Syeikh Tabarsi

Rate this item
(0 votes)
Syeikh Tabarsi

 

Abu Ali Fadhl ibn Hassan Tabresi atau Syeikh Tabarsi (468-548 Hijriah Qamariah) adalah salah satu ulama besar Syiah, dan mufasir Al Quran abad ke-5 dan ke-6 Hq. Syeikh Tabarsi menulis sejumlah kitab tafsir Al Quran, dan yang paling terkenal adalah Majma Al Bayan.

Syeikh Tabarsi lahir pada tahun 468 Hq, dan ayah beliau memberinya nama Fadhl. Allamah Majlesi meyakini kata Tabresi merupakan pelafalan kata bahasa Farsi, Tafresh dalam bahasa Arab, oleh karena itu Syeikh Tabarsi berasal dari Tafresh, salah satu daerah yang masih bagian dari kota Qom.
 
Keluarga Syeikh Tabarsi merupakan keluarga terkenal di kalangan Syiah. Ayah beliau Hassan bin Fadhl adalah ulama di masanya, dan putra beliau Radhi Ad Din Tabarsi bersinar seperti mentari di langit ilmu pengetahuan, kezuhudan, dan ketakwaan. Radhi Ad Din adalah murid ayahnya, dan penulis banyak kitab salah satunya Makarim Al Akhlaq.
 
Syeikh Tabarsi atau Fadhl bin Hassan menghabiskan masa kanak-kanak, dan pelajaran dasarnya di lingkungan Makam Suci Imam Ridha as, setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan belajar ilmu-ilmu Islam, dan mengikuti kelas para ulama besar.
 
Syeikh Tabarsi dikenal luar biasa dalam sastra Arab, qiraat, tafsir Al Quran, hadis, fikih dan ushul, juga kalam, ia bahkan sampai ke derajat ahli di masing-masing bidang ilmu tersebut. Meski di masa itu di sekolah-sekolah tidak lazim diajarkan ilmu berhitung, matematika, dan yang lainnya, namun Syeikh Tabarsi mempelajarinya dan menjadi pakar matematika.
 
Ulama-ulama besar dan para penulis riwayat hidup menyebut Syeikh Tabarsi sebagai seorang mujtahid dan fakih besar. Dengan bantuan lebih dari 500 ayat Al Quran tentang hukum ibadah, dan muamalah, Syeikh Tabarsi membahas tema-tema fikih di kitab-kitab tafsirnya. Dia pertama menjelaskan pendapat berbagai mazhab Islam, kemudian menyampaikan pendapatnya sebagai fatwa dari sudut pandang Syiah. Kebanyakan ahli fikih atau fakih besar Syiah memuji pandangan-pandangannya.
 
Syeikh Tabarsi tinggal selama sekitar 54 tahun di kota suci Mashhad, kemudian pindah ke Sabzevar pada tahun 523 Hq atas undangan tokoh-tokoh besar kota itu. Pasalnya di Sabzevar fasilitas untuk mengajar, menulis dan menyebarkan luaskan agama, tersedia lengkap baginya. 
 
Hal yang pertama dilakukan Syeikh Tabarsi di Sabzevar adalah menerima tanggung jawab mengurus Madrasah Darvazeh Iraq, yang kelak berubah menjadi sebuah Hauzah Ilmiah besar dan penting, di bawah kepemimpinannya. Kekayaan budaya, dan ilmu pengetahuan tempat ini menarik banyak pelajar dari tempat-tempat jauh di Iran. Para pelajar agama atau Talabeh muda dengan kecintaannya untuk mencapai kesempurnaan, dan melayani agama, menuntut ilmu di madrasah itu, seperti ilmu fikih dan tafsir dari Syeikh Tabarsi.
  
25 tahun di Sabzevar adalah masa terbaik Syeikh Tabarsi dalam mendidik para pelajar agama, menulis buku dan meneliti. Ia mencetak murid-murid cemerlang di Sabzevar, salah satunya adalah putranya sendiri Radhi Ad Din Tabarsi penulis kitab Makarim Al Akhlaq, Ibn Shahr Ashoub Mazandarani penulis kitab Maalim Al Ulama, Syeikh Muntajab Al Din penulis kitab Fehrest, Qutb Al Din Ravandi, dan Sadzan bin Jibril Qomi.
 
Karya Syeikh Tabarsi yang paling terkenal adalah tafsir Majma Al Bayan. Allamah Amini dalam kitab Syuhada Al Fadhilah, terkait kedudukan  keilmuan Syeikh Tabarsi menulis, Amin Al Islam atau yang dikenal dengan Syeikh Tabarsi adalah pemegang panji ilmu dan ayat hidayah. Dia adalah pemuka agama dan pemimpin mazhab Syiah paling terkemuka. Tafsir Majma Al Bayan cukup untuk menggambarkan lautan keutamaan dan kedalaman ilmu Syeikh Tabarsi. Kitab tafsir yang memancarkan cahaya hakikat, dan sinar ilmu serta wahyu Ilahi, sebuah kitab yang memenuhi kebutuhan ilmu semua orang.
 
“Saya menyingsingkan lengan baju dengan tekad kuat, saya bangkit dan berpikir, sangat dalam berpikir dan di hadapan saya ada sejumlah tafsir yang berbeda, dan saya memohon bantuan kepada Tuhan, lalu mulai menulis sebuah kitab yang hasilnya padat, rapih dan tersusun dengan tertib, kitab ini memuat berbagai bidang ilmu tafsir, dan mutiara-mutiara, baik itu ilmu qiraat, sastra Arab, dan lughat, kerumitan serta kebenaran akidah termasuk ushul dan furu, ilmu akal dan naql, dibuat seimbang, ringkas, lebih tinggi dari singkat, lebih rendah dari rinci, pasalnya pemikiran-pemikiran kontemporer sangat berat, dan tidak mampu bertanding di lomba-lomba besar, karena ulama hanya tinggal nama, dan ilmu hanya tinggal sisa-sisanya.”
 
Syeikh Tabarsi menulis kitab tafsirnya Majma Al Bayan dalam waktu tujuh tahun, dengan mengutip kitab tafsir Al Tibyan milik Syeikh Thusi, dan menjelaskan masing-masing teknik Al Quran secara terpisah dalam susunan yang tertib dan rapih. Keteraturan unik ini menyebabkan para ilmuwan Syiah dan Sunni, menganggap kitab tafsir Syeikh Tabarsi lebih unggul dari kitab-kitab tafsir lain dan memujinya.
 
Majma Al Bayan ditulis dalam 10 jilid kitab, dan dicetak dalam lima jilid. Kitab ini dimulai dengan mukadimah penting, dan menjelaskan tujuh teknik terkait jumlah ayat Al Quran, dan manfaat mengenalnya, mencatumkan nama-nama qari terkenal, dan pendapat mereka, definisi tafsir, tawil dan maani, nama-nama Al Quran dan artinya, pembahasan tentang Ulumul Quran dan masalah-masalah terkait, dan kitab-kitab yang ditulis seputar itu, hadis-hadis terkenal terkait keutamaan Al Quran dan pemilliknya, penjelasan yang penting bagi para qari (seperti membaca Al Quran dengan indah).
 
Di salah satu bagian kitabnya, Syeikh Tabarsi berusaha menjelaskan makna ayat, dan memberikan penjelasan lebih dalam, pada sebuah pembahasan yang dinamai Fasl. Tema-tema semacam takwa, hidayah, tobat, dan syaratnya, ikhlas, nama Nabi Muhammad Saw, dan akhirnya ringkasan dari nasihat dan hikmah Lukman Hakim, contoh dari Fasl ini. Begitu juga hadis dan riwayat dalam jumlah yang banyak ditulis dalam kitab ini yang jumlahnya lebih dari 1.300 hadis.
 
Imam Al Mufasirin, Amin Al Islam Tabarsi meninggal dunia setelah hidup kurang lebih 80 tahun pada 9 Dzulhijjah 548 Hq. di malam Idul Adha di kota Sabzevar. Beberapa penulis Islam, menyebut Syeikh Tabarsi sebagai syahid, dan mereka mengatakan ia meninggal karena diracun. Di sisi lain ada yang menganggap Syeikh Tabarsi meninggal dibunuh sekelompok penyerang. Jenazah beliau dibawa dari Sabzevar ke Mashhad, dan dikebumikan di dekat Makam Suci Imam Ridha as.

Read 1112 times