Ali bin Abi Thalib as adalah manusia mulia dan mengagumkan. Keberaniannya tiada tandingan. Beliau sangat keras terhadap musuh, sebaliknya sangat menyayangi orang muslim serta mencintai kaum papa dan mustadhafin. Imam Ali juga sangat menyayangi anak yatim. Dengan tulus, beliau mencintai anak-anak yatim laksana anaknya sendiri.
Salah satu karakteristik terpenting Imam Ali as adalah komitmennya membentuk masyarakat yang berkeadilan. Kekhususan sifat mulia Ali ini membuat banyak orang terkagum-kagum. Bahkan ahli makrifat berharap terlahir lagi orang seperti Ali ke dunia ini. Dalam acara ini kami mengajak anda menyimak sifat mulia Ali dan komitmennya membentuk pemerintahan yang adil.
Pandangan Imam Ali terhadap pemerintahan sangat berbeda kontras dengan sikap para politisi yang haus kekuasaan. Metode politik dan pemerintahan Imam Ali berpijak pada prinsip-prinsip yang mendorong masyarakat yang mencapai kesempurnaan secara material dan spiritual. Dalam pandangan Imam Ali, kezaliman dan ketidakadilan menghalangi manusia mencapai kesempurnaan.
Mengenai urgensi keadilan, Imam Ali as berkata, keadilan adalah salah satu prinsip yang harus berdiri tegak di alam semesta. Beliau juga menuturkan, tidak ada yang menyamai keadilan, karena prinsip itulah yang menyebabkan kota-kota menjadi makmur. Menurut Imam Ali, keadilan bukan memperindah iman, tapi bagian dari prinsip keimanan sendiri.
Imam Ali memegang tampuk kekuasaan untuk mewujudkan keadilan di tengah masyarakat dan memenuhi hak mereka. Di mata Imam Ali, kinerja terpenting pemerintahan adalah menciptakan keadilan. Poros upaya hal tersebut adalah terpenuhinya hak orang-orang yang terzalimi. Dalam pemerintahan Imam Ali, keadilan bukan hanya slogan belaka, tapi sebuah program praktis yang membumi. Dengan kata lain, keadilan adalah inti politik Imam Ali.
Imam Ali mengubah sistem pemikiran dan budaya publik serta mereformasi struktur pemerintahan dan para pejabatnya dalam rangka mewujudkan keadilan di tengah masyarakat. Beliau menghidupkan kembali nilai-nilai agama dan menghilangkan jurang sosial dan diskriminasi. Untuk menghilangkan diskriminasi, Ali menerapkan persamaan di berbagai bidang. Kepada para hakim, Imam Ali berkata, "Kalian berlaku adillah dalam memutuskan sebuah perkara. Perlakukan setiap orang sama di hadapan hukum, sehingga orang-orang terdekatmu tidak rakus dan musuh kalian tidak putus asa terhadap keadilanmu."
Salah satu karakteristik Imam Ali dalam menjalankan pemerintahan adalah melayani rakyat. Ali dalam suratnya kepada para pejabat di Azerbaijan menulis, "Jangan mengira aku menyerahkan pemerintahan ini kepada kalian. Ini bukan hidangan bagi kalian, tapi sebuah amanah yang berada di pundak kalian. Di atas itu semua, kalian harus memperhatikan dan menjaga hak rakyat. Untuk itu, kalian jangan otoriter dan jangan bersikap semau sendiri terhadap rakyat."
Dalam instruksinya kepada para petugas pajak, Imam Ali berkata, "Bersikaplah adil dan penuh pertimbangan. Kalian adalah para bendahara negara, wakil rakyat dan duta pemerintahan. Sepak terjang kalian jangan sampai seperti binatang buas yang memangsa apa saja. Karena rakyat adalah manusia juga seperti kalian, tidak ada bedanya apakah ia muslim ataupun non muslim."
Kebanyakan para pemimpin dan politisi dunia seringkali tidak pernah mengindahkan prinsip-prinsip moral dalam mengendalikan urusan pemerintahan. Mereka menggunakan segala cara dengan berbohong, menipu maupun cara lainnya untuk mencapai tujuan. Namun sebaliknya Imam Ali sangat memperhatikan prinsip moral dalam urusan pemerintahannya. Beliau tidak pernah melepaskan prinsip-prinsip moral itu. Imam Ali tidak pernah berpikir untuk melakukan penyelewengan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Beliau bersikap jujur dan menjauhi segala bentuk penipuan terhadap masyarakat awam.
Sikap terpuji Imam Ali lainnya adalah hidup sederhana dan tawadhu. Mengenai kehidupannya, Ali menuturkan sendiri, "Janganlah kalian bersikap denganku seperti menghadapi raja-raja yang angkuh..., jangan mengira aku sulit menerima kebenaran yang kalian ucapkan."
Mengenai keutamaan Imam Ali ini, Ibnu Abbas mengatakan, "Tidak ada pemimpin yang semulia Ali. Ia tidak berani berbohong bahkan untuk kemaslahatan sekalipun demi meraih kekhilafahan maupun menarik simpati para penentangnya."
Walaupun Imam Ali memimpin pemerintahan Islam yang terbentang luas, namun dari sisi individu dan sosial ia tidak meyakini keistimewaan bagi dirinya sendiri. Beliau hidup seperti rakyat jelata.
Imam Ali dalam suratnya yang dilayangkan kepada Utsman bin Hanif menulis, "Sadarlah pemimpin kamu di dunia ini hanya memiliki dua stel pakaian dan makan dua potong roti... Jika kami menginginkan, kami bisa mengkonsumsi madu dan sari gandum serta mengenakan pakaian sutra. Tapi aku tidak ingin hawa nafsu menguasaiku."
Ali senantiasa berdiri di atas kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah Saw mengenai Ali, "Kebenaran berada pihak Ali kemanapun ia mengarah."
Sifat mulia Ali yang menjunjung tinggi kebenaran menyebabkan harta yang telah dicuri dari Baitul Mal bisa kembali lagi. Beliau mencopot para pemimpin korup pemerintahan sebelumnya yang masih menjabat pada periode beliau.
Imam as memulai kepemimpinannya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di tengah masyarakat. Beliau pun berupaya sekuat tenaga untuk menghidupkan hak-hak manusia. kepada pegawainya beliau menginstruksikan untuk menciptakan iklim bebas di tengah masyarakat, mendengar pandangan mereka dan menyiapkan sarana untuk mewujudkan hak-haknya.
Dalam surat yang disampaikan kepada Malik Ashtar, Imam Ali berpesan, "Wahai Malik, pergunakan sebagian waktumu khusus untuk melayani orang-orang yang membutuhkanmu. Sediakan waktu untuk pekerjaan mereka dan duduklah pada pertemuan-pertemuan umum. Bersikaplah tawadhu dalam pertemuan itu. Jauhkanlah pengawalmu dari mereka, sehingga rakyat dengan bebas dan tanpa kekhawatiran sedikitpun berbicara denganmu."
Bagi Ali, mewujudkan saling percaya di tengah masyarakat dan menciptakan keamanan di mana-mana merupakan prioritas pemerintahannya. Keamanan individu dan sosial merupakan prioritas negara. Dalam pandangan beliau manusia harus dilatih untuk tidak berbuat zalim dan dizalimi.
Dalam pandangan Imam Ali, memberangus kezaliman adalah hak seluruh bangsa di dunia, dan pemimpin adalah orang yang harus mengupayakan hilangnya kezaliman dalam pemerintahannya. Terkait hal ini, Imam Ali menilai orang yang memimpin masyarakat adalah orang yang bisa mewujudkan keadilan dan memerangi segala bentuk ketidakadilan. Beliau berkata, potonglah tangan para penguasa zalim.
Kami akan mengakhiri sajian acara ini dengan mengutip perkataan pemikir kristen George Jordac. Ketika menjelaskan keindahan Ali, Jordac dalam bukunya The Voice of Human Justice menulis, "Di alam ini setiap lautan memiliki gelombang yang mengguncang. Namun aku tidak mengenal samudera yang terhampar luas dan agung sebagaimana samudera keutamaan Ali. Tidak ada yang tidak terguncang kecuali dua jenis manusia; orang yang terzalimi, dan orang yang takut kepada Allah di kegelapan malam. (IRIB Indonesia)