Ayat ke 132-133
Artinya:
Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. (3: 132)
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (3: 133)
Menyusul ayat-ayat sebelumnya yang berkisar tentang perang Uhud dan begitu pula tentang tema makan riba, ayat ini telah menganjurkan Muslimin kepada dua perkara. Pertama, mengikuti secara mutlak segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Tunduk pada perintah keduanya merupakan syarat rahmat dan pertolongan ilahi. Sebab kegagalan Muslimin di Uhud adalah menentang perintah Nabi.
Anjuran kedua, berlomba melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan menyampaikan kebaikan kepada orang lain yang menyebakan terampuninya dosa dan masuk surga ilahi.
Perkara yang menyebabkan kekalahan Muslimin di Uhud adalah bersegera mengumpulkan rampasan perang dan melakukan riba. Namun al-Quran menyeru Mukminin agar bersegera memperoleh rahmat dan ampunan ilahi yang menyiapkan lahan bagi masuk ke surga di akhirat. Tapi syarat masuk ke surga adalah takwa.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang mendapat rahmat ilahi, adalah orang yang menyantuni yang lemah dan memberi hutang tanpa riba.
2. Seorang mukmin tidak boleh stagnan, melainkan harus selalu bergerak maju dalam perbuatan baik.
Ayat ke 134
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (3: 134)
Menyusul ayat sebelumnya, mengajak Mukminin kepada ampunan ilahi, ayat ini menjelaskan wasilah-wasilah maghfirah. Sekalipun sifat memaafkan kesalahan orang dan menghindari dengki dan kemarahan adalah kekhususan orang-orang yang takwa, namun Allah Swt menyebut perilaku ikhlas memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan sebagai faktor diturunkannya ampunan ilahi.
Bayangkan bila kewajiban hanya untuk orang-orang kaya. Padahal mencari harta tanpa takwa akan menambah sifat tamak dan kikir. Oleh karenanya, ayat al-Quran menyebutkan bahwa bukan hanya orang kaya saja yang bisa berinfak, tapi juga orang miskin. Orang mukmin baik kaya maupun miskin adalah suka berbuat baik dan berinfak.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Infak memerlukan kedermawanan bukan kekayaan dan banyak sekali orang kaya yang bakhil dan betapa banyak orang miskin yang dermawan.
2. Orang yang bertakwa, tidak mengucilkan diri melainkan aktif dalam masyarakat dan bergaul dengan masyarakat dengan harta dan akhlaknya.
3. Orang yang ingin dicintai Tuhan, harus menginfakkan harta dan mengosongkan jiwanya dari dengki dan marah.
Ayat ke 135
Artinya:
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (3: 135)
Sebagian orang berfikir bahwa mukmin adalah orang yang tidak berdosa. Padahal ayat ini menyebut orang-orang bertakwa mungkin saja melakukan perbuatan buruk. Siapa saja yang berlaku buruk telah menzalimi dirinya. Namun perbedaan orang mukmin yang berlaku buruk pada dua hal; pertama mereka tidak melakukan terus perbuatan dosa. Kedua, ketika menyadari perbuatan dosanya, ia segera meninggalkannya dan bertaubat kepada Allah. Karena mereka tahu Allah suka memaafkan orang yang bertaubat dan melakukan dosa akibat tidak sadar dan digoda setan.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kelaziman takwa, adalah bukan terpelihara dari dosa melainkan taubat dari dosa dan tidak terus menerus berbuat dosa.
2. Lebih bahaya dari dosa adalah melupakan keburukan dosa. Jika dosa sudah tidak tampak buruk di hadapan manusia, maka dia tidak terpikir untuk bertaubat.
3. Dosa merupakan kezaliman paling besar terhadap ruh ilahi yang telah ditiupkan oleh Tuhan dalam wujud manusia.
Ayat ke 136
Artinya:
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (3: 136)
Ayat 133 menganjurkan Mukminin agar berlomba memperoleh ampunan dan surga ilahi, sementara ayat 134 dan 135 menjelaskan sebab-sebabnya adalah infak, ihsan, ampunan dan pemberian kepada lainnya dan taubat dari dosa.
Ayat ke 137-138
Artinya:
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (3: 137)
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (3: 138)
Salah satu metode al-Quran untuk memberi petunjuk jalan dan membimbing manusia adalah mengajak manusia memperhatikan sejarah kaum terdahulu. Dunia tidaklah terbatas pada masa kontemporer. Sebelum kita banyak sekali manusia yang hidup di dunia ini dan meninggal dunia. Pengenalan sejarah dan akibat perbuatan mereka merupakan pelajaran terbaik bagi kita yang hidup dewasa ini. Karena dunia bagi kita yang hidup dewasa ini dikelola berdasarkan Sunnah dan undang-undang tetap ilahi. Untuk mengenali tradisi ini, kita harus mengetahui sejarah umat manusia terdahulu.
Oleh karenanya, al-Quran mengajak kita melakukan perjalanan di bumi dan mengkaji sejarah orang-orang terdahulu sehingga dengan teliti kita mempelajari kesudahan orang-orang yang baik dan buruk dan jangan sampai kita mengulangi kesalahan-kesalahan orang-orang terdahulu.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Membaca sejarah dan kesan-kesan yang tersisa dari peradaban masa silam sangat ditekankan oleh Islam dengan syarat disertai dengan perenungan.
2. Faktor-faktor kemuliaan atau penghinaan di sepanjang sejarah adalah sama dan pengenalan faktor-faktor itu penting sekali buat kehidupan dewasa ini.
3. Meskipun al-Quran diturunkan untuk memberi petunjuk namun, hanya orang-orang bersih saja yang menerima dan diberi petunjuk.
Ayat ke 139
Artinya:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (3: 139)
Setelah kekalahan bala tentara Islam dalam perang Uhud, Muslimin telah kehilangan semangat dan mengalami keputusasaan. Ayat ini menghibur jangan sampai karena kekalahan, itupun dikarenakan tidak mentaati pemimpin, kalian menjadikan diri kalian putus asa. Kalian harus menguatkan iman. Karena kemenangan berada di tangan kalian. Dalam ayat sebelumnya perhatian kepada sunnah-sunnah ilahi telah dikemukakan dalam sejarah kaum terdahulu. Ayat ini menyinggung salah satu dari sunnah yang disaksikan oleh Muslimin dengan mata mereka sendiri.
Ia berkata, "Faktor terpenting kemulaan dan kehormatan suatu bangsa, adalah iman kepada Allah dan taat kepada para utusan ilahi. Karena menentang perintahnya dan Rasulnya, akan menyebabkan kejatuhan dan kehinaan dan kalian menyaksikan sunnah ilahi ini dalam perang Uhud."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Tuhan, bukan hanya faktor kemuliaan pada hari kiamat, melainkan di dunia menyebabkan kemenangan.
2. Kekalahan tidak sepatutnya menyebabkan mundur dan lemah melainkan harus dijadikan pelajaran untuk langkah dan berikutnya. (IRIB Indonesia)