Dalam artikel sebelumnya kita telah berbicara mengenai studi orientalis tentang Nabi Muhammad Saw.
Agama Islam telah menyebar hingga hari ini, dari tahun ke tahun, dari abad ke abad, dan dari satu ujung dunia ke ujung lainnya. Dalam prosesnya, bersama dengan mereka yang memeluk agama ini, ada banyak musuh dan lawan. Beberapa menentang Islam dikarenakan benci dan dendam. Tetapi sementara itu, ada orang-orang yang beralih ke Islam tanpa prasangka dan mencari kebenaran. Banyak dari mereka tidak memilih Islam untuk dirinya, sementara ada banyak kasus dalam sejarah dimana banyak tokoh besar mulai dari cendekiawan, penulis dan ulama hingga para filsuf dan penyair terkenal baik dari Timur maupun Barat yang melakukan penelitian menarik terkait agama ini, khususnya Nabi Muhammad Saw lalu meninggalkan karya-karya yang obyektif dan dapat direnungkan.
Pada artikel sebelumnya, kita telah berbicara mengenai studi orientalis tentang Nabi Muhammad Saw. Menariknya, sampai abad keenam belas, terjemahan dan penerbitan mukjizat abadi Nabi Saw, yaitu al-Quran dilarang di Eropa dan beberapa dipenjara karena menerbitkannya. Tetapi beberapa peneliti percaya bahwa kita harus menerbitkan al-Quran sehingga semua orang bisa melihat kebohongan Muhammad! Jadi al-Quran diterjemahkan dan diterbitkan, tetapi memiliki efek sebaliknya. Ajaran al-Quran diperkenalkan sebagai doktrin yang logis dan rasional dan dengan cepat digunakan untuk mempertanyakan kepercayaan Kristen dan kepercayaan Gereja, terutama Trinitas. Nabi Muhammad Saw juga diidentifikasi sebagai pembaru sosial yang menentang kepercayaan irasional orang Kristen.
Edward Gibbon
Selama era Renaissance Eropa, beberapa penulis juga menyebut Nabi Saw sebagai pahlawan anti-ulama Kristen. Beberapa orang melihat Islam sebagai bentuk murni dari monoteisme filosofis, dan melihat al-Quran sebagai pujian dan lagu rasional bagi pencipta dunia.
Edward Gibbon, seorang sejarawan Inggris adalah salah satu Orientalis terkemuka di masa Renaissance. Karya terbesarnya adalah buku "History of the Decline and Fall of the Roman Empire" yang diterbitkan dalam enam jilid antara tahun 1776 hingga 1788 dan digunakan sebagai sumber tangan pertama.
Bab ke-5 buku ini berjudul "Muhammad dan Kemunculan Islam" dicetak dan diterbitkan secara terpisah.
Dalam buku ini, Gibbon mencurahkan satu bab khusus untuk kehidupan Nabi Saw dan tahap awal sejarah Islam dan lebih bergantung pada penelitian Eropa terbaru dan laporan yang dibuat para pejuang. Dia menggambarkan Nabi Saw sebagai orang yang memiliki karakter spiritual yang, selama hidupnya di Mekah, memperkenalkan bentuk murni monoteisme.
Edward Gibbon memulai pembicaraannya tentang kemunculan Nabi Muhammad Saw, "Orang-orang Kristen telah berbicara dengan kejam kepada Muhammad, dan mereka telah membuatnya dihina, dan dengan cara ini, alih-alih mengurangi ketenaran dan martabat musuh, mereka telah meninggikan dia."
Dia kemudian membandingkan Muslim dan Kristen dengan menulis, "Tujuan sebenarnya dari setiap nabi di setiap zaman adalah untuk menyebarkan pengetahuan tentang penciptaan Allah dan mempraktikkan perintah-perintah-Nya di antara manusia. Muhammad secara kredibel memuji garis keturunan panjang nabi-nabi sebelumnya dari diturunkannya Adam hingga kemunculan al-Quran. Selama waktu itu, 124.000 individu tertentu telah menerima tingkat cahaya kenabian yang berbeda dan masing-masing dengan kebajikan pribadi dan rahmat ilahi ... di antara mereka adalah para nabi abadi dari Ulul Azim dengan sebuah agama tetap yang tidak berubah yang telah diwahyukan kepada mereka dan disampaikan kepada umat manusia. Di antara umat Islam, prestise Nabi Muhammad Saw adalah yang tertinggi. Nabi Muhammad telah mengajar umat Islam untuk menghormati asal usul agama Nabi Isa. Dengan penghormatan dalam benak seorang lelaki Muslim yang bercampur dengan rahasia. Dalam al-Quran disebutkan, "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)." (QS. Ali Imran: 45)
Buku Edward Gibbon, History of the Decline and Fall of the Roman Empire
Gibbon selanjutnya dalam pembahasannya menunjukkan janji kedatangan nabi terakhir dari Musa dan Isa, dan menulis, "Musa dan Isa yakin akan kedatangan Nabi yang tinggi dan di masa depan, karena agama dan cinta mereka, dan sangat yakin dengan diri mereka sendiri. Mereka senang ... Muhammad juga meletakkan dasar Islam dalam kemurnian dan legitimasi dua agama yang telah diungkapkan kepada Musa dan Yesus sebelum Islam, dan Muhammad percaya pada kebajikan dan mukjizat mereka. Muhammad mengalahkan berhala Arab Saudi di depan takhta ilahi, menggantikan ritual pengorbanan dan menumpahkan darah manusia dengan doa dan amal yang semuanya merupakan ritual ibadah yang disukai manusia. ... Karyanya yang paling penting adalah untuk mengembuskan belas kasih dan kebaikan pada keberadaan orang-orang mukmin. Dia merekomendasikan pekerjaan kepada pengikutnya yang manfaatnya mencakup seluruh masyarakat. Berkat ajaran dan hukumnya yang bermanfaat, keserakahan, balas dendam dan penindasan terhadap para janda dan anak yatim telah dilarang, dan semua suku yang bermusuhan bersatu dalam menerima dan tunduk pada satu agama."
Tentu saja, cendekiawan Inggris ini juga kadang-kadang membuat beberapa kesalahan dalam bukunya. Para ahli percaya bahwa kesalahan-kesalahan ini bukan karena kebusukan ang melekat dalam dirinya, tetapi karena referensi yang tidak akurat untuk buku-buku dan sumber-sumber sejarah. Edward Gibbon menganggap al-Quran dan ajaran agama Islam sebagai hasil kejeniusan Nabi dan menulis:
"Putra Abdullah, di pelukan orang-orang Arab yang paling mulia, menerima dialek Arab yang terbaik dan paling murni. Terlepas dari kefasihan dan kekuatan berbicara, Muhammad adalah Ummi dan tidak pernah belajar di sekolah. Jelas tidak membaca membatasi lingkaran kehidupan, tetapi alam dan manusia adalah buku yang terbuka bagi Muhammad dan dia juga mengamati poin-poin dalam filsafat dan politik selama perjalanannya... Dalam perjalanan singkat dan tergesa-gesa ini, Muhammad melihat dengan kejeniusannya apa yang tidak bisa dilihat oleh teman-temannya yang tidak memiliki kemampuan itu."
Gibbon berbicara tentang Nabi Muhammad dengan cara yang secara tidak sadar menciptakan perasaan pada pembaca bahwa ia adalah orang yang terpesona atau pengikut kepribadian Nabi Muhammad Saw. Gibbon menulis, "Sebelum Muhammad berbicara di tengah kerumunan penggemarnya atau kelompok bahasa tertentu, kewibawaan dan martabatnya, penampilan lahirian dan cara pandangnya yang berpengaruh membuat mereka yang mendengarkannya memuji dan menyimpan kekaguman, terutama ketika dia tersenyum dengan penuh kelembutan, janggut yang rapih dan perilaku mulianya menunjukkan kelembutan jiwanya, sementara perilakunya membuktikan kebenaran ucapannya.... Pencetus Revolusi Besar Islam adalah seorang yang saleh dan bertakwa yang menyendiri di gua Hira demi menerima rahasia ilahi. Dia melihat kemegahan istana raja dengan pandangan menghina dan melakukan pekerjaan yang kecil-kecil juga."
Buku Edward Gibbon, History of the Decline and Fall of the Roman Empire
"Itu adalah hasil dari ide-ide Muhammad tentang Islam sehingga dia mengajar keluarganya dan orang-orang Arab. Prinsip pertama agama ini adalah kebenaran abadi dan itu adalah keesaan Tuhan. Dan prinsip kedua adalah misi Rabbani Muhammad," tambag Gibbom.
Rasulullah Saw yang memiliki karakteristik ini, dimana Allah menyebut-nyebut namanya, meminta yang lain agar bersamanya dan mengucapkan salam bersama-sama kepadanya, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56)