Imam Musa Kadzim, Teladan Ketabahan

Rate this item
(0 votes)
Imam Musa Kadzim, Teladan Ketabahan

Penderitaan dan kesedihan yang ditanggung Imam Musa Kadzim as pasca tragedi Karbala, lebih besar dibandingkan dengan yang dialami Imam Maksum lain. Seluruh masa keimamahannya dihabiskan dalam pengasingan atau penjara, namun demikian, dengan semangat tak kenal lelah dan perjuangannya, beliau tetap memberikan cahaya hidayah dengan penuh cinta kepada masyarakat, meski dalam kondisi paling sulit.

Imam Musa Kadzim mengemban tanggung jawab besar keimamahan di salah satu masa yang paling sulit, dan di sepanjang kehidupan mulianya, beliau menanggung penderitaan yang luar biasa besar.

Imam Kadzim dikenal sebagai imam yang dengan kesabaran dan ketabahannya, mampu memberikan pelajaran kehidupan terbaik kepada masyarakat, di tengah situasi sosial yang mengalami krisis akut. Para pecinta Ahlul Bait as sepanjang sejarah, meneladani sirah dan perkataan penuh makna Imam Kadzim dalam setiap sendi kehidupan mereka untuk meraih puncak kebahagiaan.

Dalam kehidupannya, Imam Kadzim sempat mengalami pemerintahan dua penguasa Bani Abbas paling kuat, Mansur dan Harun, dan dua penguasa paling tiran, Mahdi dan Hadi. Wilayah Islam saat itu sudah sangat luas akibat perluasan wilayah baru, dan penguasa Abbasi menikmati hasil rampasan perang dan harta benda berlimpah, selain kekuatan yang semakin besar.

Di sisi lain, beberapa pemikiran dan keyakinan menyimpang tersebar luas di tengah masyarakat. Pada situasi seperti ini, pikiran masyarakat dijejali berbagai pemikiran kontradiktif, dan berkembangnya pemikiran semacam ini mengganggu kehidupan beragama dan sosial masyarakat Islam saat itu.

Para penguasa memanfaatkan dengan baik kebingungan masyarakat dan semakin memperkokoh kekuasaannya atas mereka. Kondisi semrawut masyarakat Islam di masa Imam Kadzim telah mempersempit ruang dakwah para penyebar ajaran murni Islam.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menggambarkan masa kehidupan Imam Kadzim sebagai berikut, di masa itu, bahkan syair, kesenian, fikih, hadis dan pola hidup zuhud serta wara', menjadi alat untuk melayani para tuan dan menyempurnakan sarana kekerasan dan pemaksaan mereka. Tidak ada ancaman serius terhadap tubuh kekhalifahan, dan khalifah sedikitpun tidak pernah berhenti mengawasi pergerakan dakwah Ahlul Bait.

Di masa ini, satu-satunya faktor yang mampu mempertahankan dan memajukan gerakan pemikiran dan politik Ahlul Bait serta pengikut setianya, adalah kerja keras dan jihad para Imam Maksum dan ajaran Ilahi, Taqiyah. Di sinilah keagungan perjuangan dan jihad Imam Kadzim tampak jelas bagi semua.

Imam Musa Kadzim mulai mengemban kepemimpinan umat Islam di saat usia beliau masih muda dan pada saat Mansur Abbasi tengah berada di puncak kekuasaannya dan sangat memusuhi Ahlul Bait as.

Mansur begitu banyak menyiksa dan membunuh keluarga Nabi Muhammad Saw bahkan orang-orang dekat dan pembesar kaumnya sendiri. Biasanya, ia membuang jenazah korban di tempat rahasia, dan lokasi pembuangan jenazah itu baru terungkap setelah meninggalnya Mansur.

Imam Kadzim diangkat Imam di masa khalifah Mansur dan sejak awal terus diawasi secara ketat olehnya, sehingga pengikut Ahlul Bait begitu kesulitan bahkan untuk sekedar mengetahui kepada siapa harus merujuk setelah kesyahidan Imam Shadiq, namun dengan kerja keras, mereka berhasil menemui Imam Kadzim.

Kepada mereka Imam Kadzim berkata, seandainya penguasa tahu kalian mendengar perkataan dariku, mendapat pelajaran dan berhubungan denganku, maka kalian semua akan dibunuh, oleh karena itu berhati-hatilah dan lakukan taqiyah.

 Meski berada di tengah pengawasan dan pembatasan ketat, Imam Kadzim meriwayatkan banyak hadis bagi masyarakat yang kehausan. Sayid ibn Thawus terkait hal ini mengatakan, sejumlah banyak pengikut khusus Imam Kadzim berkumpul di hadapan beliau dan mencatat perkataan bernilai serta jawaban yang diberikannya kepada para hadirin.

Imam Kadzim sebagaimana ayahnya, layaknya lautan ilmu pengetahuan dan keutamaan. Beliau berhasil mendidik banyak murid dan mengantarkan mereka hingga ke derajat guru, ahli fikih dan tafsir Al Quran serta bidang ilmu lainnya.

Salah satu ilmuwan besar Ahlu Sunnah, Ibn Hajar Haithami menggambarkan keluhuran ilmu Imam Kadzim seperti ini, Musa Kadzim adalah pewaris ilmu ayahnya.

Ia mewarisi keutamaan dan kesempurnaan ayahnya. Ia sangat pemaaf dan begitu sabar menghadapi masyarakat yang bodoh. Ia dijuluki Kadzim dan di masa itu tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya dalam pengetahuan Ilahi dan kesabaran.

Imam Kadzim memberikan sebuah formula komprehensif dan efektif dalam manajemen hidup, beliau berkata, upayakanlah untuk membagi waktu kalian ke dalam empat bagian. Satu bagian khusus untuk bermunajat dengan Allah Swt. Bagian lain untuk mencari nafkah dan rezeki yang halal.

Bagian berikutnya untuk berinteraksi dengan saudara dan orang-orang terpercaya yang mengingatkan kalian akan aib dan tulus bersahabat. Bagian terakhir untuk menikmati hal-hal menyenangkan yang halal, karena berkat bantuan bagian ini, kalian akan mampu melewati ketiga bagian sebelumnya.

Imam Kadzim berkata, penuhilah keinginanmu dengan sesuatu yang halal dari dunia, namun jangan sampai merusak derajatmu dan jangan berlebihan. Menikmati yang halal bisa membantumu menyelesaikan urusan dunia.

Muhammad bin Saai Shafii berkata, Imam Kadzim memiliki kedudukan yang tinggi dan derajat yang luhur. Beliau dikenal sangat tekun beribadah dan memiliki kemuliaan agung. Ia menghabiskan malam dengan bersujud dan shalat, sementara siang dengan sedekah dan puasa.

Karena kesabaran dan kebijaksanaannya, ia dijuluki Kadzim. Beliau selalu berbuat baik kepada orang-orang yang menghinanya dan memaafkan yang bersalah. Ia juga dijuluki Abdu Shaleh karena sangat tekun beribadah. Di Irak ia dikenal dengan Bab Al Hawaaij, karena setiap fakir miskin yang mendatangi rumah beliau, selalu pulang tanpa tangan hampa.

Selama 7-10 tahun Imam Kadzim hidup di sejumlah penjara Khalifah Harun. Kali terakhir Imam Kadzim berada dalam penjara dan mengalami penyiksaan paling kejam, di penjara Sindi bin Shahak, petugas pemerintahan Harun yang paling bengis.

Di penjara yang dijaga Sindi bin Shahak terdapat banyak ruangan bawah tanah yang gelap dan sangat berbahaya, di sana Imam Kadzim mengalami penyiksaan yang luar biasa.

Setelah 35 tahun perjuangan, jihad, dijebloskan ke penjara, beberapa kali diasingkan, hidup di tengah masyarakat yang penuh ketakutan, susah payah bertemu dengan pengikutnya, menjelaskan hukum Tuhan di bawah tekanan penguasa dan menyumbangkan seluruh usianya untuk Islam, akhirnya Imam Kadzim gugur syahid pada tahun 183 Hijriyah.

Beliau diracun oleh Sindi bin Shahak atas perintah Harun dan gugur di dalam penjara. Setelah gugurnya Imam Kadzim, untuk mengelabui masyarakat, Harun berkata, semoga Tuhan melaknat Sindi bin Shahak, karena ia membunuh Musa Kadzim tanpa seizin saya.

Read 1396 times