Sayidah Fatimah Maksumah as adalah putri dari Imam Musa al-Kazhim dan kaka dari Imam Ali ar-Ridha as. Ia dikenal sebagai seorang perempuan yang suci, berilmu tinggi, dan hidup zuhud.
Sayidah Fatimah Maksumah as dilahirkan di kota Madinah pada 1 Dzulqaidah 173 Hijriah. Tumbuh di bawah bimbingan orang-orang yang mulia, Sayidah Maksumah tampil sebagai wanita mulia dan agung. Hari ini tanggal 10 Rabiul Akhir adalah hari wafatnya Sayidah Maksumah as. Ia dimakamkan di kota Qum di selatan Provinsi Tehran.
Kompleks Makam Sayidah Maksumah sa di kota Qum hingga kini ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai penjuru dunia. Kota ini juga menjadi pusat pengajaran ilmu-ilmu Islam dan pusat gerakan Revolusi Islam Iran yang akhirnya menang pada tahun 1979.
Semua keutamaan dan kebaikan, serta setiap sifat yang menjadi penghias manusia, dapat ditemukan dalam sirah dan kepribadian para imam maksum as serta orang-orang yang tumbuh di bawah didikan mereka. Semua sifat baik dan akhlak mulia para pemuka agama dapat menjadi pelajaran bagi kita termasuk penghambaan yang tulus dan jauh dari sifat riya’, kedermawanan, kepedulian kepada orang miskin dan anak yatim, memberi tanpa pamrih, mengajarkan ilmu kepada orang lain, menjawab pertanyaan masyarakat dari semua golongan, tidak sombong dan tidak takabbur, rendah diri, memiliki kebesaran jiwa dan kemuliaan, serta ratusan sifat baik lainnya.
Mempelajari sejarah kehidupan dan sirah Ahlul Bait as dapat menjadi sebuah keteladanan bagi umat manusia di semua masa. Sayidah Maksumah as – sama seperti para pendahulunya secara khusus Sayidah Fatimah az-Zahra as – dalam usianya yang singat, telah memberikan pelajaran penghambaan kepada Allah Swt, keteladanan dalam menuntut ilmu, kemuliaan dan rasa malu, partisipasi sosial di masyarakat, dan pembelaan terhadap kebenaran.
Sayidah Fatimah sa berjuang keras dalam menuntut ilmu dan makrifat Islam. Ia tidak menambah dan mengurangi ilmu yang disampaikan oleh ayahnya, saat menyampaikannya kepada masyarakat sampai-sampai ayahnya, Imam Musa al-Kazhim as berkata, “Fidaha Abuha” atau ayahnya menjadi tebusan putri ini, ketika menyaksikan lembaran jawaban putrinya atas pertanyaan-pertanyaan masyarakat.
Sayidah Maksumah as memiliki kecintaan yang sangat besar kepada para anggota keluarganya secara khusus kepada Imam Ali Ridha as. Ikatan kuat kekeluargaan dan kecintaan yang terjalin di antara anggota keluarga Ahlul Bait tampak dengan indah.
Ajaran al-Quran dan keteladanan Rasulullah Saw serta para imam maksum, menitikberatkan pada masalah silaturahim sehingga orang yang memutus hubungannya dengan keluarganya terutama ayah dan ibu, ia akan menjadi orang yang dibenci oleh Tuhan dan dijauhkan dari rahmat-Nya.
Al-Quran dalam beberapa ayat berkata, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak dan kerabat karib…” (QS. An-Nisa, ayat 36) atau “… Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa, ayat 1)
Hubungan dan kecintaan Rasulullah Saw kepada putrinya, Fatimah az-Zahra, kepada Imam Ali dan cucunya, Imam Hasan dan Imam Husein as, hubungan cinta dan kasih sayang antara Fatimah az-Zahra dan suaminya Imam Ali serta anak-anak mereka, dan kecintaan besar Sayidah Zainab as kepada saudaranya terutama Imam Husein as, telah mengukir manifestasi yang indah dari cinta, kasih sayang, dan hubungan silaturahim dalam sejarah.
Hubungan dan kecintaan Sayidah Maksumah kepada saudaranya, Imam Ridha as juga sangat besar. Ia sangat menderita setelah Imam Ridha diasingkan dari kota Madinah ke Marv (kota Mashad di Iran) atas perintah Ma’mun Abbasi. Ia hanya mampu bersabar sekitar satu tahun dari perpisahan yang berat ini. Imam Ridha as juga sangat merindukan adiknya dan diam-diam mengirimkan sepucuk surat kepada Sayidah Maksumah di Madinah melalui seorang kurir. Imam mengundang adiknya untuk datang ke kota Marv.
Setelah menerima surat itu, Sayidah Maksumah as semakin rindu untuk bertemu kakaknya dan ia segera bergegas untuk berangkat ke kota Marv. Namun, ia tidak pernah bersedia melakukan perjalanan jauh jika tidak ditemani oleh para kerabatnya. Oleh karena itu, sejumlah anggota keluarga dan saudara dekatnya ikut menemani Sayidah Maksumah dalam perjalanan ini.
Setelah perjalanan panjang, rombongan Sayidah Maksumah tiba di kota Saveh, pinggiran Tehran. Di gerbang kota ini sudah ada beberapa orang pembenci Ahlul Bait yang ditugaskan oleh Ma’mun untuk menyertai mereka. Rombongan tidak bersedia diperlakukan demikian dan akhirnya terjadi perang antara kedua pihak.
Mereka diserang oleh para loyalis Ma’mun dan kelompok pembenci Ahlul Bait. Sejumlah pengikutnya gugur syahid dalam perang yang tak seimbang ini. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah terpukul batinnya dan jatuh sakit. Atas arahannya, rombongan kemudian menuju ke kota Qum. Ia merasa semakin tidak aman di Saveh dan berkata, “Bawa saya ke kota Qum! Karena saya mendengar dari ayahku berkata bahwa kota Qum merupakan pusat Syiah kami.”
Mendengar itu, rombongan yang masih tersisa membawa Sayidah Maksumah ke kota Qum. Ketika para tokoh kota Qum mendengar berita kedatangan Sayidah Fatimah Maksumah as, mereka segera menuju ke luar kota untuk menyambut kedatangan wanita mulia ini. Tepat tanggal 23 Rabiul Awal 201 H, Sayidah Maksumah bersama rombongan tiba di kota Qum. Ia tinggal di kota Qum hanya 17 hari dan setelah itu meninggal dunia.
Sejarah mencatat, salah satu pembesar Qum bernama Musa Bin Khazraj dengan suka cita menyambut kedatangan Sayidah Maksumah beserta rombongan dan mengundang mereka ke rumahnya. Selama menetap di Qum, para wanita kota ini datang menjenguk Sayidah Maksumah as dan menyampaikan rasa duka kepadanya atas peristiwa yang terjadi di kota Saveh.
Pada hari-hari terakhir masa hidupnya, Sayidah Maksumah as lebih banyak menyibukkan diri bermunajat kepada Allah Swt. Ia yang berniat mengunjugi kota Marv, tidak dapat menemui saudara tercintanya, Imam Ali ar-Ridha as. Mendengar kabar wafatnya Sayidah Maksumah, para pecinta Ahlul Bait berkabung, terlebih bagi Imam Ridha as.
Beberapa sumber sejarah mencatat bahwa Sayidah Maksumah as jatuh sakit setelah diracun di kota Saveh dan ia meninggal dunia dalam usia 28 tahun di Qum.
Mengenai keutamaan Sayidah Maksumah, Imam Jakfar Shadiq as jauh sebelum wanita mulai itu dilahirkan, berkata, “Ketahuilah! Seorang perempuan dari keturunanku yang bernama Fatimah akan dimakamkan di kota Qum. Barang siapa menziarahinya, surga wajib baginya.” Imam Ali Ridha as juga berkata, “Barang siapa menziarahinya, surga wajib baginya.”
Kepribadian luhur Sayidah Maksumah as dihiasi dengan kesucian, rasa malu, sifat mulia, dan ilmu yang tinggi. Ia dikenal sebagai ahli ibadah dan orang yang menghambakan dirinya kepada Allah Swt. Tempat ibadah dan munajatnya di kota Qum sekarang dikenal dengan nama Bait al-Nur.
Sayidah Maksumah memiliki beberapa sebutan mulia seperti, Shadiqah, karena dikenal sebagai seorang yang terpercaya. Selain itu ia dipanggil dengan nama mulia seperti Karimah Ahlul Bait dan Thahirah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Shadiq as. Selain itu, ia juga dijuluki Muhaddatsah yang berarti perawi hadis.