.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyembah selain Allah tanda kebodohan manusia, sekalipun secara lahiriah ia berilmu.
2. Tauhid adalah garis merah orang beriman dan tidak menegosiasikannya dalam kondisi bagaimanapun.
3. Musuh berusaha menyesatkan nabi, apalagi orang biasa.
4. Ibadah kepada Allah termasuk mensyukuri nikmat Allah Maha Pengasih.
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (67)
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (39: 67)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, “Musyrikin memberikan usulan tidak tepat kepada Nabi Allah dan memintanya untuk menghormati sesembahan mereka itu artinya mereka tidak mengetahui posisi Allah dan menurunkan posisi Allah, sehingga setara arca dan sesembahan.”
Intinya, sumber kesyirikan adalah tidak memiliki pengetahuan yang benar akan Allah yang menciptakan semua alam dan mengelola semuanya, bahkan untuk tetap ada, semua makhluk membutuhkan-Nya.
Di Hari Kiamat, semuanya berada di tangan Allah adalah ungkapan untuk menunjukkan kekuatan, keagungan dan kekuasaan mutlak Allah atas seluruh alam agar semua mengetahui bahwa di Hari Kiamat hanya Allah yang memiliki kekuasaan dan wewenang, sementara keselamatan berada di telapak kekuasaan-Nya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Syirik tanda tidak mengenal Allah dan tidak memperhatikan ilmu dan kekuasaan-Nya.
2. Langit dengan segala keagungannya adalah kecil dan tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuasaan Allah dan penciptanya, seakan-akan berada di tangan Allah.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (68) وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (69) وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ (70)
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (39: 68)
Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (39: 69)
Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (39: 70)
Setelah menyebutkan kekuasaan Allah di Hari Kiamat di ayat-ayat sebelumnya, tiga ayat ini menyinggung akhir dunia dan dimulainya Hari Kiamat. Ayat-ayat ini mengatakan, “Dengan tiupan sangkakala, semua yang hidup akan mati dan setelah beberapa waktu dengan tiupan yang lain semua kembali hidup dan bangkit sembari menanti perhitungan amal.”
Dengan kata lain, dengan satu perintah dan kehendak Allah, tidak ada sesuatu di bumi dan langit yang hidup dan semua mati. Sebagaimana dengan satu kehendak yang lain, semua yang mati kembali hidup dan hadir dalam pengadilan Hari Kiamat. Tentu saja terserah Allah ketika berkehendak untuk mengecualikan sesuatu dari kematian, sebagaimana sebagian malaikat seperti Jibril, Israfil dan Mikail tetap hidup.
Pada waktu itu, semua manusia kembali dihidupkan, dunia terang kembali dengan cahaya Allah dan cahaya hakikat sedemikian kuat, sehingga tidak ada yang bisa mengingkari. Tabir kebenaran disisihkan dan hakikat perbuatan manusia semua terungkap; baik maupun buruk, sehingga tidak ada yang menutupi mata manusia. Lewat cahaya ilahi ini semua menjadi transparan dan terang benderang.
Pada hari itu, buku amal diletakkan dan diperiksa. Semua laporan tentang perbuatan manusia baik yang kecil dan besar tertulis semua di sana. Para nabi dan saksi semua hadir di hari itu dan menjadi juri bagi manusia. Tidak ada yang terzalimi, karena semuanya transparan.
Jelas, dalam pengadilan ini yang menjadi hakim adalah Allah swt, bumi terang benderang dengan cahaya keadilan Allah dan para nabi dan saksi hadir dengan keadilan dan pengadilan ini hanya berlangsung dengan keadilan. Pengadilan yang seperti ini tidak mungkin ada kezaliman, karena semua menyaksikan apa yang dilakukannya selama ini tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hidup dan matinya makhluk termasuk manusia sesuai kehendak Allah.
2. Akhir dunia dan tibanya Hari Kiamat terjadi secara tiba-tiba, bukan bertahap.
3. Pengadilan Hari Kiamat dengan menghadirkan catatan amal dan saksi. Di sana, amal perbuatan manusia akan diadili berdasarkan keadilan.
4. Di dunia ini, sebagian saksi akan mengawasi perbuatan kita. Perbuatan kita juga dicatat oleh para malaikat, begitu juga para nabi dan saksi khusus juga mengetahui perbuatan kita.