Hak-Hak Perempuan dalam Prespektif Syia

Rate this item
(0 votes)

Perempuan sepanjang sejarah menjadi salah satu pilar paling penting bagi berdirinya tonggak keluarga dan juga masyarakat. Namun lembaran sejarah menunjukkan kepada kita bahwa perempuan acapkali menjadi korban, mereka mengalami berbagai tekanan dan penderitaan bertubi-tubi. Hingga kini, kita menemukan realitas pahit yang menyesakkan dada tentang kondisi perempuan di era modern. Kini, perempuan menjadi komoditas industri, di saat kaum feminis dengan lantang menyuarakan kesetaraan gender.

Seiring perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat, perempuan masih belum mendapatkan hak-hak perempuan di berbagai bidang. Tampaknya banyak faktor yang menyebabkan demikian. Secara umum terdapat dua faktor yaitu faktor natural dan faktor sosial. Namun ada juga yang meyakini faktor budaya sebagai pemicunya.

Dewasa ini kondisi budaya dan sosial merupakan faktor penting yang mempengaruhi masalah perempuan. Bila dikaji lebih jauh, terdapat berbagai teori mengenai hak-hak perempuan yang terkadang saling bertentangan. Misalnya, Feminisme memiliki pandangan ekstrim tentang hak-hak perempuan. Kaum Feminis menyuarakan isu kesetaraan gender. Untuk mewujudkannya itu, mereka menuntut perubahan struktur masyarakat. Perubahan struktural tersebut melabrak seluruh ketentuan agama, dan norma-norma budaya dan sosial masyarakat. Tanpa mengindahkan karakteristik khusus yang dimiliki perempuan dan laki-laki, Feminisme menyerukan persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.

Tampaknya, terdapat perbedaan pendapat di antara para ilmuwan. Sebagian pemikir Feminis berpendapat bahwa tidak ada perbedaan apapun antara lelaki dan perempuan selain perbedaan biologis. Menurut mereka, kejiwaan dan perilaku lelaki dan perempuan terbentuk berdasarkan lingkungan dan tak ada kaitannya dengan masalah biologis.

Sebaliknya, kebanyakan psikolog menyatakan adanya perbedaan mendasar dalam kejiwaan lelaki dan perempuan. Profesor Rick, seorang psikolog Amerika berkata: "Dunia lelaki dan dunia perempuan secara total benar-benar berbeda. Lelaki dengan karakteristik fisik dan psikologisnya berbeda dengan perempuan dalam merespon dan menyikapi berbagai peristiwa dalam kehidupan. Lelaki dan perempuan berdasarkan tuntutan gendernya tidak berprilaku sama. Tepatnya mereka seperti dua bintang yang berputar di dua jalur yang berbeda. Ya, mereka dapat saling mengerti dan memahami satu sama lain. Namun mereka jelas tidak sama.

Al-Quran memiliki prinsip tersendiri mengenai struktur sosial masyarakat. Secara natural, laki-laki dan perempuan memiliki persamaan dan juga perbedaan. Secara substansial, dari sisi tujuan penciptaan pada dasarnya perempuan dan laki-laki itu sama yaitu untuk beribadah kepada Allah swt. Dalam Islam diakui bahwa lelaki dan perempuan memiliki satu hakikat yang sama dan tidak ada berbedaan antara keduanya.

Perbedaan fisik dan lainnya pada lelaki dan perempuan bukan perbedaan esensial. Al-Qur'an menyatakan bahwa tujuan diciptakannya manusia baik lelaki maupun perempuan adalah beribadah kepada-Nya. Ia berfirman: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Al-Dzaariyaat [51]:56)

Dalam pandangan al-Quran, peran perempuan di ranah sosial dan ekonomi harus sesuai dengan fitrah penciptaanya. Islam memandang perempuan sebagaimana laki-laki memiliki kedudukan istimewa di tengah masyarakat. Agama ilahi ini tidak pernah melarang perempuan menjalankan aktivitas sosial.

Al-Quran menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama sebagaimana dijelaskan dalam surat at-taubah ayat 71, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Ayat ini menjelaskan bahwa perempuan juga memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Dengan demikian, perempuan pun memiliki tanggung jawab di bidang amr maruf dan nahi munkar.

Sejarah menunjukkan bahwa Rasulullah Saw juga menerima baiat dari perempuan. Fakta ini menunjukkan bahwa kaum muslimah sejak dahulu kala memainkan peran penting di tengah masyarakat. Pada hari Ghadir, ketika Rasulullah Saw menjadikan Imam Ali sebagai walinya, para sahabat termasuk kaum perempuan juga berbaiat kepada Imam Ali.

Lembaran sejarah juga menunjukkan peran signifikan perempuan di ranah sosial politik sejak hijrah dari Mekah ke Madinah. Bersama Rasulullah Saw mereka berjuang membela agama Islam. Dalam sejarah ada tokoh-tokoh Muslimah sahabat Rasulullah yang rela mengorbankan nyawanya demi tegaknya agama Islam seperti Summayah.

Sejarah Islam juga dengan terang benderang menjelaskan kehidupan wanita paling mulia di dunia, yaitu Sayidah Fatimah as. Kehidupannya merupakan model terbaik bagi kaum wanita. Selain menjalankan peran terbaiknya dalam keluarga, pendidikan anak-anaknya dan ibadah, Sayidah Fatimah juga menyampaikan kebenaran secara berani dalam khutbahnya yang sangat terkenal.(IRIB Indonesia)

Read 2647 times