Bihar al-Anwar adalah karya besar Allamah Mohammad Baqer Majlesi dan ensiklopedia besar hadis Syiah yang mencakup isu-isu agama seperti sejarah, fiqih, teologi, tafsir al-Quran dan lain-lain. Karya ini mencakup lebih dari 85 ribu hadis dari Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as dan penulisannya memakan waktu lebih dari 30 tahun.
Bihar al-Anwar: al-Jamiah lidurari akhbar al-A'imah al-Athar merupakan karya terpenting Allamah Mohammad Baqir Majlesi dan insklopedia besar Syiah. Selama 30 tahun Allamah dibantu murid-muridnya aktif menulis dan mengumpulkan naskah karya besar ini.
Allamah Majlesi di mukadimah bukunya Bihar al-Anwar menjelaskan masa belajar dan fase ilmiah serta spiritualnya. Ia juga memaparkan motif kecenderungannya terhadap hadis. Merujuk pada kajian ilmu-ilmu resmi pada masanya seperti ilmu sastra, fiqih dan usul fiqih, hikmah dan filsafat, teologi dan matematika serta kelazimannya dalam komunitas ilmiah pada masa itu, ia mengatakan bahwa semangat pencariannya tidak tergenangi oleh ilmu-ilmu konvensional dan kehausannya akan ilmu yang benar dan perenungan tentang manfaat dan hasil ilmu pengetahuan dan tujuan murid-muridnya telah membawanya ke sumber yang jelas dari pengetahuan dan kebijaksanaan yang benar, yaitu firman Tuhan (wahyu) dan hadis para maksumin.
Allamah menilai al-Quran dan hadis yang diriwayatkan dari Nabi serta Ahlu Bait as sebagai sumber terpenting untuk meraih pengetahuan dan ajaran agama serta menyebutnya lebih unggul dari seluruh ilmu-ilmu Islami lainnya. Meski demikian, ahli hadis besar ini tidak menolak kredibilitas akal bahkan meyakini untuk memahami prinsip-prinsip agama diperlukan akal, serta ia juga menggunakan argumentasi logis dan akal saat menganalisa dan menafsirkan sejumlah hadis.
Bihar al-Anwar memiliki posisi tinggi dihadapan para peneliti dan cendikiawan mengingat kitab ini menyebutkan lebih banyak sanad riwayat yang dinukil dari pada Imam Syiah, kategorisasi, syarah dan penjelasan dari berbagai hadis, berabagai penelitian teologi, sejarah, fiqih, tafsir, akhlak, hadis dan bahasa; Meskipun volumenya besar, banyak manuskrip telah ditulis sejak awal, dan dengan munculnya industri percetakan, semua atau sebagian darinya telah diterbitkan berkali-kali. Bagian paling terkenal dari Bihar al-Anwar adalah terjemahan dari bagian ensiklopedia ini yang didedikasikan untuk subjek Imam Zaman (as) dan telah diterbitkan sebagai buku independen berjudul "Mahdi yang Dijanjikan".
Allamah Majlisi dalam Bihar al-Anwar telah mengkategorikan hadits dengan cara yang logis dan berorientasi pada subjek sehingga pembaca dan sarjana dapat mengambil manfaat maksimal darinya dalam waktu singkat dan dapat melihat secara komprehensif hadis yang ada dalam subjek apa pun. Ulama yang bijaksana ini telah mencoba untuk mengadopsi semua masalah dan isu-isu agama dalam kumpulan besar Bihar al-Anwar dan untuk mengumpulkan hadits yang terkait dengannya. Koleksi ini dimulai dengan topik "al-Aql wa al-Jahl" (akal dan kebodohan) dan berlanjut dengan topik yang berkaitan dengan teologi dan tauhid, keadilan ilahi dan sejarah para nabi.
Salah satu fitur menarik dari Bihar Al-Anwar adalah bahwa Allameh Majlisi telah memulai setiap bab dari koleksi besar ini dengan ayat-ayat yang sesuai dengan subjeknya dan telah mengungkapkan pendapat para penafsir di mana pun ada kebutuhan untuk menafsirkan ayat-ayat tersebut. Setelah menyebutkan ayat-ayat dan tafsirnya, ia mengutip hadits-hadits yang berkaitan dengan topik itu dan dalam banyak kasus menggambarkan narasi dan menjelaskan kata-kata yang sulit dipahami oleh audiens. Dalam menafsirkan dan menjelaskan hadist dan riwayat, ia telah menggunakan berbagai sumber bahasa, fiqih, tafsir, teologi, sejarah, akhlak/etika, dll. Uraian-uraian ini merupakan salah satu keunggulan kumpulan naratif yang penting ini.
Keistimewaan lain dari Bihar adalah penulis memiliki banyak buku yang beberapa di antaranya telah dihancurkan dan belum sampai kepada kita. Untuk menulis buku ini, Allamah mengirim murid-murid dan para sahabatnya ke negara-negara dan negeri-negeri dekat dan jauh untuk mendapatkan salinan terbaik dan paling otoritatif dari setiap buku. Banyak sumber yang diperoleh Allamah pada waktu itu sekarang telah hilang, dan jika Allamah tidak mengumpulkan riwayat-riwayat yang dikutip di dalamnya dalam satu kumpulan, kami tidak akan memiliki riwayat-riwayat ini sekarang. Selain itu, dalam karya ini, Allamah Majlisi, selain diskusi, terkadang mengutip buku-buku atau risalah singkat yang dianggap efektif dalam memahami subjek. Seperti risalah Imam Hadi (as) dalam menanggapi jabr dan tafwiz, risalah tentang hak-hak Imam Sajjad (as), Tauhid Mofazal dll. Oleh karena itu, Imam Khomeini menyebut karya ini sebagai sebuah perputakaan besar dan penting dengan nama Bihar.
Sebagian ulama menganggap adanya riwayat yang lemah (dhaif) dan tidak kredibel, serta ketidakcukupan beberapa penjelasan Allamah Majlisi sebagai kelemahan kumpulan ini. Menanggapi kritik ini, perlu dicatat bahwa salah satu tujuan terpenting Allamah Majlisi dalam menyusun Bihar al-Anwar adalah mengumpulkan riwayat untuk mencegah kehancurannya, untuk mentransfer warisan riwayat Syiah ke generasi berikutnya dan untuk menjelaskan dan mempelajari hadits-hadits target, itu adalah tujuan yang kedua. Allameh tahu bahwa hidup yang singkat tidak akan memberinya kesempatan untuk mempelajari dan meneliti secara menyeluruh dan akurat menjelaskan semua hadis yang dikumpulkan.
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengambil langkah pertama dan paling mendasar, yaitu mengumpulkan hadist, memberi penjelasan secara singkat bagian-bagiannya sebanyak yang dia bisa, dan untuk melakukan penelitian dan studi lebih lanjut untuk peluang di kemudian hari atau bahkan untuk generasi mendatang. Untuk itu, ia mengatakan dalam beberapa pernyataan: "Naskah tidak teratur dan membingungkan, tetapi kami mengutipnya sehingga jika versi aslinya ditemukan setelah kami, itu akan dikonfrontasi dan diperbaiki, dan jika tidak, naskah dan versi ini yang terkadang bukannya tidak bermanfaat tidak akan hilang dan namanya akan tetap tercatat."
Juga, beberapa kritikus menganggap pengulangan hadist sebagai kelemahan dari pekerjaan ini. Mencermati perkataan Allamah, dapat dipahami bahwa ia sangat menyadari pengulangan ini, tetapi berbagai faktor, hubungan sebuah hadist dengan dua atau lebih pembahasan yang berbeda dan adanya versi yang berbeda dari sebuah hadist menyebabkan penulis mengulangi karyanya untuk menjadi komprehensif. Ada kemungkinan bahwa sebuah hadist berisi berbagai topik, yang masing-masing harus diperiksa di bawah babnya sendiri, dan pada saat yang sama fragmentasi hadist mempengaruhi pemahamannya, dan oleh karena itu sebuah hadis harus diulang dalam beberapa bab.
Allamah Majlisi memiliki kehidupan yang sangat diberkati. Pada usia 73 tahun, ia menulis lebih dari seratus buku dalam bahasa Persia dan Arab, salah satunya adalah Bihar al-Anwar, yang telah diterbitkan dalam seratus sepuluh jilid. Di antara tulisan-tulisan Allamah, 49 buku dan risalah telah ditulis dalam bahasa Persia dengan tujuan untuk mempromosikan ilmu-ilmu agama di antara orang-orang biasa. Meskipun praktik ini sudah dimulai beberapa waktu sebelum Allamah Majlisi, namun karya-karya Majlisi menjadi lebih terkenal dan disambut oleh banyak penutur bahasa Persia, sehingga di sebagian besar rumah-rumah berbahasa Persia terdapat satu atau lebih buku karya Allamah Majlisi.
Di antara karya penting Allamah Majlisi yang dutujukan untuk penggunaan masyarakat umum berbahasa Persia adalah Hayah al-Qulub tentang sejarah para nabi, Jala'u al-Uyun tenatang kehidupan para maksumin as, Hilyah al-Mutaqiin tentang adab dan tata cara kehidupan serta Haq al-Yaqin tentang akidah.