Nabi Muhammad Saw lebih dari 14 abad lalu diutus Allah Swt kepada umat manusia, dan kitab suci Al Quran yang berisi firman Tuhan yang Esa, dan kumpulan ajaran ilmu pengetahuan serta praktik kehidupan, sekaligus mukjizat abadi-Nya, telah menjadi tuntunan hidup jutaan manusia selama ratusan tahun. Tokoh Ilahi ini merupakan salah satu faktor terpenting perubahan dan penyempurna kehidupan umat manusia.
Rasulullah Saw diutus untuk membimbing dan menyelamatkan umat manusia. Tujuan terpenting beliau adalah menegakkan keadilan di muka bumi. Maka dari itu, ia dianggap rahmat bagi umat manusia, dan mengemban tugas lintas batas teritorial. Allah Swt pada Surat Al Anbiya ayat 107 berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Meski para sejarawan dan peneliti sejak awal Islam sampai sekarang telah menuliskan kehidupan dan sirah Nabi Muhammad Saw dalam karya-karyanya, dan telah menjadi rujukan para peneliti, dan meskipun kedudukan spiritual Nabi Muhammad Saw bak bintang bersinar di langit kenabian tetap memancar, namun mengingat kondisi terkini dan sikap para budayawan imperialis yang anti-Islam dan anti-Nabi Muhammad Saw, mengkaji pandangan para peneliti Barat tentang hal ini masih urgen, dan kali ini kita akan mengulas pandangan seorang orientalis Arab Kristen dari abad-20, Philip Khuri Hitti.
Philip Khuri Hitti pada tahun 1908 lulus dari sebuah universitas Amerika di Beirut, Lebanon. Meski merupakan seorang sejarawan Lebanon, namun Philip adalah warga Amerika dan mengajar di sejumlah universitas Amerika di Lebanon. Pada September 1939 ia menerbitkan buku berjudul History of The Arabs. Bab 8 buku ini mengulas khusus tentang Nabi Muhammad Saw.
Ia memulai dengan menulis tahun kelahiran, nama dan keluarga Nabi Besar Islam. Di beberapa bagian buku ini, Philip menulis, seruan, dan pesan Muhammad Arab, layaknya nabi-nabi Bani Israel yang nama-nama mereka tercantum dalam Perjanjian Lama, benar-benar seruan dan pesan seorang nabi. Isi risalahnya diawali dengan kesaksian atas keesaan Tuhan, Tuhan yang Maha Perkasa, Pencipta semua makhluk, dan hari perhitungan, jiwa Muhammad dipenuhi muatan dari sumber kesucian, dan kegembiraan memikul serta melaksanakan tanggung jawab sebagai utusan Tuhan. Ia berjalan di antara kaum-kaum dan mengajar serta menasihati mereka.
Philip bahkan mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw dengan kerja keras dan keseriusannya, perlahan-lahan mampu menambah pengikut dan di jalan ini ia dan para pengikutnya mengalami banyak gangguan. Philip menambahkan, hari-hari penyiksaan kelam yang menimbulkan kerugian sementara bagi para pengikut Muhammad, tidak mempengaruhi keberaniannya, dan ia terus melanjutkan dakwahnya. Ia berusaha agar masyarakat meninggalkan tuhan-tuhan palsu, dan menyembah Tuhan yang Esa.
Dalam karya terkenalnya itu, Philip menulis, Muhammad saat berada di puncak kejayaannya tetap menjalani hidup seperti saat ia lemah. Kehidupannya sederhana dan penuh keikhlasan. Sejumlah kecil uang yang ditinggalkannya setelah meninggal dunia dimasukkan ke kas negara. Perilaku sehari-harinya baik dalam masalah-masalah yang penting, maupun dalam hal-hal kecil, selalu berdasarkan aturan yang di masa kita sekarang ini diikuti dan dipatuhi dengan seksama.
Tidak pernah ada di kaum manapun orang seperti Muhammad yang merupakan manifestasi sempurna seorang manusia, dan semua orang meniru amalnya sedetil mungkin. Ia adalah satu-satunya manusia sempurna yang seluruh perbuatannya kecil maupun besar sesuai dengan aturan, dan jutaan orang Muslim sekarang mengamalkan perbuatannya.
Ketika berada di Mekah, Nabi Muhammad Saw mengalami tekanan luar biasa dari kaum musyrik yang bahkan berniat membunuhnya di malam hari. Namun Nabi Muhammad Saw mengetahui rencana tersebut dari berita wahyu. Mekah sudah tidak aman lagi untuk ditinggali, dan Imam Ali bin Abi Thalib as di malam ketika Nabi Muhammad Saw akan dibunuh, tidur di tempat tidur beliau, dan sejak saat itu hijrah sejarah terpenting dimulai. Tujuan dari hijrah ini adalah kota Yathrib atau Madinah. Umat Islam Madinah saat mengetahui Nabi Muhammad Saw tengah menuju ke kota mereka, segera menyambut beliau.
Saat singgah sebentar di Quba, Nabi Muhammad Saw memerintahkan pengikutnya untuk mendirikan masjid, dan inilah masjid pertama yang dibangun dalam sejarah Islam. Salah satu langkah terpenting Nabi Muhammad Saw adalah membuat perjanjian antara kaum Muhajirin dan Anshar, dan dua kaum ini dengan kaum Yahudi Madinah.
Isi perjanjian tersebut menggambarkan kedewasaan berpikir Nabi Muhammad Saw dalam memimpin masyarakat, bagaimana beliau mempersatukan kaum-kaum yang saling berperang satu sama lain, yang di antara mereka sendiri berkelahi, dan masing-masing memiliki tradisi serta aturan sosial serta etnis yang berbeda, sehingga mencegah intervensi musuh, sekaligus membentuk sebuah umat bersatu yang membantunya dalam memajukan tujuan Ilahinya.
Nabi Muhammad Saw memasuki sebuah kota yang penduduknya memeluk Islam atas keputusan mereka sendiri, dan mengundang Nabi Muhammad Saw ke kotanya, dan ini adalah kesempatan terbaik untuk membangun pondasi Islam dan menumbuhkan ajaran kebenaran.
Philip menuturkan, masyarakat Madinah adalah miniatur masyarakat Islam di kemudian hari. Muhammad dalam waktu singkat,dari kaum-kaum yang awalnya tidak pernah bersatu, dan di wilayah yang hari itu hanya dianggap sebagai salah satu wilayah geografis semata, membangun agama yang menggeser agama Kristen dan Yahudi dari wilayah-wilayah yang luas, dan merebut posisinya, dan sampai sekarang sejumlah banyak manusia menjadi pengikutnya.
Dia juga mendirikan sebuah imperium besar yang segera menjadi bagian dunia beradab yang paling sejahtera di masa itu dalam wilayah yang luas. Muhammad tidak pernah belajar dari siapapun, tapi sebuah kitab diturunkan kepadanya yang sampai sekarang dianggap sebagai kitab paling lengkap dan mencakup semua ilmu dan aturan, serta mengandung ajaran agama yang lengkap oleh seperlima penduduk dunia.
Salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh para orientalis adalah menganggap Nabi Muhammad Saw dipengaruhi lingkungan tempat ia hidup dalam mengajarkan Al Quran, atau menunjukkan pengaruh kitab-kitab langit lain khususnya Taurat dan Injil atas Al Qruan, dan kisah-kisahnya. Di masa sekarang ini, beberapa orientalis menjelaskan sejumlah kesamaan kisah Al Quran, dan berdasarkan analisa formalitas serta khayalan dari legenda, menganggap sebagian kisah Al Quran sebagai legenda.
Orientalis-orientalis semacam itu menepis realitas sejarah kisah-kisah Al Quran yang merupakan mukjizat kitab suci ini, dan mencocokkannya dengan pendapat pribadi. Philip Khuri Hitti dalam bukunya juga membahas seputar kisah-kisah Al Quran, dan membandingkannya dengan kisah-kisah yang dimuat kitab perjanjian lama dan baru.
Ia mengatakan, Tuhan di dalam Al Quran menjelaskan sejumlah peristiwa yang terkait langsung dengan realitas hakiki kehidupan manusia, dan aturan hidup manusia sepanjang sejarahnya, sehingga dengan cara ini lembaran-lembaran kebaikan dan keburukan kaum-kaum terdahulu menjadi jelas bagi generasi selanjutnya, dan generasi baru belajar dari generasi terdahulu, agar mereka tidak mengulang kegagalan dan terhindar dari penyesalan.
Setelah membandingkan kisah-kisah Al Quran dengan kisah-kisah Taurat, Philip mengakui keunggulan Al Quran dan mengatakan, kisah-kisah Al Quran disampaikan untuk mendidik dan mensucikan diri, tidak ada motif pribadi dari penutur kisah, kisah-kisah Al Quran dimaksudkan agar masyarakat belajar sehingga mengetahui bahwa Tuhan terhadap kaum-kaum terdahulu, memberi pahala kepada mereka yang berbuat baik, dan menghukum mereka yang berbuat buruk.