Surat At-Tahrim 6-8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (66: 6)
Dalam awal ayat surat ini, direkomendasikan mengenai beberapa masalah keluarga. Ayat ini mengatakan tentang tanggung jawab seseorang terhadap anggota keluarganya,"Orang beriman tidak hanya berpikir untuk menyelamatkan diri dari api neraka, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap keluarganya dan memperingatkan agar tidak berbuat buruk dan tidak patut".
Suami dan istri bertanggung jawab satu sama lain dan terutama terhadap anak-anaknya. Hendaknya membersihkan rumah dan lingkungan keluarga dari segala pencemaran, termasuk tidak memperbolehkan benda-benda yang bersifat anti agama atau melemahkan akhlak keluarga masuk ke dalam lingkungan rumah. Hendaknya orang tua mengajak keluarga untuk beramal saleh dan mencegahnya melakukan keburukan dengan cara menyuruh berbuat baik dan memperingatkannya terhadap perbuatan buruk.
Dari sudut pandang lain, sebagaimana tanggung jawab orang tua untuk menjamin penghidupan dan gizi fisik yang sehat bagi anak-anak, pendidikan agama dan gizi intelektual yang benar dan sehat juga merupakan tanggung jawab orang tua. Wajar jika kegagalan dalam bidang ini dapat menjadi salah satu faktor penyimpangan intelektual dan praktis anak.
Mengenai api neraka, ayat ini menyatakan, bahan bakar api neraka adalah tubuh penghuni neraka yang darinya api itu timbul dan berkobar karena dosa, dan disebelahnya terdapat batu-batu yang meleleh karena panasnya neraka, seperti lahar membara yang muncul dari kawah gunung berapi.
Dari satu ayat tadi terdapat lima pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Nafsu manusia bersifat memberontak dan tamak serta menuntunnya pada hal-hal buruk, maka dalam segala situasi hendaknya berhati-hati terhadap hawa nafsu agar tidak menjebak seseorang.
2. Beriman kepada hari akhir (maad) dan neraka, memainkan peran penting dalam mengontrol manusia dan memperbaiki diri seseorang serta orang lain.
3. Langkah pertama perbaikan adalah memperbaiki diri sendiri dan keluarga, baru kemudian masyarakat.
4. Pendidikan agama untuk anak-anak adalah tugas dan tanggung jawab pemimpin keluarga.
5. Malaikat adalah pengelola sistem di dunia dan akhirat, dan mereka mengelola surga dan neraka berdasarkan perintah Ilahi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (7) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)
Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan. (66: 7)
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (66: 8)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang berbicara tentang menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, ayat ini pertama-tama ditujukan kepada orang-orang kafir dan menyatakan, "Tidak diterima udzur pada hari kiamat. Karena hari kiamat adalah tempat manifestasi perbuatan, dan perbuatan buruk yang melembaga dalam diri seseorang dan tidak dibersihkan dengan taubat dan ampunan, akan menjadi penyebab azab seseorang di neraka, sebagaimana ayat sebelumnya juga menyebutkan bahwa di neraka, api muncul dari dalam diri manusia.
Dalam lanjutan ayat tersebut, sekali lagi kembali ke dunia dan mengatakan kepada orang-orang yang beriman, solusi keselamatan manusia adalah bertaubat dan kembali dengan jujur dan ikhlas kepada Allah, agar Allah menutupi keburukannya dan mengampuninya.
Wajar jika seseorang yang bersih dari pencemaran dosa, akan terbuka jalan masuk surganya dan berada dalam bayang-bayang rahmat Tuhan. Nasehat taubat yang ditekankan dalam ayat ini sebenarnya adalah taubat yang datang dari dalam jiwa dan mengungkapkan penyesalan yang nyata dari seseorang (bukan sekedar karena akibat dosa yang tampak seperti tidak terpuji dan tercela di mata orang). Dengan kata lain, pertobatan sejati adalah ketika seseorang memutuskan untuk tidak kembali melakukan dosa itu dan tidak mengulanginya.
Lanjutan ayat tersebut mengacu pada keadaan orang-orang mukmin dan para sahabat serta pengikut Rasulullah di hari kiamat dan mengatakan: Pada hari orang-orang yang berdosa ahli neraka dihina dan dipermalukan, mereka (orang-orang mukmin) akan mendapat pujian dan kebanggaan; Cahaya keimanan terpancar dalam diri mereka, dan mereka memohon kepada Allah keabadian dan kesempurnaan cahaya itu.
Dari dua ayat tadi terdapat tujuh pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Taubat dan permintaan ampun di hari kiamat tidak berguna. Selama kita di dunia dan masih memiliki kesempatan, mari kita perbaiki masa lalu kita dengan taubat.
2. Api neraka dan azab di hari kiamat adalah buah dari amal perbuatan manusia itu sendiri.
3. Manusia harus menghindari perbuatan dosa, dan jika tergelincir atau berbuat dosa, maka secepatnya ini harus bertaubat sehingga dirinya tidak dicap berbuat dosa.
4. Orang mukmin tidak terjaga dari perbuatan dosa, dan terkadang ia berbuat dosa dan maksiat, tapi tanda-tanda keimanannya adalah menyesal dan bertaubat dari dosa.
5. Selama manusia belum bersih dan suci dari kotoran, maka ia tidak akan masuk surga, karena surga adalah tempat orang-orang yang suci dan bersih, bukan orang buruk dan berdosa.
6. Taubat dan minta ampunan, membersihkan kekelaman masa lalu manusia dan juga peluang bagi pertumbuhan dan kesempurnaan manusia.
7. Perbuatan baik manusia di dunia akan muncul dalam bentuk cahaya di hari kiamat.