Print this page

Sayidah Zainab, Cucu Nabi Muhammad dan Wanita yang Menjelaskan Perlawanan

Rate this item
(0 votes)
Sayidah Zainab, Cucu Nabi Muhammad dan Wanita yang Menjelaskan Perlawanan

 

Sayidah Zainab as adalah cucu kesayangan Nabi Muhammad Saw dan dikenal sebagai teladan kesabaran dan kegigihan.

Sayidah Zainab, putri Sayidah Fatimah (putri Nabi Muhammad Saw) dan Imam Ali (penerus Nabi Muhammad), adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah Islam yang, berkat kepribadiannya yang teguh dan banyak pengorbanan, dikenal sebagai pembawa panji kebangkitan Asyura dan pelindung para tawanan Karbala.

Artikel dari Pars Today ini mengulas kehidupannya.

Kelahiran

Zainab adalah putri sulung Imam Ali dan Fatimah, serta saudara perempuan Imam Hasan dan Imam Husein. Terdapat perbedaan pendapat mengenai tanggal kelahiran Zainab. Beberapa sumber menyebutkan kelahirannya pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun ke-5 Hijriah, sementara yang lain menyebutkan kelahirannya pada tahun ke-6 Hijriah di Madinah.

Pemberian Nama

Zainab diberi nama oleh Nabi Muhammad. Diriwayatkan bahwa Jibril menyampaikan nama ini kepada Nabi dari Allah. Dinyatakan dalam kitab Al-Khasa'is Al-Zainabiyyah, Nabi menciumnya dan berkata, "Hai orang-orang yang hadir di antara umatku, sampaikanlah kepada mereka yang tidak hadir tentang kemuliaan putriku ini, Zainab. Sesungguhnya, dia seperti neneknya, Khadijah."

Zainab secara harfiah berarti "pohon yang indah dan harum" dan "perhiasan sang ayah".

Gelar

Banyak gelar yang telah dikaitkan dengannya. Beberapa menyebutkan lebih dari enam puluh gelar untuknya, beberapa di antaranya adalah Aqila Bani Hasyim, Arifah, Muwatstsaqah, Fadhilah, dan Kamilah. Sayidah Zainab disebut Umm Al-Masaaib karena banyaknya kesulitan yang dihadapinya dalam hidup. Mulai dari wafat kakeknya, Nabi Muhammad, penyakit dan kesyahidan ibunya, Fatimah, kesyahidan ayahnya, Amirul Mukminin, kesyahidan saudaranya, Imam Hasan, kesyahidan Imam Husain, peristiwa Karbala, dan penahanannya di Kufah dan Suriah, merupakan beberapa peristiwa sulit dan pahit dalam hidupnya.

Pernikahan

Menurut sumber sejarah, Sayidah Zainab menikahi sepupunya, Abdullah bin Ja'far, meskipun memiliki banyak pelamar, dan mereka dikaruniai empat putra dan satu putri.

Mendampingi Imam Husein dalam peristiwa Karbala dan pencerahan setelahnya

Banyak sejarawan menganggap peristiwa Karbala sebagai peristiwa terpenting dalam kehidupan Zainab. Beliau mendampingi Imam Husein dalam peristiwa Karbala hingga beliau syahid.

Setelah Imam Husein as syahid, beliau ditangkap bersama para penyintas lainnya dan pergi ke Kufah dan Suriah. Zainab diperkenalkan sebagai pembawa panji kebangkitan Karbala untuk menghadapi musuh-musuhnya dan mengungkap jati dirinya, serta untuk memperkenalkan status dan ketidakadilan terhadap Ahlul Bait setelah syahidnya saudara mereka, Imam Husein.

Khotbah dan pencerahannya juga dianggap sebagai rahasia keberlangsungan kisah Asyura dan kebangkitan umat.

Mohammad Mohammadi Eshtehardi, seorang penulis keagamaan di Iran, telah menyatakan tiga misi Sayidah Zainab setelah Asyura sebagai berikut: mengawasi para tawanan, mendukung dan menjaga Imam Sajjad, putra Imam Husein, dan menyampaikan pesan syuhada kepada masyarakat.

Majelis Yazid di Suriah

Ketika kafilah tawanan Karbala memasuki istana Yazid, sebuah majelis resmi yang terdiri dari para tetua Suriah dan perwakilan agama diadakan di istana. Pada saat ini, atas perintah Yazid, para tawanan dibawa ke majelis sementara mata semua orang tertuju pada mereka. Pada saat itu, Sayidah Zainab berkata kepada Yazid:

"Apakah adil jika kalian menempatkan istri-istri dan budak-budak perempuan kalian di balik tirai, tetapi menjadikan putri-putri Rasulullah sebagai tawanan, merobek tirai kesucian mereka, memperlihatkan wajah mereka, dan menjadikan mereka sasaran kekuasaan musuh dari kota ke kota, sebagaimana penduduk kota, desa, istana, dan gurun memandang mereka dan mengamati wajah mereka dari jauh dan dekat? Betapa pun licik dan upaya kalian, demi Allah, kalian tidak akan pernah mampu menghapus ingatan dan nama kami, serta membunuh dan memadamkan wahyu kami... Aib dan rasa malu ini tidak akan pernah hilang dari kalian."

Pencerahan yang diberikan oleh Sayidah Zainab konon telah menghilangkan kegembiraan atas kemenangan Ibnu Ziyad, Yazid, dan Bani Umayyah. Akibat pencerahan yang diberikan oleh Sayidina Zainab, Yazid terpaksa meminta maaf dan mengungkapkan penyesalannya, serta menyalahkan Ubaydullah bin Ziyad atas kesyahidan Imam Husein. Setelah itu, Sayidina Zainab dan para tawanan Karbala meminta Yazid untuk berkabung atas Imam Husein di malam hari, dan Yazid pun menerimanya.

Kesabaran dan Keteguhan

Sayidah Zainab telah diperkenalkan sebagai simbol kesabaran dan pahlawan kesabaran. Keteguhan dalam menjaga kesucian agama, pengendalian diri dalam menghadapi kesulitan, tidak menunjukkan kelemahan di hadapan musuh, dan tidak mengeluh di hadapan manusia merupakan beberapa ciri kesabaran Sayidah Zainab.

Pada hari Asyura, ketika beliau melihat tubuh saudaranya, Imam Husein, yang berlumuran darah, beliau berkata, "Wahai Ya Allah, terimalah pengorbanan dan kematian kami (keluarga Nabi) di jalan-Mu.”

Ia pun menjawab pertanyaan Ibnu Ziyad yang menanyakan bagaimana pandangan beliau terhadap saudaranya dan Ahlul Bait, dengan mengatakan, “Aku tidak melihat apa pun kecuali keindahan.”

Kisah Zainab

Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam telah mengatakan, tentang kepribadian Sayidah Zainab, perempuan yang menjadi pencetus perlawanan: "Kisah Zainab yang Agung as... Melengkapi kisah Asyura... Keagungan karya Zainab yang Agung as tidak dapat dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa besar lainnya dalam sejarah, melainkan harus dibandingkan dengan peristiwa Asyura itu sendiri. Manusia agung ini, perempuan agung Islam dan kemanusiaan ini, mampu mempertahankan keteguhan dan keagungannya dalam menghadapi gunung penderitaan yang berat... Beliau berdiri tegak dan gagah bagaikan puncak, baik dalam menghadapi musuh maupun dalam menghadapi musibah dan peristiwa pahit. Beliau menjadi teladan, panutan, pemimpin, dan pelopor.

Wafat dan Tempat Pemakaman

Sayidah Zainab wafat pada tanggal 15 Rajab tahun 62 H dan dimakamkan di Damaskus, Suriah.

Read 11 times