20 Jumadi al-Tsani, rumah Rasulullah Saw dan Khadijah as tengah menunggu kelahiran putri tercinta mereka yang nantinya diberi nama Fatimah Zahra, penghulu wanita surga.
Di hari kelahiran Sayidah Fatimah yang juga ditetapkan sebagai Hari Ibu di Republik Islam Iran, kami dikesempatan kali ini selain membahas wanita suci ini, juga akan menjelaskan peran ibu dan metode pendidikan ibu paling sukses ini.
Sebelum Sayidah Fatimah lahir, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, Wahai Muhammad ! Allah Swt mengirim salam kepadamu dan memerintahkanmu untuk menjahui Khadijah selama 40 hari !
Kemudian Rasulullah melaksanakan perintah tersebut dan menghabiskan siang dengan berpuasa dan malam dengan ibadah. Setelah 40 hari, Jibril turun dan berkata, Allah Swt mengirim salam kepadamu dan berfirman, bersiaplah menerima hadiah dan kehormatan-Ku ! Ketika itu, Malaikat Mikail membawa buah surgawi. Rasulullah kemudian memakannya dan meminum air serta berhubungan dengan Khadijah malam itu, dan Fatimah lahir dari proses tersebut.
Ketika Khadijah menikah dengan Rasulullah Saw, perempuan Quraisy meninggalkannya dan menolak mendatanginya atau berinteraksi dengannya. Bahkan mereka tidak mengucapkan salam kepadanya dan mencegah yang lainnya berkomunikasi dengannya serta bertanya mengenai kondisinya.
Saat Khadijah mengandung Sayidah Fatimah, hanya janin tersebut yang berkomunikasi dengan ibunya dan menghiburnya. Khadijah menyembunyikan rahasia ini, bahkan ia tidak memberi tahu suaminya. Suatu hari ketika Rasulullah tiba di rumah dan mendengar dialog ibu dan anak tersebut. Rasul kemudian bertanya, Wahai Khadijah ! Kamu sedang berbicara dengan siapa ? Khadijah menjawab, janin ini berbicara denganku dan teman ketika aku kesepian.
Rasul kemudian berkata, Wahai Khadijah ! Jibril memberi kabar gembira kepada bahwa janin ini anak perempuan dan ia akan memiliki keturunan yang suci dan diberkahi, serta Allah Swt akan melanjutkan keturunanku melaluinya dan darinya para Imam Maksum terlahir dan setelah terputusnya kenabian serta wahyu, mereka akan melanjutkan risalahku.
Khadijah saat itu hanya ditemani oleh anak yang berada di kandungannya dan ini yang menghiburnya hingga saat kelahiran. Ketika akan melahirkan ia meminta bantuan perempuan Quraisy, tapi mereka menolaknya. Kemudian Allah Swt mengirim empat wanita surgawi untuk membantu wanita beriman ini. Sarah istri Nabi Ibrahim as, Asiyah istri Firaun, Maryam putri Imran dan Kultsum putri Musa bin Imran mendatangi Khadijah atas perintah Allah Swt dan membantu proses kelahiran Sayidah Fatimah as. Dengan demikian, Fatimah lahir dalam kondisi suci, dan namanya adalah nama terindah karena dipilih langsung oleh Allah Swt.
Kehidupan Ahlul Bait as merupakan petunjuk yang jelas bagi mereka yang ingin meraih kehidupan terbaik di dunia dan akhirat. Di ziarah Jamiah Kabirah yang di dalamnya kita mengirim salam kepada seluruh Imam Maksum as, ada jumlah yang menyebutkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan seorang hamba tergantung pada ketaatan dan ketidaktaatan kepada imam maksum. Jumlah tersebut berbunyi مَن أتاکُم نَجی وَ مَن لَمْ یَاْتِکُمْ هَلَک (Barang siapa yang datang kepadamu akan selamat dan mereka yang tidak datang akan celaka). Di ziarah Asyura juga disebutkan bahwa kita memohon kepada Allah supaya kehidupan dan kematian kita sesuai dengan pola hidup Ahlul Bait as, «اللهُمَّ اجْعَلْ مَحْیایَ مَحْیا مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَمَماتی مَماتَ مُحَمَّد وَآل مُحَمَّد.
Di antara Imam Maksum as, kehidupan penuh berkah Sayida Fatima Zahra bak mentari bagi wanita muslim dan mengenal kehidupan wanita suci ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Di masyarakat modern saat ini, ketika sistem kapitalis Barat melalui serangan budayanya berusaha menyajikan teladan rusak dan tak manusiawi kepada perempuan dan gadis muslim, mengkaji berbagai dimensi kehidupan Sayidah Fatimah akan mampu menjadi teladan praktis yang tepat bagi umat Muslim.
Tak diragukan lagi kehidupan individu dan sosial Sayidah Zahra menjadi pelajaran penting bagi semua orang. Selain itu, peran beliau di keluarga sebagai istri dan seorang ibu sangat berpengaruh. Mengingat hari kelahiran Sayidah Fatimah ditetapkan sebagai Hari Ibu di Republik Islam Iran, kini kami akan mengkaji peran Sayidah Fatimah sebagai seorang ibu serta berbagai dimensi kasih sayang seorang ibu yang dimilikinya.
Mengingat peran ibu adalah rububiyah dan Tuhan juga Rabb, maka peran ibu adalah pancaran peran Tuhan. Hati penuh kasih dan lembut ibu merupakan manifestasi rahmat dan kasih sayang Tuhan; Seakan-akan Tuhan meletakkan setetes dari lautan kasih sayang dan kecintaan di hati ibu.
Al-Quran di Surat al-Baqarah ayat 223 menyebut perempuan sebagai ladang kemanusiaan dan berkata, نِسَاؤُکُمْ حَرْثٌ لَکُمْ فَأْتُوا حَرْثَکُمْ أَنَّى شِئْتُمْ (Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu...). Oleh karena itu, rahim ibu adalah tempat mendidik generasi dan anak di perut ibu, janin menerima inti dari sifat dan karakteristik ibu, ayah dan kakek. Seperti air, tanah, cahaya, panas dan penyakit berdampak langsung pada benih tanaman, begitu juga sifat dan karakteristik ibu, ayah dan kakek juga berpengaruh pada janin (bayi).
Ibu adalah posisi sangat penting, karena ia yang membentuk manusia dan ia juga bertanggung jawab atas peran pendidik manusia yang suci dan benar serta tokoh-tokoh besar dan bijak. Warisan, pendidikan dan lingkungan adalah tiga pilar utama dalam membentuk kepribadian manusia, dan harus diketahui di bidang pendidikan bahwa anak memiliki besar terhadap ibu dan ayahnya, khususnya ibu dalam hal ini memainkan peran lebih besar. Karena para ibu pada umumnya lebih dekat dengan anak-anak karena keberadaannya yang lebih banyak di rumah.
Sayidah Zahra menjadi teladan dalam mendidik anak dan ia melaksanankan tanggung jawabnya sebagai ibu dengan baik. Ia menyerahkan anak-anaknya seperti Imam Hasan, Imam Husein, Zainab Kubra dan Umu Kultsum ke masyarakat di mana setiap anak-anaknya tersebut merupakan teladan dan contoh dari manusia-manusia yang pandai, sadar, berani, mukmin, pejuang dan memiliki nilai-nilai tertinggi kemanusiaan.
Sayidah Zahra menekankan hal ini bahwa anak-anak sedari kecil dikenalkan dengan kewajiban dan mengajari mereka untuk berhubungan dengan Tuhan serta menabur benih-benih kecintaan dan hubungan dengan sang pencipta, sehingga anak-anak tersebut tidak akan merasa terbebani ketika melakukan kewajiban, tapi mereka akan mengerjakannya dengan penuh minat dan kesenangan.
Dengan demikian, putri Rasulullah Saw ini bahkan membiasakan anak-anaknya untuk shalat malam. Yang pasti beliau memahami dengan benar metode pendidikan dan tidak memaksa anak-anaknya serta mengajak mereka melakukannya sesuai dengan kemampuannya. Misalnya Sayidah Fatimah di malam ke-23 bulan suci Ramadhan mengajak anak-anaknya untuk tidak tidur di malam penuh berkah tersebut dan di siang harinya ia meminta anak-anaknya untuk tidur cukup sehingga mereka istirahat dengan cukup, memberinya makan lebih sedikit sehingga badan dan mental akan lebih siap untuk begadang di malam penuh berkah tersebut.
Sayidah Zahra di berbagai dimensi pendidikan merupakan teladan sempurna seorang ibu. Beliau menembus jauh ke dalam jiwa anak-anaknya dan memperkuat landasan moral, pendidikan, dan kemanusiaan mereka.
Sayidah Zahra dalam mendidik anak-anaknya bertindak dengan baik sehingga anak-anaknya selain meraih kesempurnaan dan mencarinya, juga penuh kasih sayang kepada yang lain dan tetap mempertahankan etika saling menghormati di keluarga. Dengan demikian, Imam Husein as sangat menghormati kakaknya. Imam Husein juga tidak akan berbicara ketika ada kakaknya, Imam Hasan as, dan sangat mencintai adiknya, Zainab Kubra. Selain itu, kecintaan Sayidah Zainab kepada kakaknya, Imam Husein as juga sangat besar.
Di antara metode lain pendidikan Sayidah Fatimah adalah sifat pemurahnya. Di depan mata anak-anaknya, ia membantu orang lain, sedangkan dirinya menahan lapar, tapi rela memberi makan yang tengah kelaparan. Sayidah rela menghadiahkan kalungnya kepada orang miskin dan dari uang tersebut, ia membeli kain dan membuat pakaian yang layak bagi mereka. Bahkan Sayidah Fatimah dalam doanya mendahulukan orang lain dari dirinya sendiri, seperti yang dinukil Imam Hasan as, ketika berkata, "Suatu malam aku melihat ibuku yang beribadah hingga subuh, dan senantiasa mendoakan orang muknin dan orang lain, tapi tidak untuk dirinya sendiri. Saat aku bertanya mengenai alasannya, ibuku berkata, pertama para tetangga, baru kemudian diri kita sendiri."
Metode pendidikan wanita besar Islam ini membuat anak-anaknya menjadi orang sukses, berpengaruh, kuat menghadapi kesulitan, bertauhid, pejuang dan memiliki kerja sama tinggi dengan masyarakatnya. Apa yang ditampilkan oleh Sayidah Fatimah, wanita dunia dan penghulu perempuan alam semesta, di kehidupannya menunjukkan keutamaan dan maqam tinggi beliau. Sekali lagi kami ucapkan selamat atas kelahiran putri tercinta Rasulullah Saw dan Sayidah Khadijah as.