لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (25)
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (57: 25)
Ayat ini berkaitan dengan masalah kenabian dan membimbing orang menuju kebahagiaan dan mengatakan, Sepanjang sejarah, para nabi ilahi diutus dengan kitab dan mukjizat sehingga orang dapat membedakan jalan yang benar dari jalan yang salah. Perlakukan satu sama lain berdasarkan keadilan dan hindari kekejaman dan perambahan hak masing-masing.
Wajar jika beberapa orang melanggar batas ketuhanan dan mengambil jalan penindasan dan pelanggaran. Untuk menghadapinya, Anda membutuhkan kekuatan dan alat yang tepat. Salah satu unsur alam yang selalu berperan sangat efektif dalam pembuatan alat yang dibutuhkan umat manusia adalah besi, yang tanpanya bahkan hingga hari ini, roda semua pabrik dan industri di dunia akan gagal.
Di masa lalu, pedang, perisai, dan tombak digunakan untuk menghadapi mereka yang mencari dominasi dan penindas, dan di zaman sekarang, senjata, meriam, dan tank adalah alat untuk ini. Jelaslah bahwa melawan penindas membutuhkan adanya pasukan beriman dan mujahidin yang siap mengorbankan nyawanya demi kebenaran dan membela agama samawi dan pengikutnya.
Dari satu ayat ini kita dapat memetik tiga pelajaran berharga sebagai berikut:
1. Para nabi tidak memaksa manusia untuk berbuat baik dan menghindari maksiat dan dosa, tetapi mereka menjelaskan kriteria dan batas-batas benar dan salah bagi mereka sehingga manusia dapat bertindak menurut kehendak mereka sendiri berdasarkan kebenaran dan keadilan.
2. Salah satu tujuan dakwah para nabi adalah menegakkan keadilan dalam masyarakat, disertai dengan pendidikan umat.
3. Implementasi keadilan dalam masyarakat membutuhkan penggunaan kekuasaan dan menindak mereka yang tidak mau menerima keadilan dalam masyarakat dan menentangnya.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (26) ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آَثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآَتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآَتَيْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (27)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik. (57: 26)
Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (57: 27)
Dalam lanjutan ayat sebelumnya, ayat-ayat ini mengatakan, Semua nabi besar Ilahi yang merupakan pemilik kitab dan hukum, dari Nuh dan Ibrahim hingga Musa dan Isa, misi mereka adalah untuk membimbing umat manusia ke jalan raya kebahagiaan, tetapi di setiap zaman dan waktu, sekelompok orang tidak menerima seruan para nabi dan tidak beriman kepada mereka.
Nabi terakhir sebelum Nabi Muhammad adalah Nabi Isa, yang membawa Injil untuk membimbing para pengikutnya dan menyebarkan cinta dan persahabatan di antara para pengikutnya. Tentu saja, untuk meraih keridaan Allah, mereka berpaling dari kesenangan duniawi. Sesuatu yang tidak dipaksakan Allah pada mereka. Sayangnya, pekerjaan mereka ini keluar dari jalan yang benar dan membawa hasil yang buruk bagi mereka yang mengisolasi diri dari masyarakat.
Dari dua ayat ini kita dapat memetik empat pelajaran berharga sebagai berikut:
1. Para nabi berusaha untuk membimbing orang dan menyampaikan pesan Ilahi kepada mereka. Diterima atau tidaknya ajakan mereka tergantung pada kehendak masyarakat. Para nabi tidak memaksa siapa pun untuk menerima kebenaran.
2. Masalah kenabian telah ada sepanjang sejarah. Tentu saja, selama belum perlu datangnya nabi baru dan turunnya kitab baru yang berdasarkan ilmu dan hikmah Ilahi.
3. Percaya pada semua nabi Ilahi dan kitab suci serta menghormati mereka adalah kewajiban orang-orang beriman.
4. Bidah dalam agama dan atas nama agama merupakan salah satu hama yang mengancam agama samawi. Bidah berkaitan dengan saat para pemeluk agama mempromosikan selera, minat, dan keinginannya atas nama agama.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآَمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (28) لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (29)
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (57: 28)
(Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikitpun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (57: 29)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya, ayat-ayat ini berbicara kepada umat Islam dan mengatakan, Raihlah iman hakiki dari iman lahiriah dan menjaga takwa ilahi sehingga Anda akan mendapat manfaat dari rahmat Allah di dunia ini dan di akhirat dan cahaya ilahi akan menerangi jalan hidup Anda. Dengan bergerak seperti ini, kesalahan Anda di masa lalu akan diampuni dan Anda akan dibimbing ke surga di masa depan.
Ayat terakhir surah ini mengatakan, Jika kalian umat Islam mengikuti ajaran Rasulullah dan Al-Qur'an, maka non-Muslim tidak akan lagi curiga bahwa merekalah satu-satunya yang mencapai kebahagiaan karena mengikuti ajaran-ajaran nabi mereka dan Anda jauh dari rahmat dan keutamaan Allah.
Dari dua ayat ini kita dapat memetik tiga pelajaran berharga sebagai berikut:
1. Harus selalu memperkuat iman kepada Allah, sehingga mendapat tempat di kedalaman wujud manusia.
2. Seorang mukmin tidak terjaga dari dosa, tetapi jika niatnya adalah untuk menghindari dosa dan datang dengan perisai takwa, Allah akan mengampuni dosa-dosanya.
3. Kita tidak boleh menilai masa depan orang lain dan apakah mereka akan masuk neraka atau surga.Kkarena rahmat dan belas kasihan Allah sangat luas dan tidak tunduk pada pengetahuan kita yang terbatas tentang tindakan dan motif orang.