Az-Zahra Fathimah, putri Muhammad bin Abdullah saw dan Khadijah binti Khuwailid ra. Beliau lahir dari dua orangtua termulia sepanjang sejarah manusia. Fathimah Az-Zahra adalah putri nabi teragung dan istri Imam pertama.
Imam Hasan bin Ali as berkata, “Aku pernah melihat ibuku Fathimah as berdiri di mihrabnya sepanjang malam Jumat. Beliau senantiasa melakukan rukuk dan sujud sampai terbit fajar. Aku mendengarnya berdoa untuk mukminin dan mukminat dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau memperbanyak doanya untuk mereka, namun tidak berdoa untuk dirinya sama sekali. Aku bertanya padanya, “Wahai Ibu, mengapa ibu tidak mendoakan untuk diri ibu sebagaimana ibu mendoakan orang lain.?” Beliau menjawab, “Wahai anakku, dahulukan tetangga lalu rumah kita.”
Para sejarawan berbeda pendapat tentang sejarah kelahiran Fathimah as. Namun yang masyhur di kalangan sejarawan Syiah Imamiyah, kelahirannya pada hari Jumat tanggal 20 Jumadil Akhir, tahun kelima Bi’tsah. Sementara yang lain menyatakan: Beliau dilahirkan 5 tahun sebelum Bi’tsah.
Abu Bashîr meriwayatkan dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad as berkata, “Fathimah dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir tahun ke 45 dari kelahiran Nabi saw. Menetap di Mekah selama delapan tahun dan di Madinah sepuluh tahun. Beliau wafat 75 hari setelah wafat ayahnya. Beliau wafat pada hari Selasa tanggal 3, bulan Jumadil Akhir, tahun 11 H.”
Nama-nama Az-Zahra
As-Siddîqah
Berarti sempurna kebenarannya. Beliau membenarkan ayahnya, benar perkataan, perbuatan dan kesetiaannya. Beliau adalah as-Shiddîqah al-Kubrâ. Masa berputar untuk mengenalnya sebagaimana yang diriwayatkan dari cucu-cucunya Imam Shadiq as.
Al-Mubârakah
Yaitu kebaikan melimpah yang muncul dari Az-Zahra, al-Quran mensifatinya dengan Kautsar karena keturunan Nabi saw terputus kecuali dari beliau as. Dia adalah ibu para Imam yang suci dan ibu dari keturunan yang banyak. Dia yang mempertahankan risalah Muhammad saw. dan menanggung beban menghadapi tirani dan para penyeleweng. Dia adalah kebaikan yang banyak atau permata terindah yang diberikan Allah Swt pada Rasulnya sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Kautsar. Ibnu Abbas meriwayatkan: Rasulullah saw bersabda, “Putriku Fathimah adalah bidadari dalam rupa manusia. Dia tidak tercemari oleh (darah) haid dan kotoran dan dinamai Fathimah karena Allah Swt melindunginya dan pengikutnya dari api neraka.” Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya Fathimah adalah bidadari dalam rupa manusia, disaat aku merindukan surga aku pun menciumnya.” Ibnu Abbas bin Malik mengatakan, “Fathimah laksana bulan di malam purnama atau seperti matahari mengatasi mendung ketika keluar dari awan, putih, mempunyai raut wajah yang kemerah-merahan, berambut hitam, dan sangat mirip dengan Rasulullah saw.”
Al-Thâhirah
Beliau dijuluki al-Thâhirah karena kesuciannya dari segala noda dan dosa. Beliau sama sekali tidak pernah melihat darah haid ataupun nifas sebagaimana diriwayatkan Imam Baqir as. Al-Quran pun telah menyatakan kesuciannya dari kotoran dalam ayat Tathhîr.
Ar-Râdhiyah
Beliau salamullah’ alaiha senantiasa ridha’ terhadap apa yang ditakdirkan kepadanya dari kepahitan hidup, kesulitan, musibah dan pahalanya.
Al-Mardhiyyah
Beliau diridhai oleh Tuhannya sebagaimana diberitakan oleh al-Quran al-Karim tentang hal tersebut dalam surah ad-Dahr karena Tuhannya meridhai usahanya dan mengamankannya dari ketakutan paling besar dan beliau termasuk dalam ayat, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Beliau juga sangat takwa pada Tuhannya sebagaimana kita dapat melihat hal itu dalam sejarah hidupnya.
Al-Muhaddatsah
Wanita yang berbicara dengan para Malaikat, seperti halnya Malaikat berbicara dengan Maryam putri Imran, Ibu Musa dan Sarah istri Nabi Ibrahim ketika Malaikat memberi kabar gembira padanya dengan Ishaq dan Ya’qub setelah Ishaq. Rasulullah saw menjuluki Fathimah dengan sebutan “Ummu Abiha” sebagai penghormatan terhadap kedudukannya karena tak seorang pun yang menyamainya dalam kecintaan Rasul saw. kepadanya serta tingginya kedudukannya di sisi beliau. Rasul memperlakukannya seperti perlakuan seorang anak pada ibunya sebagaimana dia memperlakukan Rasul seperti perlakuan ibu pada anaknya karenanya Fathimah selalu mendekap beliau, membalut luka-lukanya dan meringankan deritanya.
Az-Zahra juga dijuluki Ummul Aimmah (ibu para Imam) karena Rasul saw telah memberitahukan bahwa para Imam berasal dari putra-putranya dan al-Mahdi afs berasal dari keturunannya.
Bihar al-Anwâr : 43 / 105 dan lihat Al-Manâqib : 3 / 233
Târikh Baghdad : 12 / 331, Hadis 6772 dan Kanzul ‘Ummâl : 12 / 109
Târikh Al-Khatib Al-Baghdadi : 5 / 87, Al-Ghadir ; 3 / 18
Mustadrak Al-Hakim : 3 / 161
Bihar al-Anwâr : 43 / 19
QS. al-Ma’idah:119
Yanabi’ Al-Mawaddah : 2 / 83, Muntakhab Al-Atsar : 192, dan Kanzul ‘Ummâl : 12 / 105