Majma al-Taqrib dan Impian Persatuan Mazhab Islam

Rate this item
(0 votes)
Majma al-Taqrib dan Impian Persatuan Mazhab Islam

Salah satu karakteristik umat Islam di al-Quran adalah persatuan Islam. Agami Ilahi ini menetapkan prinsip persaudaraan Islam sebagai dasar setiap interaksi antar umat Muslim.

Persatuan di prinsip ideologi muslimin seperti ideologi tauhid, kenabian, maad (hari akhir), shalat, puasa, satu kiblat dan kitab suci serta berbagai prinsip lain serta sunnah Nabi dalam menyeru persatuan dan rekomendasi untuk menghindari perdebatan serta friksi dengan saudara sesama agama, termasuk peluang yang dapat mereduksi perpecahan dan friksi antar negara Islam serta mempererat persatuan dan solidaritas.


Sampai saat ini ulama dan cendikiawan berusaha keras untuk merealisasikan tujuan ini, namun salah satu gerakan paling penting selama tiga dekade terakhir adalah pembentukan Forum Internasional Pendekatan Antar-Mazhab (Majma Taghrib bainal Mazahib) yang diusulkan oleh Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.

Forum yang dibentuk pada 19 Mehr 1369 Hs (11 Oktober 1990) adalah sebuah lembaga Islam berbasis rakyat, keilmuan, budaya, internasional dan beranggotakan individu serta tokoh independen serta non pemerintah. Forum ini dibentuk untuk mendekatkan para pengikut mazhab Islam. 11 Oktober merupakan peringatan pembentukan forum ini.

Impian dan harapan tokoh dan ulama dunia Islam adalah mendekatkan mazhab-mazhab Islam serta mempersatukan barisan umat Islam. Taghrib atau pendekatan sejatinya sebuah gerakan yang dirintis oleh ulama dari berbagai mazhab Islam dan tujuannya adalah mendekatkan para pengikut Syiah dan Ahlu Sunnah serta menghapus friksi di antara mereka dan mempersatukan mereka untuk mematahkan konspirasi musuh Islam.

Sepanjang sejarah, banyak upaya telah dilakukan untuk merealisasikan pendekatan ini, namun mengingat upaya pemimpin dan sultan di jalan ini penuh dengan tujuan dan ambisi politik, maka upaya tersebut gagal terealisasi. Misalnya Nader Shah Afshar, meski tengah terjadi perang antara Iran dan Ottoman serta serangan pasukan Ottoman ke perbatasan Iran, ia mengusulkan ulama senior Syiah dan mufti Ottoman, Abdullah Suwaidi membentuk majelis diskusi di Baghdad, namun lagkah ini gagal karena sabotase dan prasangka buruk mufti Ottoman.

Di abad 14 Hijriah, Sayid Jamaluddin Asadabadi juga menggulirkan isu persatuan Islam di Majalah Urwatul Wutsqa. Sayid Jamal meyakini pentingnya interaksi yang telah dirancang antara seluruh bagian dan anggota masyarakat Islam dan menyatakan umat Islam harus tunduk pada pemerintahan yang al-Quran menjadi landasannya.

Sayid Jamal mengatakan, "Saya tidak mengatakan satu orang menguasai seluruh negara Islam, karena hal ini sangat sulit. Tapi saya berharap penguasa seluruh bangsa Muslim hanya al-Quran dan agama menjadi faktor pemersatu di antara mereka. Dengan persatuan ini, setiap raja dan penguasa di negaranya dapat berusaha untuk menjaga hak negara Islam lainnya, karena kehidupannya bergantung pada kehidupan yang lain dan kelanggengannya bergantung pada kelanggengan bangsa Muslim lainnya." Tapi dengan ditutupnya Majalah Urwatul Wutsqa, isu persatuan umat Islam untuk beberapa waktu menjadi senyap.

Setelah majalah Urawatul Wutsqa ditutup, Mohammad Abduh, rekan Mesir Sayid Jamaluddin Asadabadi di majalah ini pegi ke Beirut dan melakui kerja sama dengan tokoh seperti Abu Turab Sawiji, pembantu Sayid Jamaluddin dan Mirza Mohammad Baqir Bawatani (penerjemah Inggris majalah Urwatul Wutsqa), membentuk forum pertama pendekatan antar mazhab. Selanjutnya tokoh-tokoh dari Iran, Ottoman, Inggris dan India bergabung dengan forum ini. Tapi usia forum ini relatif pendek.

Selanjutnya tahun 1938, Mohammad Taqi Qommi dari Iran berimigrasi ke Mesir dan membentuk Dar al Taqrib Bain al-Mazahib al-Islamiyah di Kairo. Ini tercatat sebagai langkah terpenting pendekatan keilmuan. Sementara itu, perang dunia kedua mempengaruhi jalannya gerakan ini dan Qommi akhirnya keluar dari Mesir. Tahun 1956, Qommi kembali ke Mesir dan memulai aktivitasnya. Forumnya ini kemudian menjadi tempat berkumpulnya ulama dan cendikiawan Syiah dan Sunni. Sementara itu Ayatullah Hossein Boroujerdi, salah satu marji Syiah mendukung tujuan forum tersebut dan hubungan bersahabat serta surat menyurat Ayatullah Boroujerdi dan Shaltut berujung pada perilisan fatwa terkenal Shaltut yang mengakui secara resmi mazhab Syiah.

Sheikh Shaltut
Sheikh Shaltut, salah satu ulama Sunni menyebut salah satu masalah terpenting dalam pembentukan persatuan adalah meraih sisi kolektif dan persamaan yang diyakini oleh setiap mazhab. Ia menyebutkan poin persamaan ini adalah al-Quran. Terkait hal ini, Sheikh Shaltut mengatakan, Islam menyeru umatnya bersatu dan menyatakan Hablullah (Tali Allah) di mana semua muslim harus berpegang teguh dengannya.
 

Sheikh Shaltut di kesempatan lain menyebut Kitabullah (al-Quran) dan sunnah Nabi sebagai titik persamaan seluruh mazhab. Ia memisahkan antara friksi ilmiah di forum ulama dan fanatisme buta yang ada di antara masyarakat awam. Terkait hal ini ia mengatakan, "Perbedaan pendapat sebuah keniscayaan sosial dan hal alami yang tidak dapat dihindari. Namun ini berbeda dengan perbedaan dan friksi yang mengarah ke fanatisme mazhab dan kejumudan pemikian. Fanatisme memutus akar persatuan muslim dan menumbuhkan permusuhan serta kedengkian di hati. Tapi perbedaan yang didorong oleh studi dan riset dengan menghormati pendapat dan pemikiran orang lain adalah terpuji dan diterima."

Menurut pendapat Shaltut pembahasan ilmiah dan teknis untuk menghapus perbedaan dan fanatisme akibat kelalaian selama bertahun-tahun serta kebodohan dan konspirasi telah dimulai, oleh karena itu, ulama dan seluruh lapisan masyarakat Islam selain harus menjaga identitasnya juga harus mengesampingkan fanatisme keliru demi cita-cita besar Umat Islam yang Bersatu.

Sebagai kelanjutan dari ideologi ini, pasca kemenangan Revolusi Islam Iran (22 Bahman 1357 Hs) dan terbentuknya Republik Islam Iran, mulai ada perhatian khusus tentang persatuan dan pendekatan muslim dan mencegah segala bentuk perpecahan. Ayatullah Khomeini, pendiri Republik Islam Iran menyatakan persatuan Islam sebagai slogan strategis yang muncul dari kedalaman keyakinan Islam.

Ayatullah Khomeini menyebut pendekatan antar mazhab dan persatuan umat islam sebagai faktor kehormatan umat Muslim dan di kondisi saat ini, bapak Republik Islam Iran ini menilainya sebagai kewajiban umat Islam sesuai dengan instruksi dan ajaran al-Quran.

Rahbar Ayatullah Khamenei
Sementara itu, pengganti Imam Khomeini, Ayatullah Khamanei juga menekankan persatuan umat Islam. Menurut perspektif Rahbar, maksud dari persatuan di sini bukannya kita menjadikan Syiah menjadi Sunni, atau Sunni menjadi Syiah, tapi maksud dari persatuan ini adalah seluruh umat Islam merasa menjadi bagian dari umat yang satu dan tidak terpisah.

Muslim harus merasa bahwa keyakinan, prinsip fiqih, tanggung jawab, kewajiban dan hak mereka sama. Oleh karena itu, seluruh umat Muslim harus bangkit sebagai umat yang satu melawan berbagai kesulitan dan kendala umat Islam. Terkait hal ini, tahun 1990, atas inisiatif dan prakarsa Rahbar dibentuklah Forum Internasional Pendekatan Antar Mazhab. Forum ini bertanggung jawab atas upaya pendekatan di dunia Islam dan setiap tahun digelar kongres persatuan dengan melibatkan para cendikiawan dan ulama Islam di Iran atau negara Islam lainnya.

Majma al-Taqrib (Forum Pendekatan) menilai peradaban baru Islam, menghidupkan umat Islam yang satu dan meraih saham yang tepat di lingkaran kekuasaan dan sistem global sebagai cita-cita bersama seluruh bangsa Muslim. Dan dalam hal ini, forum ini meyakini akan nasib bersama dan tak terpisahkan mazhab Islam dan persatuan muslim merupakan solusi tunggal untuk menjaga umat Islam serta meraih cita-cita bersama.

Majma al-Taqrib untuk merealisasikan cita-cita ini mulai membentuk berbagai aliansi dan organisasi bersama, media pendekatan, kinerja bersama untuk menangani isu-isu kolektif dan berbagai langkah lainnya yang efektif untuk menggalang persatuan. Forum ini fokus terhadap kepentingan bersama, bersandar pada kesamaan yang ada dan menerima perbedaan antar mazhab serta menilainya sebagai peluang untuk pendekatan antar mazhab. Sementara untuk interaksi antar pengikut mazhab Islam, forum ini berusaha meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, menyebarkan penghormatan kepada mazhab lain, toleransi, persaudaraan (ukhuwah), saling membantu dan menghapus kendala pendekatan di antara mereka.

Majma al-Taqrib sebagai lembaga spesialisasi pendekatan terpenting, melakukan misi Ilahinya berdasarkan ajaran al-Quran, sunnah dan itrah nabawi, pemikiran ulama dan cendikiawan Islam serta kebijaksanaan kolektif anggota forum dan komitmen terhadap prinsip moral Islam. Di jalan ini, Majma al-Taqrib siap bekerja sama dengan lembaga dan yayasan taqrib lainnya, hauzah ilmiah atau pesantren, universitas islam di berbagai negara.

Misi Majma al-Taqrib adalah meningkatkan level pengetahuan dan kesadaran, memperdalam dan saling memahami antara pengikut mazhab Islam serta memperkokoh mazhab Islam dan penghormatan timbal balik serta memperkuat persaudaraan di antara umat Islam tanpa ada perbedaan dari sisi etnis, kelompok atau bangsa mereka demi mencapai umat yang satu.

Majma ini di awal aktivitasnya menggulirkan teori pendekatan dan melalui kerja sama dengan lembaga riset dan studi di bawah naungannya, mulai menyusun teori. Selanjutnya Majma memasuki tahap kedua dari aktivitasnya yakni tahap wacana pendekatan. Di tahap ini, Majma al-Taqrib mulai menyebarkan wacana pendekatan antar mazhab di tingkat dunia Islam dan dengan bantuan lembaga di bawahnya dan melalui banyak upaya, akhirnya berhasil menjadikan wacana persatuan dan pendekatan mazhab menjadi wacana yang marak di dunia Islam.

Di tahap ketiga, dengan membentuk lembaga dan berbagai yayasan serta memanfaatkan kapasitas dan kemampuan yang ada di sektor sosial, budaya, ekonomi dan politik, Majma al-Taqrib berusaha memperluas misi pendekatannya di seluruh level.

Majma al-Taqrib kini dengan membentuk berbagai organisasi seperti persatuan muslimah dunia, persatuan ulama muqawama sedunia, persatuan teknologi dan sains sedunia, persatuan akademisi dan budayawan sedunia, persatuan partai muqawama sedunia dan persatuan pedagang sedunia, aktif mensukseskan misinya.

Majma ini seraya menekankan bahwa tiadk ada teladan tunggal bagi seluruh negara Islam dan di berbagai negara lain, kondisi geografi, sejarah dan sosial khusus negara tersebut menjadi penentu, berusaha menarik perhatian negara-negara Islam ke prinsip bersama yang dimili8ki semua umat Muslim yang bisa menjadi faktor persatuan mereka.

Mungkin saja saat ini karena konspirasi kubu arogan dan negara reaksioner di dunia Islam, persatuan Islam terbayang-bayangi dan gerakannya sedikit lambat, namun secara pasti gerakan ini tidak musnah, karena al-Quran, hadis dan iman terhadap ajaran Islam merupakan landasan utama gerakan ini. Kami berharap konspirasi ini akan musnah dan persatuan di dunia Islam setiap hari semakin luas.

Read 1672 times