Konsep Imam Mahdi as sebagai juru penyelamat adalah sebuah konsep yang sudah diterima oleh semua agama samawi, bahkan oleh semua umat manusia meskipun nama yang ditentukan untuk menyebutnya berbeda-beda. Kesepakatan konsep ini dapat kita bahas pada kesempatan yang lain.
Oleh karena itu, dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang ditafsirkan dengan keberadaan Imam Mahdi as sebagai seorang juru penyelamat. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Surah al-Qashash (28) : 5
وَ نُرِيْدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِيْنَ
“Dan Kami ingin memberikan anugrah kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka sebagai para pewaris.”
Secara lahiriah, ayat ini menggunakan kata kerja mudhâri’ dalam menjelaskan maksud Allah. Secara realita, janji-janji yang termaktub dalam ayat tersebut belum terealisasikan hingga sekarang. Dengan pemerintahan yang telah dibentuk oleh Rasulullah saw di Madinah yang berjalan kurang lebih selama sepuluh tahun, kami kira hal itu belum terwujudkan secara sempurna mengingat masih banyak pojok dunia yang belum pernah mencicipi lezatnya hukumnya Islam.
Menurut beberapa hadis, ayat ini mengindikasikan tentang Imam Mahdi as, bahwa semua janji Allah itu akan terwujud pada saat beliau turun ke bumi dan membentangkan sayap keadilan di atasnya. Dalam Nahjul Balâghah, Imam Ali as berkata:
لَتَعْطُفَنَّ الدُّنْيَا عَلَيْنَا بَعْدَ شِمَاسِهَا عَطْفَ الضَّرُوْسِ عَلَى وَلَدِهَا
“(Pada waktu itu), dunia akan menganugrahkan kelembutannya kepada kami setelah ia membangkang sebagaimana unta betina yang membangkang (baca: enggan memberi air susu kepada anaknya) menyayangi anaknya.”
Ibnu Abil Hadid berkata: “Para sahabat (baca: ulama) kita berpendapat bahwa beliau menjanjikan (kemunculan) seorang imam yang akan menguasai bumi dan menaklukkan seluruh kerajaan dunia.”
Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata: “Orang-orang tertindas di muka bumi yang termaktub di dalam al-Quran dan akan dijadikan para pewaris oleh Allah adalah kami, Ahlulbait. Allah akan membangkitkan Mahdi mereka yang akan memuliakan mereka dan menghinakan para musuh mereka.” [1]
b. Surah an-Nûr (24) : 56
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga) mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah itu, merekalah orang-orang yang fasiq.”
Secara lahiriah, kita dapat menagkap tiga janji dari ayat tersebut:
Pertama, menjadikan mereka sebagai khalifah di atas bumi ini.
Kedua, menyebarkan agama mereka (Islam) di atas bumi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dunia.
Ketiga, menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman sehingga mereka dapat menyembah Allah dengan penuh keleluasaan dan tidak menyekutukan-Nya.
Yang jelas, semua janji itu belum pernah terwujudkan hingga sekarang. Kapankah kita pernah merasakan Islam dijalankan secara sempurna? Oleh karena itu, dalam beberapa hadis Ahlulbait as, kita akan menemukan takwil dari ayat tersebut bahwa semua janji itu akan terealisasikan pada masa kemunculan Imam Mahdi as.
Dalam tafsir Majma’ al-Bayân disebutkan bahwa Imam Ali bin Husain as pernah membaca ayat tersebut. Setelah itu beliau berkata: “Demi Allah, mereka adalah para pengikut kami Ahlulbait as. Allah akan mewujudkan semua itu dengan tangan salah seorang dari kami. Ia Adalah Mahdi umat ini, dan ia adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Jika tidak tersisa dari usia dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkannya hingga seorang dari ‘Itrahku muncul. Namanya sama dengan namaku. Ia Akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.”[2] (Bersambung)
[1] Al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 63, bab ayat-ayat yang ditakwilkan dengan Imam Mahdi as.
[2] At-Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jilid 7, hal. 152.
Tanpa diragukan lagi pembahasan tentang mahdi as telah tertera di pelbagai sumber dan kitab-kitab Islami. Rasul saw sendiri yang mengajarkan hal tersebut. Imam Ali as dan para imam yang lain juga tidak ketinggalan, mereka senantiasa menyinggung pembahasan yang satu ini dan mengulang-ulangnya. Para ulama dan pemuka sekte-sekte islam sepanjang sejarah juga satu demi satu di segenap penjuru Negara Islam telah menulis dan menyusun buku yang tidak sedikit jumlahnya.
Dengan pelbagai hal tersebut apakah dapat dibayangkan topik dan pembahasan yang begitu populer dan urgen ini tidak tertera dalam kitab suci al-Quran? Jawaban tentu tidak. Pasti pembahasan semacam ini benih-benihnya telah terdapat di dalamnya.
Al-Quran sebatas singgungan atau secara gamblang telah menjelaskan peristiwa dan kejadian yang nantinya akan terjadi di akhir zaman seperti kemenangan kaum mukmin terhadap kaum non-mukmin. Ayat-ayat semacam ini, telah ditafsirkan oleh para mufasir-dengan mengacu pada riwayat dan poin-poin tafisiri-berkaitan dengan pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman.
Al-hasil para mufasir mutaakhir menghitung dan mentahqiq jumlah ayat-ayat yang berkaitan dengan beliau as, jumlah sensaionalpun mereka dapatkan yaitu sekitar 350 ayat. Tahqiq ini dilakukan oleh Yayasan Intidhare Nur. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa metode mereka dalam pencarian tersebut adalah umum mencakup ayat-ayat yang secara gamblang menjelaskan permasalahan Mahdawiyah dan yang lain, atau ayat yang para mufasir dengan suatu hal dalam tafsiran ayat tersebut membawakan riwayat atau pembahasan Mahdawiyah.
Pada kesempatan ini, kita akan membawakan 10 ayat saja yang memiliki indikasi yang jelas terhadap permasalahan Mahdawiyah.
Ayat pertama
وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( انبيا 105)
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba yang saleh”.
Imam Muhammad Baqir as bersabda:”hamba-hamba tuhan yang akan menjadi pewaris bumi-yang tersebut dalam ayat-adalah para sahabat Mahdi as yang akan muncul di akhir zaman.”
Syekh Thabarsi setelah menukil riwayat ini mengatakan: sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahlusunnah menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam baqir as di atas, hadis tersebut mengatakan ‘jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman”’. Imam Abu bakar Ahmad bin Husain Baihaqi dalam buku “al-Ba’tsu wa Nutsur” telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini [1] .
Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan: Kami telah menulis di Zabur setelah zikr … semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Zikr. Dan maksud dari bahwa dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah (Mahdi) Qaim as dan para pengikutnya [2] .
Ayat kedua
وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ (قصص 5)
Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas, dan akan Kami jadikan para pemimpin dan pewaris dunia.
Ayat ini sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali as di dalam Nahjul balagah serta sabda para imam yang lain berkaitan dengan Mahdawiyah, dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut konvoi kebenaran yang terzalimi yang akhirnya akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman. Sebagaimana Syekh Shaduq dalam kitab Amali menukil sabda Imam Ali as yang berkata:”ayat ini berkaitan dengan kita”.
Ayat Ketiga
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ (ما ئده 54)
Wahai orang-orang yang beriman barangsiapa dari kalian berpaling (murtad) dari agamanya maka Allah SWT akan memunculkan sekelompok kaum yang Dia cinta mereka dan mereka juga mencintaiNya,
Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Qaim dan para penguikutnya merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekalim tidak takut akan apapun”.
Ayat Keempat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ ( نور 56)
Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.
Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin as bahwa beliau membaca ayat tersebut setelah itu beliau bersabda:”sumpah demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi (pembimbing) umat ini. Dialah yang rasul saw bersabda tentangnya:”jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir as dan imam Ja’far Shadiq as”.
Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentan ayat ini dengan penjelasan berikut ini:”mengingat penyebarluasan agama ke seluruh penjuru dunia dan belum betul-betul global, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi”. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.
Ayat Kelima
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Zat yang yang telah mengutus rasulNya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.
Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar, disebutkan:
Rasul dalam ayt tersebut adalah baginda nabi Muhammad saw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memangkan agama (Islam)ini, atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saw pad suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun untuk menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluaerganya yang telah meninggal dunia kembali lagi dan merasakan kehidupan yang sedang mereka rasakan.
[1] Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67.
[2] Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464.