Meratapi Kesyahidan Fathimah Zahra Sang Pembela Ali

Rate this item
(1 Vote)
Meratapi Kesyahidan Fathimah Zahra Sang Pembela Ali

Hari-hari ini adalah hari-hari duka bagi para pecinta Ahlul Bait untuk Sayidah Fathimah Zahra as. Fathimah adalah pribadi ketika Nabi Muhammad Saw merindukan bau surga langsung mendekat dan menciumnya. Fathimah adalah pribadi yang disebut Rasulullah Saw sebagai "ibu dari ayahnya" dan "belahan jiwanya". Nabi Saw pernah bersabda tentangnya, "Wahai Fathimah! Sesungguhnya Allah Swt akan memurkai seseorang karena murkamu dan merelakan seseorang karena kerelaanmu."

Benar, Sayidah Fathimah az-Zahra as merupakan kecintaan Allah. Fathimah as telah mencapai cakrawala tertinggi, sehingga Allah Swt meridhai seseorang yang direlakan Fathimah as dan begitu juga akan murka dengan kemurkaan Fathimah as.


Tetapi Fathimah as sebagai cindera mata Rasulullah Saw meninggal dunia secara misterius di masa mudanya, sehingga kuburannya sampai sekarang tidak memiliki tanda. Tidak jelas apakah beliau dimakamkan di masjid Nabi, bersama dengan ayahnya atau di Baqi, atau di tempat lain! Sejujurnya, tidak ada tanda yang jelas itu sendiri petanda apa?

Hari ini, pada peringatan kesyahidan putri Rasulullah Saw, dunia Islam bersedih. Kami juga mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Anda pada kesempatan peringatan kesyahidan Sayidah Fathimah Zahra as. Pada kesempatan ini, kami akan menyampaikan beberapa kalimat singkat dari khotbah beliau yang disampaikan pada hari-hari terakhir kehidupannya yang singkat tapi penuh berkat. Kami memohon kepada Allah Swt agar senantiasa menuntut kita di jalur terang benderang yang telah dilewati perempuan hebat ini.

Khotbah sayidah Fathimah as di masjid Madinah yang kemudian dikenal sebagai khotbah Fadak adalah khotbah yang indah yang membingungkan para ahli kefasihan dan retorika karena ungkapan yang lugas, kekuatan argumentasi penggunaan berbagai metafora dan keragaman obyek yang dibahas. Sebagaimana Bahauddin Erbali, sejarawan dan ahli hadis terkenal abad ke tujuh tentang khorbah ini menulis, "Khotbah yang memancarkan cahaya kenabian dan menyibakkan aroma risalah serta Syiah dan Sunni mengutipnya di buku-buku mereka."

Khotbah ini secara lahiriah menjelaskan protes atas perampasan tanah Fadak yang dilakukan oleh Khalifah Pertama. Fadak adalah tanah dekat Madinah, yang cukup air dan penuh dengan kebon kurma dengan hasil yang bagus. Pada tahun ketujuh Hijrah, pasukan Islam berhasil menaklukkan benteng-benteng Khaibar yang merupakan markas utama orang-orang Yahudi. Nah, begitu mendengar berita ini, orang-orang Yahudi Fadak mengirim utusan untuk menemui Nabi Saw dan menyerahkan Fadak kepada Rasulullah Saw. Sesuai dengan kesaksian para ahli tafsir Syiah dan Sunni, setelah diturunkannya ayat 26 surat al-Isra Nabi yang memerintahkan agar memberikan hak keluarga, Nabi Saw lalu memberikan Fadak kepada Fathimah as.

Tanah Fadak yang terletak di dekat Madinah
Tetapi setelah wafatnya Nabi Saw, hanya dalam beberapa hari, terjadi perubahan besar terjadi dalam masyarakat Islam, yang sangat sulit dipercaya. Setelah sepuluh hari setelah kematian Nabi Saw, Khalifah Pertama mengusir para pekerja Fathima as dari Fadak dan menunjuk orang lain sebagai gantinya. Demikianlah cerita perampasan tanah Fadak. Menyaksikan kejadian itu, Sayidah Fathimah Zahra as pergi ke masjid Nabi untuk menjelaskan haknya.

Ketika dikatakan bahwa putri Nabi Saw ingin berbicara dengan orang-orang, semua orang berkumpul di masjid dan sekitarnya untuk mendengar kata-kata Fathimah as. Di sudut masjid ada tabir yang disiapkan untuk memisahkan kaum pria dengan perempuan. Sayidah Fathimah as memasuki masjid di antara kaum perempuan. Beliau berjalan seperti Rasulullah Saw, ayahnya. Mereka yang hadir di masjid seakan-akan mendengar kembali suara kaki Rasulullah Saw. Bahkan ketika Fathimah as mulai berbicara, masyarakat seakan-akan mendengar kembali suara Rasulullah Saw.

sayidah Fathimah as memasuki masjid. Ini merupakan pertama kalinya beliau melangkahkan kakinya ke masjid pasca meninggalnya Rasulullah Saw. Menyaksikan tempat kosong yang biasa diisi oleh Nabi Saw, lihat ruang kosong Nabi Saw, kesedihan menyelimutinya dan beliau mulai merintih. Hanya satu rintihan tanpa kata, tapi telah membuat hati-hati yang hadir bergetar dan air mata menetes.

Kemudian Sayidah Fathimah as memulai ucapannya dengan memuji Allah Saw dan mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw. Ketika semua yang hadir mendengar suara peninggalan Rasulullah Saw di masjid, masyarakat kembali menangis. Fathimah as untuk kedua kalinya terdiam dan dengan perlahan memulai ucapannya, "Saya mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan dan memberikan ilham kepada hati. Segala puji bagi Allah Swt atas segala nikmat yang tidak mampu dihitung dan tidak dapat memberikan balasan atasnya dan tidak dapat dipahami akhirnya."

Di awal khotbah, Sayidah Fathimah Zahra as berbicara tentang nikmat Allah dan apa yang membuatnya langgeng dan menopang nikmat ini. Setelah itu, beliau beralih membicarakan tauhid, kenabian lalu membicarakan kerja keras Rasulullah Saw dalam membimbing manusia dan menyelamatkan mereka dari kesesatan. Setelah itu berkata, "Kalau begitu, ketika ayahku melaksanakan risalahnya, Allah Swt lebih mengutamakan kehadirannya di barisan malaikat yang dekat dengan Allah, ketimbang tetap berada di dunia lalu membawanya ke sisi-Nya."

Dengan penjelasan ini, Fathimah as memahamkan kepada semuanya bahwa Nabi Muhammad Saw sama seperti manusia lainnya yang bisa mati.

Dalam khotbah ini, Fathimah as memperkenalkan dirinya kepada semua yang telah mengenalnya sebelumnya, dan di sela-sela ucapannya, beliau menjelaskan masalah Islam yang prinsip. Beliau mengatakan, "Wahai manusia! Saya adalah Fathimah dan ayahku adalah Muhammad Saw. Apa yang saya sampaikan dari awal hingga akhirnya adalah benar. Bukan ucapan yang sia-sia dan saya tidak pernah melakukan pekerjaan yang tidak baik. Jadi jika kalian mengenalnya, ketahuilah tahu bahwa di antara para wanita kalian adalah ayahku dan di antara laki-laki kalian, beliau adalah  saya Anda tahu bahwa dia adalah ayah saya di antara para wanita Anda, dan di antara para pria Anda adalah saudara sepupu saya."

Artinya, bila kalian mengenal ayahku, ketahuilah bahwa beliau adalah saudara sepupu saya dan tidak ada dari kalian yang punya hubungan kekerabatan seperti itu dengannya. Hanya Ali yang saudaranya adalah Nabi Saw. Semua mengetahui bahwa ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup dan menyambungkan kekerabatan, beliau menjadi saudara Ali dan Ali dikenal sebagai saudara Rasulullah Saw. Oleh karenanya, maksud dari Sayidah Fathimah Zahra as adalah menjelaskan kepada masyarakat semua poin yang membuktikan kekbenaran Ali.


Setelah itu, Fathimah as menjelaskan kebingungan dan kesesatan manusia sebelum pengutusan Nabi Muhammad Saw dan berkata, "Saya adalah putri orang yang menyelamatkan kalian dari kesengsaraan dunia dan akhirat. Kondisi hidup kalian sedemikian rupa sehingga kalian tidak memiliki air minum yang sehat dan makanan yang layak. Kalian melewati dunia kalian dalam kemiskikan, kesengsaraan dan pembunuhan antara saudara. Puncaknya adalah kalian sesat dan penyembah berhala dan beliau memperkenalkan kalian akan Allah dan membawa agama terbaik buat kalian. Nabi membimbing kalian ke tingkat kesempurnaan manusia. Tidak seorang pun di alam semesta yang melakukan pelayanan kepada kemanusiaan sepertinya. Pada saat Rasulullah ada di antara kalian, beliau paling menanggung penderitaan dan paling merasakan penderitaan dan di jalan ini Ali adalah pribadi yang selalu menjadi teman dan penolongnya. Terkadang kalian hidup dengan tenang, Ali melemparkan dirinya ke mulut naga untuk membela agama Allah. Akhirnya, berkat perjuangan Nabi Muhammad Saw dan Ali, mereka berhasil memastikan agama Islam dan kalian sampai pada kemuliaan dan kehormatan ini."

Setelah menyampaikan pendahuluan tersebut, Sayidah Fathimah as mengatakan, "Ketika Nabi Saw masih hidup semua masalah ini dibanggakan dan diterima oleh semua orang. Tapi begitu beliau pergi, apa yang terjadi di antara kalian? Setelah ayahku meninggal kecenderungan kalian akan kemunafikan mulai tampak dan setelah mulai menguasai kalian. Bukannya mengingat komitmen kalian kepada Rasullah, amanah yang diserahkan kepada kalian mulai dilupakan bukannya dijaga. Seakan-akan hanya nama dari Islam kalian yang tinggal dan kalian melupakan hakikat Islam."

Sayidah Fathimah as menyampaikan apa saja yang perlu dikatakan, itupun dengan transparan dan sastra yang tidak ada bandingannya. Meskipun beliau tampaknya tidak mampu menjelaskan Ali as dalam posisi seperti yang disampaikan Rasulullah Saw di hari Ghadir Khum, "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga sebagai pemimpinnya, tapi beliau berhasil mencatatkan dalam sejarah akan satu hakikat. Fathimah as berhasil menjadikan Fadak sebagai alasan untuk memrotes perampasan khilafah dan penyimpangan dari jalan Rasulullah Saw.

Jika Fathimah as tidak mengatakan ini, Ali tidak pernah mencapai kekhalifahan. Ali as setelah dua puluh lima tahun, akhirnya berhasil menjadi khalifah untuk waktu yang singkat, empat tahun. Selama empat tahun menjadi khalifah, Ali as harus menjalani tiga perang internal, tapi di setiap kesempatan beliau menyampaikan puluhan prinsip-prinsip al-Quran dan nilai-nilai Islam untuk menuntung dan mendidikan setiap individu dan masyarakat. Ali as dalam waktu yang singkat ini berhasil membangun kota percontohan al-Quran. Kota Kufah waktu itu tidak memiliki orang miskin. Ahmad bin Hanbal dalam buku Fadhail Shahabah mengutip bahwa Ali as berkata, "Sekarang, masyarakat memiliki kehidupan yang layak. Mereka yang kerjanya paling rendah dapat memakan roti dari gandum dan memiliki rumah serta dapat minum air yang sehat dan bersih dari sungai Furat."

Sekali lagi, kami mengucapkan bela sungkawa atas kesyahidan putri tercinta Rasulullah Saw dan menyampaikan salam kepada ruh suci Sayidah Fathimah az-Zahra as. Karena Rasulullah Saw pernah berkata kepada beliau, "Ketika ada orang yang menyampaikan salam kepada putriku, Allah Saw akan mengampuninya dan akan digabungkan denganku di surga, dimana saja aku barada.

Read 1864 times