Hari ini 29 Dzulqadah adalah syahadah Imam Muhammad al-Jawad, putera suci Nabi Saw dan dan mata rantai Ahlul Bait. Beliau syahid lewat kelicikan dan tipu daya penguasa Mu'tashim, Khalifah Abbasi, pada akhir bulan Dzulqadah 220 Hijriah. Beliau gugur syahid ditangan penguasa zalim ini dalam usia tidak lebih dari 25 tahun.
Sewaku membuka biografi kehidupan Imam Muhammad bin Ali al-Jawad as, perhatianku tertarik pada sebuah kalimat yang indah dari beliau as. Imam al-Jawad mengatakan,"Setiap kali Allah Swt menambah dan memperbanyak nikmat-Nya kepada seseorang, maka kebutuhan masyarakat terhadap Zat Yang Maha Kuasa ini juga semakin besar. Apabila manusia tidak mau menanggung jerih payah ini, yakni apabila manusia tidak mau berusaha untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, maka nikmat-nikmat tersebut akan dicabut."
Dalam untaian kalimat Imam Muhammad al-Jawad yang penuh makna ini, aku merenung sejenak, lalu memohon kepada Allah Swt agar sebelum memperoleh segala kenikmatan, aku diberi bimbingan dan petunjuk untuk bisa memanfaatkan nikmat-nikmat tersebut dengan tepat dan baik, sehingga aku bisa menggunakan nikmat tersebut untuk mengatasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Salah satu poin penting dalam kehidupan Imam Muhammad al-Jawad as yang perlu mendapat perhatian ialah bahwa beliau pada usia kanak-kanak telah mencapai kesempurnaan dalam ilmu pengetahuan, retorika serta seluruh keutamaan akhlak. Kecerdasan beliau luar biasa dan beliau juga memiliki kekuatan logika, sehingga berbagai problema dan masalah ilmu pengetahuan dapat beliau jawab dengan gamblang. Thabarsi seorang sejarawan terkenal dalam salah satu bukunya "A'lamul Wara" menulis,"Imam al-Jawad as di masa hidupnya, meski dengan usia yang masih muda, tetapi telah memperoleh dan mencapai suatu tahap sempurna dalam ilmu danhikmah, sehingga tak seorang pun dari cendikiawan dan ilmuwan besar mampu berhadapan dengan Imam al-Jawad as.
Kemampuan ilmu pengetahuan Imam Muhammad al-Jawad di tengah-tengah berbagai kalangan cerdik pandai danulama dari berbagai aliran agama, justru telah menciptakan kecemerlangan beliau yang luar biasa. Sehingga sewaktu para tokoh agama lain menyaksikan dan mendengarkan ilmu pengetahuan Imam al-Jawad as, mereka mengakui bahwa ilmu Imam Ahlul Bait ini bersumber dari ilmu Allah Swt.
Imam Muhammad bin Ali al-Jawad as adalah satu-satunya putra Imam Ali Ridha as, dan dengan penekanan serta penunjukan ayahnya yaitu Imam Ali bin Musa Ridha as beliau dikukuhkan sebagai Imam Muslimin. Pada era kepemimpinan atau keimamahan beliau as, penguasa Bani Abbas semakin meningkatkan kejahatan dan pengawasannya, sehingga tidak membiarkan sedikit pun para pencinta Imam al-Jawad untuk menjalin kontak dengan beliau as. Dengan alasan inilah, masyarakat yang senantiasa di bawah kontrol penguasa itu mengambil jalan kontak dengan Imam melalui surat menyurat, dan Imam al-Jawad pun menjawab surat-surat mereka. Syeikh Thusi menyebut ada 116 orang perawi hadis dari beliau. Dan kelompok ini telah meriwayatkan hadis-hadis yang cukup banyak dari Imam Muhammad bin Ali al-Jawad as, yang sekaligus mengindikasikan betapa luasnya ilmu Imam al-Jawad berkenaan dengan masalah-masalah fiqih dan tafsir.
Imam al-Jawad as merupakan sentral berbagai gerakan pemikiran dan politik pada zamannya. Bahkan di berbagai penjuru kawasan, bantuan-bantuan material sangat banyak berdatangan untuk beliau, dan dimemanfaatkan bantuan-bantuan tersebut untuk kepentingan kemasyarakatan dan politik. Kontak-kontak semacam ini selalu dilakukan dalam kondisi yang sangat sulit, sehingga Imam dan pengikutnya terpaksa menulis surat dalam bentuk sandi. Namun justru surat dan kontak tersebut, semakin membuktikan betapa kuatnya gerakan dan aktifitas-aktifitas Imam al-Jawad.
Imam al-Jawad as dalam bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat biasa, senantiasa menunjukkan sifat rendah hati dan tawadhu, serta akhlakul karimah. Sekalipun Imam dalam bergaul dengan masyarakat menunjukkan puncak ketawadhuan dan toleransi yang sangat tinggi, namun sebelum segala sesuatunya beliau selalu memikirkan keridhaan Allah, dan mengatakan,"Keridhaan Allah di atas keridhaan manusia. Oleh karena itulah Imam selalu menampilkan sikap lembut dan tenang dalam menghadapi orang-orang yang tidak mempedulikan norma-norma Ilahi. Namun beliau tetap bersikap tegas dan kukuh dalam menghadapi musuh.
Imam Jawad as dikenal sangat dermawan dan lapang dada, dan dengan alasan inilah beliau dijuluki Jawad yang berarti sangat dermawan dan lapang dada. Tak seorang pun yang datang kepada beliau kembali dengan tangan hampa. Imam al-Jawad selalu berusaha sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan mereka, meski masyarakat mengutarakannya melalui surat-surat. Oleh karena itulah kecintaan kepada Imam selalu melekat di hati para pengikutnya, walaupun terdapat jarak pemisah antara beliau dengan pengikutnya, namun mereka tetap berusaha melaksanakan nasehat-nasehat beliau dengan menyaksikan tulisan tangan beliau as.
Ahmad bin Zakariya Shaidalani dalam sebuah hikayat mengenai kehidupan Imam Jawad as mengatakan,"Aku melaksanakan ibadah haji dengan penuh khusyu bersama Imam al-Jawad. Sewaktu manasik haji selesai, aku datang kepada beliau untuk menyampaikan perpisahan, dan aku mengatakan,‘Wahai putra Rasulullah! Pemerintah telah membebankan pajak yang berat terhadapku, sehingga aku tidak mampu lagi membayar pajak tersebut. Karena itu aku berharap kepada Tuan agar menulis sebuah surat kepada Gubernur penguasa kota ini, dan berpesan agar bersikap lembut dan baik kepadaku.' Imam al-Jawad as mengatakan,‘Aku tidak mengenal penguasa kota itu, bagaimana aku bisa menulis surat dan berpesan kepadanya?' Lalu aku berkata,‘Walikota kami adalah pecinta Tuan, aku pikir surat dan pesan Tuan akan sangat bermanfaat.' Kemudian Imam al-Jawad as mengambil kertas dan pena, lalu menulis sebuah surat yang isinya sebagai berikut:
Bismillahir rahmanir rahim.
Salam buat Anda dan hamba-hamba Allah yang bijaksana.
Wahai Walikota Sistan!
Kekuasaan dan pemerintahan adalah sebuah amanat Allah yang berada di pundak Anda, sehingga Anda dapat berkhidmat kepada para Hamba Allah. Maka dengan kekuasaan ini, sebenarnya Anda dapat membantu saudara-saudara Anda seakidah. Ketahuilah, bahwa sesuatu yang langgeng bagi Anda adalah perbuatan baik, serta bantuan-bantuan kebaikan yang Anda lakukan terhadap saudara-saudara segolongan dan sependeritaan. Ingatlah bahwa Allah Swt pada Hari Kiamat akan meminta pertanggungjawaban seluruh perbuatan Anda, dan perbuatan sekecil apa pun tidak akan tersembunyi bagi Allah Swt."
Ahmad bin Zakariya melanjutkan penuturannya,"Aku terima surat Imam al-Jawad as, lalu aku pun menyampaikan perpisahan dan terus pulang ke kotaku. Akan tetapi rupanya berita tentang surat Imamal-Jawad yang ditujukan kepada walikota Sistan itu telah sampai ke telinga penduduk setempat. Mereka menyambut kedatanganku. Lalu kuserahkan surat tersebut kepada Walikota. Surat itu pun diterima dan diciuminya, lalu dibuka pelan-pelan dan dibacanya dengan hati-hati. Setelah itu semua urusanku terhadap walikota tersebut menjadi mudah dan selama dia memegang tampuk pemerintahan walikota itu senantiasa bersikap jujur dan adil terhadap semua masyarakat."
Imam Ali ar-Ridha as menyampaikan pernyataan mengenai musibah yang menimpa putranya Imam Muhammad bin Ali al-Jawad semacam ini,"Putraku dibunuh dengan aniaya, sehingga para malaikat ;angit pun menangisinya. Allah Swt murka terhadap musuh dan orang-orang yang menzaliminya, sedang orang tersebut akan mendapatkan azab Allah yang sangat pedih."
Mu'tashim seorang khalifah Abbasi yang zalim. Sewaktu merasa tidak mampu mengahalangi kemampuan pemikiran, politik dan maknawi Imam al-Jawad as, memutuskan untuk membunuh Imam. Tetapi nampaknya dia lupa, justru hati para pencinta Ahlul Bait Nabi senantiasa mengenang dan menghidupkan perjuangan tokoh besar ini, hingga setelah syahadah beliau makam Imam al-Jawad menjadi tempat berlindung bagi orang-orang yang mengalami kesusahan. Ajaran dan pernyataan-pernyataan beliau menjadi pelita bagi orang-orang yang mencari kebahagiaan dan kemuliaan.
Imam Muhammad bin Ali al-Jawad berkata,"Barangsiapa yang hanya bergantung kepada Allah Swt, pasti ia tidak akan membutuhkan orang lain,justru orang lain yang akan membutuhkannya. (IRIB Indonesia)