Tanggal 4 SyaÔÇÖban adalah hari kelahiran Abul Fadhl Abbas, putra Ali bin Abi Talib. Abul Fadhl memiliki raut muka yang tampan dan didukung pula dengan akhlaknya yang mulia. Baik luar maupun dalam, Abul Fadhl adalah sosok penuh daya tarik dan menonjol. Sisi luarnya merupakan cermin dari batinnya. Wajahnya yang gemilang bak bulan yang bersinar terang. Di antara keturunan Bani Hasyim, Abul Fadhl seperti bulan yang terang, sehingga dijuluki Qomar Bani Hasyim.
Hari ke empat bulan Sya'ban tahun 26 Hijriah, kota Madinah seakan-akan mendapat pancaran cahaya ilahi dengan kelahiran Abbas putra Ali bin Abi Talib as. Bayi yang baru lahir ini dikemudian hari akan tercatat dalam sejarah berkat keberanian dan pengorbanannya yang tinggi bagi kejayaan Islam serta nilai-nilai kemanusiaan. Bukan hanya umat Islam yang bangga dengan Abbas bin Ali bin Abi Talib, orang-orang kafir pun merasa bangga terhadap putra Ali yang satu ini.
Ketika berita kelahiran Abbas disampaikan kepada Ali bin Abi Talib, beliau bergegas pulang ke rumah dan dengan hangat memeluk sang bayi. Wajah bayi yang baru melihat dunia ini mendapat hujanan ciuman dari sang ayah. Dengan khidmat Imam Ali mengumandangkan azan di telinga kanan anaknya dan iqomah di telinga kirinya. Kemudian Imam Ali memberikan infak kepada mereka yang membutuhkan demi keberkahan anaknya.
Sang ayah menyaksikan cahaya ilahi dalam wajah anaknya khususnya sifat ksatria dan gagah berani dengan jelas terpancar dari tubuh bayi tersebut. Oleh karena itulah Imam Ali memberikan nama bayi ini Abbas yang artinya singa. Di kemudian hari bayi ini cemerlang hidupnya dan tidak pernah menyerah pada kezaliman khususnya di saat kezaliman memenuhi kehidupan manusia. Imam Ali dengan teliti mendidik dan membesarkan Abbas dengan membekalinya keimanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Imam Ali memperlakukan Abbas serupa dengan anak-anaknya yang lain dan beliau tidak pilih kasih dalam mendidik anaknya.
Abul Fadhl juga mendapat kesempatan untuk menimba ilmu dan nilai-nilai kemanusiaan dari dua penghulu pemuda surga, Imam Hasan dan Husein, cucu Rasulullah Saw dan sekaligus saudara seayahnya. Kedekatan Abul Fadhl dengan cucu Rasulullah khususnya Imam Husein membuat dirinya banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat mulia Abu Abdillah, Husein bin Ali bin Abi Talib.
Imam Husein yang melihat dengan jelas sifat-sifat mulia yang dimiliki Abul Fadhl membuat beliau sangat menyayangi saudaranya ini. Kedekatannya dengan cucu Rasulullah membuat Abul Fadhl mencapai tingkat kesempurnaan relijius dan menjadikannya manusia saleh. Upaya tak kenal lelah Abul Fadhl membela sesamanya dan pengorbanannya demi mensukseskan cita-citanya telah membuat umat manusia tercengang dan namanya bersinar terang sepanjang sejarah.
Abul Fadhl selama 14 tahun berada di bawah didikan langsung ayahnya, Ali bin Abi Talib as, bahkan disebutkan pula remaja keturunan manusia suci ini kerap turut andil di peperangan selama ayahnya menjadi khalifah umat Islam.  Bahkan para sejarawan berlomba menceritakan kepahlawanan serta keberanian remaja ini di perang Siffin. Ketika pasukan Muawiyah memblokade sumber air dan pasukan Imam Ali mulai kekurangan suplai air minum, Imam Ali memerintahkan pasukannya untuk mendobrak penjagaan musuh terhadap sumber air. Di antara pasukan tersebut terlihat Abbas kecil bersama saudaranya Imam Husein yang berlomba menghalau pasukan musuh dan merebut sumber air.
Abul Fadhl tidak hanya terkenal karena keberaniannya di medan perang. Pemuda Ahlul Bait ini juga dikenal memiliki ideologi khusus di  proses politik yang tengah berlangsung di tengah masyarakat sehingga beliau dengan jelas memahami antara kekafiran dan kemunafikan. Di kepribadian beliau terkumpul berbagai sifat mulia, kehidupan sederhana, ibadah dan ketinggian ilmu.
Keberanian, pengorbanan dan sifat ksatria tercermin kental dalam sosok Abul Fadhl, putra Ali bin Abi Talib. Sifat-sifat tersebut membuat namanya abadi dan menjulang tinggi. Dengan mengibarkan nilai-nilai kemanusiaan, moral, kebenaran dan keadilan, Abul Fadhl telah melakukan perombakan besar-besaran ideologi dan moral masyarakat. Sejarah memiliki tokoh-tokoh pemicu perubahan cukup banyak. Namun sosok Abul Fadhl memiliki keunikan tersendiri dalam melakukan perubahan di tengah masyarakat. Apa yang dilakukan oleh putra Ali ini bersumber dari keikhlasan dan kecintaan. Oleh karena itu, perjuangannya untuk mencapai keadilan, kebenaran dan keimanan dibarengi dengan kesabaran.
Mengenai keutamaan Abbas, Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Pamanku Abbas bin Ali memiliki pandangan yang tajam dan iman yang tebal. Ia senantiasa berada di samping Abu Abdillah Husein dan berjuang bersamanya. Abul Fadhl berhasil lulus dalam ujian dan meneguk cawan syahadah." Adapun terkait kedudukan Abbas bin Ali, Imam Jakfar as berkata," Segala puji bagi Allah Swt dan para malaikat-Nya. Salam sejahtera bagi para nabi dan orang-orang saleh. Salam bagi seluruh syuhada dan orang-orang yang jujur. Salam sejahtera bagi Abbas bin Ali bin Abi Thalib."
Pada kesempatan lain, Imam Shadiq as menjelaskan tentang keberanian dan pengorbanan Abbas bin Ali, dan berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau (Abbas bin Ali) telah melaksanakan tugas amar ma'ruf dengan sempurna, dan engkau telah menjalankan hal itu dengan seluruh kemampuanmu. Aku bersaksi bahwa engkau tidak pernah membiarkan rasa lemah, takut, dan ragu-ragu menguasai dirimu, dan engkau memilih jalanmu hanya berdasarkan kesadaran dan pandangan hati. Engkau mengikuti jejak orang-orang saleh dan para nabi."
Keberanian dan pengorbanan Abbas ini lahir dari makrifat dan pengetahuannya tentang agama dan cita-cita Ilahi. Kematangan pengetahuan itu membuat beliau rela berkorban di jalan Allah Swt. Abbas belajar dari ayahnya bahwa hidup harus memiliki tujuan. Karena itu alangkah mulianya jika hidup manusia dibaktikan di jalan Ilahi dalam menyebarkan dan meneguhkan nilai-nilai kemanusiaan dan memerangi kemungkaran dan ketidakadilan.
Keimanan dan ketakwaan merupakan kunci kemenangan para tokoh dalam menghadapi musuh-musuh Allah Swt. Abbas telah menghiasi diri dengan sifat tersebut dan sejak kecil membangun hubungan mesra dengan Sang Pencipta. Gairah iman dan takwa beliau selalu berkobar di sepanjang masa hidupnya, sehingga prilaku dan tindakan beliau senantiasa dihiasi dengan akhlak mulia. Dari segi keilmuan dan spiritualnya, Abbas bin Ali dikenal sebagai tokoh yang amat bertakwa, berperilaku saleh dan menjadi kepercayaan masyarakat. Siapapun yang mengenalnya niscaya mengakui beliau sebagai seorang yang bijak dan mulia. Sikapnya yang terbuka dan ramah membuat siapapun tertarik kepada beliau.
Mengingat keilmuannya yang tinggi, Abbas selalu menjadi rujukan masyarakat dan tumpuan mereka dalam mendiskusikan berbagai masalah. Ia juga dikenal memiliki pengetahuan agama yang mendalam, baik di bidang fiqih maupun akidah. Abul Fadhl atau Abbas bin Ali dijuluki pula sebagai Babul Hawaij (Seseorang yang memenuhi keinginan dan keperluan orang lain) lantaran kebiasaan beliau yang selalu membantu dan menolong orang yang memerlukan.
Sikap rela berkorban adalah karakter utama kepribadian Abbas bin Ali. Pengorbanan agungnya itu ia pentaskan dengan begitu indahnya di medan Karbala. Hingga masa-masa akhir hidupnya, ia masih menjadi penolong setia Imam Husein as. Sampai-sampai tiap kali nama Imam Husein as disebut dalam mengenang peristiwa Asyura, maka nama Abul Fadhl pun akan terucap pula. Abbas bin Ali adalah pembawa panji pasukan Imam Husein as dalam peristiwa kebangkitan Karbala.
Imam Jakfar as meriwayatkan dari Nabi yang bersabda, ÔÇ£Sifat ksatria umatku memiliki sepuluh tanda, jujur, suka memenuhi janji, melaksanakan amanat, tidak berbohong, menyantuni anak yatim, mengeluarkan infak dari rejeki yang ia terima, suka berbuat baik, senang menerima tamu, baik hati serta memiliki rasa malu.ÔÇØ(