کمالوندی

کمالوندی

 

Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia sejak merdeka hingga kini senantiasa mendukung perjuangan bangsa Palestina. Apalagi saat ini posisinya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB bisa lebih kuat memberikan dukungannya terhadap Palestina di kancah internasional.

Masalah ini dicermati pengamat Timur Tengah, Dina Sulaeman yang menilai pemerintah Indonesia telah berperan besar dalam membela Palestina, terutama dengan posisinya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

"Yang paling penting dilakukan oleh Indonesia saat ini adalah menyuarakan kembali isu Palestina di PBB. Karena, selama beberapa tahun terakhir, terutama tujuh atau delapan tahun terakhir, sejak maraknya aksi-aksi terorisme dan munculnya ISIS, dunia Islam dan dunia internasional secara umum lebih perduli pada isu-isu tersebut, isu terorisme atas nama agama. Jadi Palestina cenderung terpinggirkan. (Contohnya) kita melihat aksi bombardir beberapa kali Israel terhadap Gaza tidak banyak mendapatkan perhatian dari masyarakat internasional," ujar Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES) dalam wawancara dengan jurnalis IRIB Indonesia.

Posisi Indonesia di PBB juga diharapkan bisa terus mendorong publik internasional melakukan tekanan terhadap Israel dan pendukungnya, terutama AS, supaya menghentikan kejahatan terhadap Palestina.

Menurut Dina, Indonesia saat ini sudah melakukan berbagai langkah konkret untuk membantu Palestina antara lain memberikan berbagai bantuan yang memang dibutuhkan di Gaza, terutama infrastruktur, dan penguatan kapasitas sumber daya manusia, selain dukungan finansial yang terus berlanjut hingga kini yang dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia.

Peneliti senior sebuah lembaga riset yang berbasis di Bandung ini menyerukan dukungan luas masyarakat dunia terhadap perjuangan Palestina.

"Hampir setiap hari terjadi pembunuhan, perampasan tanah atau penangkapan, termasuk terhadap anak-anak Palestina. Tapi relatif sedikit sekali yang diangkat oleh media, dan yang diangkatpun responnya tidak banyak," tegas Dina.  

Ketika ditanya mengenai peran AS dalam masalah Palestina, terutama dengan prakarsa "Kesepakatan abad", penulis buku Prahara Suriah ini menilai Washington tidak bisa dijadikan sebagai mediator adil yang bisa memberikan usulan mengenai konflik di Palestina, karena AS sendiri bagian dari masalah.

Posisi AS, jelas Dina, sejak awal adalah membela kepentingan Israel dan AS jelas-jelas membela kepentingan Israel, karena mereka itu doktrinnya adalah kepentingan Israel adalah kepentingan AS juga.

"Masalah ini ditegaskan oleh Wakil Presiden AS yang menyatakan bahwa kepentingan Israel adalah kepentingan AS, perjuangan Israel adalah perjuangan AS, tujuan Israel adalah tujuan AS," ungkap penulis buku "Obama Revealed, Realitas di Balik Pencitraan".


Oleh karena itu, tutur Dina, apapun proposal yang disampaikan AS menjadi proposal sepihak yang tidak mengedepankan keadilan dan seluruhnya dibuat demi kepentingan Israel.    

Suara perjuangan Palestina, meskipun mengalami pasang surut tetap bergema ke seluruh penjuru dunia yang tidak bisa dilepaskan dari kiprah Imam Khomeini. Pada 7 Agustus 1979, Bapak Pendiri Republik Islam Iran ini mencanangkan Jumat terakhir bulan suci Ramadhan sebagai "Hari Quds Sedunia".

"Di hari al-Quds, orang-orang berdemonstrasi yang dilakukan di berbagai negara dunia, bukan hanya di negara-negara Islam tapi di negara-negara Barat sebagaimana seruan yang disampaikan Imam Khomeini dahulu," tegas Dina.

Direktur lembaga riset ICMES menilai inti dari demonstrasi adalah bersuara; menyuarakan pembelaan, menyuarakan solidaritas, juga menyuarakan kecaman terhadap penjajahan dan kepada pelaku kezaliman.

"Inilah yang memang penting sekali dilakukan hari ini dan ini sebuah gerakan yang sangat penting yang perlu terus dilakukan oleh seluruh umat manusia yang berhati nurani, apapun bangsa dan agamanya karena kejahatan yang dilakukan Israel terhadap Palestina adalah kejahatan kemanusiaan,"pungkasnya.

Dosen hubungan internasional Universitas Padjadjaran Bandung ini memandang perjuangan bangsa Palestina sebagai tempat berkaca bagi orang Indonesia tentang perjuangan menghadapi penjajahan, sekaligus bentuk empati dan solidaritas terhadap kezaliman yang menimpa mereka.

"Kita sebagai bangsa Indonesia juga sudah diberi amanat oleh UUD 1945 bahwa kita harus berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia dan menghapuskan penjajahan dari muka tinggi," papar ibu dua anak ini.

"Jadi kita sebagai bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab moral yang tinggi untuk membantu Palestina," pungkas penulis yang menekuni isu-isu Timur Tengah kepada IRIB Indonesia. 

Ali Larijani kembali terpilih sebagai ketua parlemen Republik Islam Iran untuk periode keempat.

Seperti dilaporkan IRNA, Ali Larijani Ahad (26/05) terpilih kembali sebagai ketua parlemen ke 11 dengan 155 suara mendukung.

Mohammad Reza Aref pemilihan ini mendapat 105 suara, Mohammad Javad Abtahi 9 suara dan 5 suara dinyatakan tidak sah.

Voting ini diambil dari total 274 anggota parlemen yang hadir hari ini.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Sayid Abbas Mousavi menegaskan bahwa tidak ada dialog atau negosiasi dalam bentuk apa pun antara Tehran dan Washington.

Hal itu disampaikan Mousavi untuk menolak laporan media mengenai dimulainya negosiasi antara Republik Islam Iran dan Amerika Serikat.

"Semua laporan seperti itu adalah keliru," tegasnya pada hari Minggu (26/5/2019).

Sebelumnya, sejumlah media mengutip pernyataan wakil menteri luar negeri Kuwait yang mengklaim bahwa negosiasi antara Iran dan AS telah dimulai.

Menanggapi pemberitaan itu, jubir Kemlu Iran menekankan bahwa tidak ada pembicaraan langsung atau tidak langsung antara Tehran dan Washington.

Pada Mei 25 2019, Wamenlu Kuwait mengklaim bahwa kunjungan baru-baru ini Menlu Oman ke Iran dan kontak langsung antara Muscat dan Washington mengisyaratkan adanya kegiatan diplomatik untuk mengurangi ketegangan di kawasan. 

 

Sekilas acara duka mengenang kesyahidan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as di Huseiniyah Imam Khomeini ra, Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.

Acara pada Sabtu siang, 25 Mei 2019 itu dihadiri oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan berbagai lapisan masyarakat kota Tehran.

Dalam acara yang berlansung usai shalat Dzuhur berjamaah yang diimami oleh Ayatullah Khamenei ini, Haj Reza Taheri membacakan maktam dan syair duka.

Menurut catatan sejarah, menjelang shalat Subuh 19 Ramadhan 40 H, sesudah sahur di rumah putri bungsunya, Ummu Kultsum, Imam Ali as shalat di mihrabnya di Masjid Kufah (Irak sekarang).

Saat sujud, kepala beliau dihantam pedang Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi hingga retak. Darah membanjiri wajah dan janggutnya.

Beliau tidak mengaduh, atau mengeluh, namun justru berkata, "Fuztu Wa Rabb-al Ka'bah! (Beruntunglah daku, Demi Tuhan Pemilik Ka'bah)."

Sang Putra Ka'bah itu kemudian gugur syahid pada tanggal 21 Ramadhan 40 H. Inna lillahi wa inna ilaihi Raaji'uun. 

 

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan sikap Tehran didasarkan pada pendekatan untuk mengejar perdamaian, stabilitas, dan kemajuan bagi semua negara.

"Pesan dan preferensi kami cukup jelas. Kami tertarik pada kehidupan yang makmur dan damai. Ini adalah pilihan Republik Islam Iran, tetapi perdamaian dan kemakmuran harus disediakan untuk semua," kata Zarif kepada IRNA di akhir kunjungannya ke Irak, Minggu (26/5/2019).

Menlu Iran tiba di Baghdad, ibu kota Irak pada hari Sabtu untuk mengadakan pertemuan dan dialog dengan para pejabat senior negara ini tentang perkembangan terbaru dunia dan kawasan serta pembicaraan bilateral.

Kunjungan ketiga Zarif ke Irak menyusul ketegangan di kawasan akibat langkah-langkah militer Amerika Serikat.

Zarif mengatakan pesan Iran untuk semua negara Eropa dan mitra-mitra ekonomi lainnya adalah bahwa jika mereka tidak menentang penindasan AS, dan jika kepentingan Iran tidak diamankan, maka semua pihak akan menanggung beban besar.

Dia menambahkan, Irak –sebagai negara sahabat Iran– aktif di kawasan dan ini merupakan perkembangan positif bagi Tehran,

Menurutnya, ancaman yang disebabkan oleh "terorisme ekonomi dan perang" AS dibahas pada pertemuan dengan para pejabat Irak.

Menlu Iran menuturkan, satu-satunya solusi untuk kebuntuan saat ini adalah bahwa AS menghentikan tindakan permusuhannya terhadap Iran.

"AS harus mengakhiri situasi ini, dan seluruh dunia harus sadar bahwa jika mereka ingin menikmati perdamaian, mereka harus memastikan bahwa rakyat Iran mendapat manfaat di bawah kesepakatan nuklir," pungkasnya.

 

Wakil Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran untuk Urusan Politik Sayid Abbas Araqchi menyatakan kesiapan Tehran untuk mengadakan pembicaraan dengan semua negara di pesisir Teluk Persia.

"Baru saja mengunjungi Oman, akan pergi ke Kuwait dan Qatar berikutnya: Tidak ada pembicaraan langsung atau tidak langsung dengan Amerika Serikat, tetapi siap untuk bernegosiasi dengan masing-masing negara di Teluk Persia untuk hubungan yang seimbang dan konstruktif berdasarkan rasa saling menghormati dan kepentingan," tulis Araqchi di akun Twitter, Minggu (26/5/2019).

Wamenlu Iran untuk Urusan Politik tiba di Oman pada hari Minggu, yang merupakan kunjungan pertama regionalnya.

Araghchi dijadwalkan untuk mengunjungi Kuwait dan Qatar sebagai kelanjutan dari pembicaraan intensif Iran dengan negara-negara tetangga.

Dia dijadwalkan untuk membahas perkembangan internasional, terutama yang ada di Teluk Persia dalam beberapa hari terakhir. 

 

Puluhan ribu warga Republik Islam Iran di berbagai kota negara ini, termasuk di Hamedan, Zahedan dan Aran dan Bidgol mengikuti acara duka mengenang kesyahidan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.

Minggu malam, 26 Mei 2019 bertepatan dengan malam ke-21 Ramadhan yang diyakini sebagai salah satu malam Lailatul Qadar.  Banyak riwayat menyebutkan bahwa malam ke-19, 21 dan 23 adalah malam-malam Lailatul Qadar.

Malam ke-21 tersebut juga merupakan malam kesyahidan Imam Ali as. Puluhan ribu warga Iran mengikuti acara duka atas kesyahidan beliau dan acara doa bersama di malam ke-21 Ramadhan.

Di Aran dan Bidgol di Provinsi Isfahan, mereka berkumpul di Haram Hilal ibn Ali, salah satu putra Imam Ali as.

Menurut catatan sejarah, menjelang shalat Subuh 19 Ramadhan 40 H, sesudah sahur di rumah putri bungsunya, Ummu Kultsum, Imam Ali as shalat di mihrabnya di Masjid Kufah (Irak sekarang).

Saat sujud, kepala beliau dihantam pedang Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi hingga retak. Darah membanjiri wajah dan janggutnya. Beliau tidak mengaduh, atau mengeluh, namun justru berkata, "Fuztu Wa Rabb-al Ka'bah! (Beruntunglah daku, Demi Tuhan Pemilik Ka'bah)." Sang Putra Ka'bah ini kemudian gugur syahid pada tanggal 21 Ramadhan 40 H.

Pada malam-malam Lailatul Qadar, masyarakat di Republik Islam Iran; tua dan muda berbondong-bondong bersama keluarga ke masjid, huseiniyah, surau dan mushalla untuk menghidupkan malam-malam Lailatul Qadar.

Mereka datang dengan penuh antusias demi memperoleh rahmat dan pengampunan Allah Swt di bulan ini. Mereka membaca al-Quran dan doa-doa terutama doa Jaushan Kabir hingga menjelang sahur.


Dalam pengajaran Islam, malam ini merupakan kesempatan besar bagi umat Islam selama bulan puasa Ramadhan untuk mendedikasikan banyak waktu mereka untuk berdoa dan fokus pada aspek spiritual kehidupan.

Menurut banyak riwayat, Lailatul Qadar tidak hanya khusus terjadi pada zaman Nabi Muhammad Saw saja, tetapi berkelanjutan dan terjadi setiap tahun di bulan Ramadhan. Malam itu menyediakan kesempatan kepada kaum Muslim untuk menerima limpahan rahmat dan karunia Allah Swt.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw bersabda, "Bulan Ramadhan adalah bulan Tuhan dan bulan di mana Dia menambah kebaikan di dalamnya dan membersihkan dosa-dosa, dan ia adalah bulan yang berkah."

Imam Jakfar Shadiq as juga berkata, "Permulaan tahun (perhitungan amal-perbuatan) terjadi pada malam Lailatul Qadar. Ketetapan untuk satu tahun ke depan ditulis pada malam itu."

Malam Lailatul Qadar menjadi begitu istimewa bagi para aulia dan orang-orang Mukmin yang fokus mencari kebahagiaan hakiki. Di antara keistimewaan malam ini adalah malam diturunkannya al-Quran, malam turunnya para malaikat, penentuan nasib manusia, malam yang lebih baik dari seribu bulan, pahala perbuatan baik akan dilipatgandakan, dan malam yang penuh berkah sampai terbit fajar.

Untuk itu, Rasulullah Saw dan Ahlul Bait menganjurkan kaum Muslim untuk menghidupkan malam-malam tersebut dengan beribadah, bermunajat, dan memohon ampunan. Kita tidak dibenarkan untuk melewatkan momen berharga ini dengan tidur atau melupakan ibadah.

Dalam riwayat disebutkan, Rasulullah Saw pada malam ke-23 Ramadhan membangunkan anggota keluarganya dan memercikkan air di wajah mereka agar terjaga dan tidak kehilangan malam Lailatul Qadar.

Putri Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah az-Zahra as juga meminta seluruh anggota keluarganya untuk tidur siang dan mengurangi makan di malam hari sehingga mereka tidak ngantuk pada malam ke-23, dan berkata, "Manusia yang kehilangan ialah orang yang tidak memperoleh kebaikan dan keutamaan malam ini."

Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan terbaik untuk memohon ampunan dari Allah Swt dan membebaskan diri dari dosa. Dia menjadikan malam tersebut sebagai momen untuk mengampuni hamba-Nya. Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa menghidupkan malam Lailatul Qadar, beriman, dan meyakini hari pembalasan, maka seluruh dosanya akan terampuni."

Untuk memperoleh pengampunan dan takdir yang baik, kaum Muslim harus menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan kegiatan-kegiatan ibadah seperti, mendirikan shalat, membaca al-Quran, bermunajat, dan beristighfar.

Malam Lailatul Qadar juga merupakan kesempatan untuk membangunkan kembali hati yang lalai. Tanda hati yang lalai adalah telinga seseorang mendengar dan melihat kebenaran, tetapi ia bersikap seakan-akan tidak mendengar atau melihat kebenaran itu. Kebenaran dan kebatilan sama di matanya dan ia telah menutup jalan hidayah untuk dirinya.


Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun." (QS: Al-Anfal ayat 22)

Dalam banyak hadis, orang-orang yang tidak memiliki kehidupan spiritual disebut sebagai orang yang telah mati dari kehidupannya (Mayyitu al-Ahya) dan mereka-lah orang-orang yang mati sesungguhnya.

Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, "Sesungguhnya orang yang benar-benar mati adalah orang yang telah mati dari kehidupannya di mana ia makan, tidur, berjalan, melahirkan keturunan, dan memiliki kehidupan seperti binatang, tetapi tidak memiliki kehidupan insani yaitu kehilangan akal, hati, dan perasaannya. Oleh karena itu, ia tidak memiliki kekuatan untuk memahami hakikat akal dan hati."

Salah satu kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya adalah memberikan jalan kepada mereka untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati. Berdasarkan ajaran Islam, manusia dapat menghidupkan kembali hatinya dengan taubat dan istighfar, doa dan munajat kepada Allah, dan melakukan perbuatan baik.

Allah Swt menghadiahkan malam Lailatul Qadar kepada manusia yang memiliki nilai setara dengan seribu bulan. Dengan kata lain, nilai sebuah perbuatan saleh pada malam itu setara dengan nilai melakukan perbuatan saleh dalam seribu bulan.

Oleh sebab itu, malam Lailatul Qadar merupakan kesempatan terbaik untuk menghidupkan hati yang telah mati. Melewatkan malam-malam mulia ini akan menjadi sebuah kerugian yang besar bagi orang-orang, yang mencari kebahagiaan hakiki. 

Perdana menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe meminta masyarakat internasional untuk mencabut travel warning ke negara ini.

IRNA Ahad (26/05) melaporkan, Ranil Wickremesinghe dalam pertemuannya dengan sejumlah duta besar negara asing di Kolombo mengatakan, "Mengingat bahwa Sri Lanka telah melakukan langkah-langkah persiapan keamanan tingkat tinggi, alangka baiknya travel warning ke negara ini dicabut."

Serangan bom teror di Kolombo, Sri Lanka
Perdana menteri Sri Lanka menambahkan, travel warning ke Sri Lanka sangat mempengaruhi industri pariwisata negara ini.

Pasca insiden ledakan bom teror di Sri Lanka, sejumlah negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris dan India memberi travel warning kepada warganya yang ingin bepergian ke Sri Lanka.

Di insiden ledakan bom teror pada 21 April 2019 di sejumlah gereja dan hotel Kolombo, 253 orang tewas dan sekitar 500 lainnya terluka. Kelompok teroris Daesh (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

 

Selama bentrokan antara militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf di selatan negara ini, delapan orang dilaporkan tewas dan 14 lainnya luka-luka.

IRIB melaporkan, tentara Filipina Ahad (26/05) mengumumkan, menyusul serangan 30 anggota milisi Abu Sayyaf terhadap militer di Provinsi Sulu, kepulauan Mindanao, delapan orang tewas termasuk dua anak-anak dan 14 lainnya terluka.

Enam anggota Abu Sayyaf juga termasuk di antara korban tewas.

Kelompok milisi Abu Sayyaf sekutu Daesh di Asia Tenggara, khususnya di selatan Filipina dan melakukan aksi-aksi teror.

Senin, 27 Mei 2019 13:14

El-Sisi Dukung Dewan Militer Sudan

 

Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi dilaporkan mendukung Dewan Militer Sudan yang dibentuk setelah kudeta militer di negara ini.

FNA melaporkan, Abdel Fattah El-Sisi dan Abdel Fattah al-Burhan, ketua Dewan Militer Sudan di pertemuan mereka di Kairo membicarakan kerja sama bilateral.

Di pertemuan ini, presiden Mesir menyatakan kesiapan negaranya membantu Dewan Militer Sudan untuk melewati fase saat ini.

El-Sisi dan al-Burhan juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama perbatasan dan penumpasan kelompok yang dinilai kedua pihak sebagai teroris.

Ini merupakan kunjungan luar negeri pertama Abdel Fattah al-Burhan sejak menjabat sebagai ketua Dewan Transisi Militer Sudan yang dibentuk setelah kudeta 11 April lalu.

Arab Saudi dan Mesir mendukung berkuasanya militer di Sudan dan Libya.

Di Libya Jend. Khalifa Haftar, komandan Tentara Nasional Libya (LNA) sejak 4 April lalu menyerang Tripoli.

Kunjungan al-Burhan ke Mesir digelar ketika Mohammad Hamdan, wakilnya sejak Kamis lalu bertolak ke Arab Saudi dan berunding dengan Pangeran Mohammad bin Salman, putra mahkota Saudi.

Dukungan Mesir dan Arab Saudi kepada Dewan Militer Sudan dilakukan ketika protes negara ini yang menuntut proses transisi cepat kekuasaan kepada sipil terus berlanjut. (