وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ (36) وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ (37)
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (43: 36)
Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (43: 37)
Di pembahasan sebelumnya kita telah mengkaji bersama tentang mereka yang menjadikan hal-hal materi sebagai tolok ukur segala sesuatu dan mengejar kekayaan dan kemegahan duniawi, sementara orang mukmin sejati senantiasa berpikir tentang akhirat dan hatinya tidak terikat pada hal-hal duniawi.
Ayat ini menyatakan, di antara dampak merusak tenggelam dalam kemewahan materi dan sangat bergantung pada hal-hal duniawi adalah keterasingan manusia dengan Tuhan dan lalai terhadap-Nya. Akibat kelalaian ini, setan akan menguasainya dan membawanya ke manapun yang disukai setan. Ini adalah hasil alami dari melupakan Tuhan.
Dengan kata lain, hati manusia ditempati Tuhan atau setan. Melupakan Tuhan dan cinta duniawi serta tercemar beragam dosa membuat manusia dikuasai setan. Di kondisi seperti ini, setan menjadi teman manusia dan tidak ada tempat bagi Tuhan di hati manusia. Setan dan pemikiran setan dari sisi manapun menguasai manusia seperti ini dan mencegah mereka meniti jalan Ilahi.
Kapan pun orang-orang seperti ini ingin kembali ke jalan kebenaran, setan lansung menghalanginya dan mereka tidak mampu kembali ke jalan yang lurus. Setan menghiasai kesesatan di mata manusia seperti ini dan membuat mata serta telinga mereka buta dan tuli atas kebenaran. Orang seperti ini menyangka perbuatannya telah benar dan mereka telah mendapat petunjuk. Orang ini menilai orang lain keliru. Wajar jika perbuatan manusia sampai pada tahap ini, mereka tidak melihat kesalahan dirinya, sehingga berusaha untuk memperbaikinya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Siapa pun yang berpaling dari Tuhan, meski ia seorang muslim yang bukan ahli shalat dan membaca al-Quran, sejatinya telah melupakan Tuhan dan membuka peluang bagi setan untuk menguasai dirinya.
2. Hati manusia bukan tempat yang kosong, itu adalah tempat Tuhan atau setan. Jika bukan Tuhan, maka yang menempatinya pasti setan.
3. Yang lebih buruk dari melakukan kesalahan adalah manusia yang tidak melihat kesalahan dirinya sendiri dan menganggap telah menempuh jalan yang benar.
حَتَّى إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ (38) وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ (39)
Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada kami (di hari kiamat) dia berkata, “Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia).” (43: 38)
(Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu. (43: 39)
Ayat ini mengisyaratkan nasib orang yang melalaikan Tuhan dan menyatakan, lalai terhadap Tuhan ini terus berlanjut sehingga manusia meninggal dan dibangkitkan di Hari Kiamat. Di sana mata kebenaran dibuka baginya, ia menyadari bahwa betapa setan telah menyesatkannya dan ia berharap andaikata ia menolak menjadi teman setan di dunia serta tidak menjadi sahabatnya. Ia berkata, andaikata antara diriku dan kamu (setan) terpisah seperti timur dan barat! Kamu adalah seburuk-buruknya teman! Kamu memperindah keburukan dan menunjukkan jalan sesat kepadaku serta mencegahku berjalan di jalan yang lurus.
Jelas harapan mereka untuk berpisah dari setan untuk selamanya berubah menjadi rasa putus asa dan penyesalan tidak ada gunanya. Nasib orang ini seperti setan, yakni mendapat azab di neraka dan mereka di sana juga menjadi teman sependeritaan seperti mereka menjadi teman di dunia. Benar Kiamat adalah cerminan dunia dan teman di dunia juga teman di akhirat.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di dunia kita harus waspada dalam memilih teman, sehingga kita tidak menyesal kelak di Hari Kiamat.
2. Neraka bagi manusia dan setan dan ahli neraka serumah dengan setan.
3. Kezaliman bukan hanya kepada orang lain. Lalai terhadap Tuhan merupakan kezaliman terbesar pada diri sendiri, karena menyeret manusia pada kesesatan dan membawanya ke neraka di akhirat.
أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ وَمَنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (40) فَإِمَّا نَذْهَبَنَّ بِكَ فَإِنَّا مِنْهُمْ مُنْتَقِمُونَ (41) أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِمْ مُقْتَدِرُونَ (42)
Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar atau (dapatkah) kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata? (43: 40)
Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum kamu mencapai kemenangan) maka sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat). (43: 41)
Atau Kami memperlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Maka sesungguhnya Kami berkuasa atas mereka. (43: 42)
Ayat ini berbicara kepada Rasulullah Saw dan mengatakan, mereka yang menolak menyaksikan dan mendengar kebenaran, meski mata dan telinga zahir mereka sehat, namun mata dan telinga batinnya tertutup. Oleh karena itu, ucapannya tidak sampai ke telinga mereka atau menunjukkan kebenaran kepada mereka serta kamu tidak dapat menyelamatkan mereka dari kesesatan dan memberinya petunjuk.
Ada perbedaan antara mereka yang berpura-pura tidur dan orang yang benar-benar tiduk. Yang pertama tidak akan menunjukkan respon meski kamu memanggilnya, namun yang kedua akan bangun dengan beberapa panggilan.
Sebagian manusia yang sangat tenggelam dalam dosa, bahkan mereka benci saat mendengar naba Tuhan dan nabi-Nya. Mereka kebingungan saat menghadapi ajaran agama dan hal maknawi. Wajar jika orang seperti ini tidak menyisakan bagi dirinya jalan kembali dan petunjuk. Bahkan jika penyeru tersebut adalah para nabi yang memiliki metode terbaik dan tindakannya menjadi bukti terbaik kejujurannya.
Penentangan dan penolakan tehadap kebenaran seperti ini hanya menciptakan kemurkaan Tuhan di dunia dan akhirat, baik di zaman kehidupan Rasulullah atau setelah beliau meninggal. Bagaimana pun juga mereka tidak punya jalan untuk melarikan diri. Karena Tuhan menguasai dunia dan tidak ada yang dapat membebaskan diri dari kekuatan tak terbatas diri-Nya.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jika tidak ada persiapan untuk menerima kebenaran, bahkan ucapan manusia paling suci, yakni para Nabi, juga tidak akan efektif.
2. Jika manusia dikuasai setan, hati dan ruhnya buta serta tuli dari mendengar dan melihat kebenaran.
3. Orang musyrik jangan mengira bahwa selama nabi hidup mereka tidak akan diazab, atau jika rasul meninggal, maka azab dihapus.