Hasan kecil sedang asik bermain. Nabi Saw memperhatikannya dengan seksama. Beliau begitu menikmati perilaku cucunya ini. Tiba-tiba beliau merasa Hasan mulai lelah. Nabi Saw memandangnya dan berkata, "Anakku! Mendekatkan kepadaku!"
 
Hasan as berjalan mendekati kakeknya. Ketika sampai, kakeknya langsung menciumnya dan mengangkatnya lalu mendudukan cucunya di atas pangkuannya. Sementara beberapa sahabat beliau menyaksikan apa yang tengah dilakukan Nabi Saw. Mereka menjadi ingin tahu apa yang akan terjadi antara kakek dan cucu tersayangnya.
 
Nabi Saw berkata kepada para sahabatnya, "Hasan adalah anak dan buah hatiku. Ia cahaya mataku dan penerang hatiku. Di Hari Kiamat, Hasan menjadi penghulu pemuda surga. Hasan merupakan bukti Allah bagi umatku. Perintahnya merupakan perintahku dan ucapannya adalah ucapanku. Barangsiapa yang mengikutinya, berarti ia berasal dariku dan siapa saja yang membangkang kepadanya, berarti bukan dariku..."
 
Ketika selesai mengucapkan itu, Nabi Saw berhenti sebentar dan tiba-tiba wajah beliau terlihat sedih. Beberapa saat berlalu, beliau kemudian melanjutkan ucapannya, "Setiap kali aku menatap wajah Hasan, kejadian akan datang yang akan terjadi padanya membuatku sedih. Ia akan dibunuh dengan zalim dan kebencian musuh. Kesedihan akibat syahadahnya sedemikian beratnya, sehingga malaikat langit dan makhluk yang ada di bumi, burung di langit dan ikan di laut menangisinya."
 
Setelah itu beliau berkata, "Mata yang menitikkan air mata atas musibah yang menimpa putraku akan dapat melihat di hari ketika mata yang ada menjadi buta. Hati yang merasakan sedih untuknya tidak akan sedih di hari ketika hati manusia semua merasakan kesedihan. Dan kaki yang menanggung kesulitan demi menziarahi kuburannya di Hari Kiamat tidak akan tergelincir di jembatan Shirat al-Mustaqim..."
 
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as.