Ali Akbar, Panutan Pemuda Muslim

Rate this item
(0 votes)
Ali Akbar, Panutan Pemuda Muslim

 

Hari ini, kita memperingati kelahiran Ali Akbar, salah seorang manusia mulia dari keluarga suci Ahlul Bait Rasulullah Saw. Ali Akbar dibesarkan dan dididik oleh kakeknya, Imam Ali, dan ayahnya, Imam Husein hingga meraih derajat keilmuan dan makrifat yang tinggi. Hari kelahiran Ali Akbar di Iran dirayakan sebagai Hari Pemuda dan disambut dengan suka cita.

Putra tertua Imam Hussein ini dilahirkan pada 11 Sya'ban 33 Hijriah (653 M) di kota Madinah, dan syahid pada 10 Muharram tahun 61 H (681) dalam peristiwa Asyura di Karbala. Sang ayah menuturkan tentang putranya ini, "Pemuda ini [Ali Akbar] dari sisi fisik, akhlak dan perilakunya mirip dengan Nabi Muhammad Saw dibandingkan orang lain. Oleh karena itu, ketika rindu bertemu Rasulullah kami memandanginya,".

Sheikh Abbas Qumi dalam kitab "Muntahi al-Amal" menulis tentang  karakteristik Ali Akbar. Ulama besar Syiah ini dalam kitabnya menjelaskan, "Beliau pemuda yang tampan rupanya, baik tutur katanya. Dari sisi fisik dan perilaku mirip dengan Rasulullah Saw. Keberanian dan perjuangannya mewarisi kakeknya, Ali bin Abi Thalib. Beliau mengumpulkan seluruh kesempurnaan dan kemuliaan,".

Ali Akbar adalah sebuah cabang dari pohon yang baik dan akar yang suci serta pewaris semua kebaikan keluarga Nabi Saw. Sifat dan perilakunya merupakan sebuah kebanggaan dan teladan untuk pemuda zaman sekarang, setiap orang yang merdeka akan terpanggil untuk meneladani Ali Akbar. Para pembenci sekali pun mengakui kemuliaan pemuda ini.

Muawiyah bahkan mengakui keagungan Ali Akbar, pemuda ksatria yang paling mirip dengan Rasulullah Saw. Dalam sebuah perjamuan di istana bersama orang-orang dekatnya, Muawiyah bertanya, "Siapa orang yang paling layak sebagai pemimpin masyarakat?" "Anda wahai tuan," jawab mereka. Tapi Muawiyah berkata, "Bukan, orang yang paling layak untuk memimpin pemerintah adalah Ali bin Husein bin Ali, kakeknya adalah Rasulullah. Terhimpun dalam dirinya keberanian Bani Hasyim, kedermawanan Bani Umayyah, dan ketampanan Kabilah Tsaqifa."

Lembaran sejarah mencatat peran besar Ali Akbar dalam membela ajaran Islam bersama keluarga Ahlul Bait, terutama ayahnya, Imam Husein. Meskipun usianya tidak lebih dari 28 tahun, tapi peran beliau begitu besar dalam membela ajaran Islam yang diselewengkan oleh penguasa ketika itu. Sebagai pemuda Muslim, Ali Akbar mempertaruhkan seluruh hidupnya demi membela Islam yang diperjuangkan bersama ayahnya, Imam Husein.

Dalam budaya Islam, pemuda merupakan aset yang bernilai dan memiliki kedudukan yang tinggi. Pemuda pantas mendapat penghormatan dan perhatian karena kesucian jiwa, ketulusan, dan keberanian. Berbagai riwayat Ahlul Bait  menyebut pemuda lebih dekat dengan alam malakut dari orang lain dan menurut sabda Rasulullah Saw, "Keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ibadah atas orang tua yang beribadah di masa tuanya, sama seperti keutamaan para nabi atas masyarakat lain."

Para sosiolog menilai pertumbuhan dan kemajuan sebuah masyarakat dari berbagai aspek budaya, sosial, dan ekonomi bergantung pada pemahaman mereka tentang generasi muda dan perhatian mereka terhadap kaum muda. Para sosiolog percaya bahwa jiwa yang lembut dan hati yang masih muda merupakan manifestasi dari semangat dan keceriaan. Jika semangat ini dibarengi dengan akhlak yang mulia dan ketaatan, maka kebahagiaan generasi muda akan hadir dan keselamatan masyarakat juga akan terjamin.

Generasi muda tentu saja ingin mencari sebuah teladan yang baik untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Jika masih ada kontradiksi antara ucapan dan perbuatan pada diri seseorang, maka kaum muda tidak akan percaya padanya dan tidak akan mengikuti pemikiran dan ide orang tersebut.

Dalam sejarah kebangkitan Islam, kita mengenal banyak tokoh dan suri tauladan yang layak dijadikan panutan. Sosok yang lebih bertakwa, lebih bersih, dan lebih sempurna tentu saja memiliki lentera hidayah yang lebih terang untuk generasi muda. Ali Akbar bin Husein adalah salah satu panutan yang abadi untuk hari ini dan masa depan.

Ia adalah pribadi pemberani dan pembela kebenaran, ia adalah pemuda yang mulia, cerdas dan pemaaf dan masih banyak sifat-sifat terpuji lain yang melekat padanya. Sifat-sifat mulianya sudah sangat populer di kalangan teman dan musuh dan bahkan jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi.

Ali Akbar dikenal dermawan, lembut, dan ramah dalam kehidupan sehari-harinya. Ia berkumpul bersama kaum fakir-miskin ketika mereka dipandang sebelah mata oleh orang-orang kaya dan para pecinta dunia. Beliau makan bersama-sama orang miskin dan berbagi kenikmatan dengan mereka. Kematangan pikiran dan kekuatan jiwa membuatnya tidak pernah merasa takut terhadap penguasa.

Putra Imam Husein ini adalah simbol akhlak mulia, rendah hati, keceriaan, dan penuh semangat, dan ia tidak pernah meninggalkan adab terutama di hadapan orang tuanya. Ia telah mengajarkan kaum muda rahasia keabadiaan yaitu berpihak pada kebenaran, berakhlak mulia, dan rendah hati.

Kesantunannya di hadapan sang ayah bukan semata-mata karena ikatan emosional, tapi ia memandang ayahnya sebagai imam dan panutannya. Imam Husein as juga mencintai anaknya bukan hanya selaku ayah, tapi ia adalah seorang pemuda yang mulia, suci, dan bertakwa dan oleh sebab itu, Imam Husein memuliakannya.

Pada tanggal 1 Muharram 61 H, sekelompok penduduk Kufah telah memasang kemah di Qashr Bani Muqatil, tempat persinggahan Imam Husein dalam perjalanan dari Mekah ke Karbala.

Di sana, beliau tertidur sesaat dan ketika terbangun, Imam Husein berkata, “Putraku! Sewaktu aku tertidur seketika aku bermimpi dan mendengarkan langkah kuda. Aku mendengar suara berkata, kaum ini sedang berlari, sementara kematian mengejarnya. Dari ucapan tersebut, aku menyadari bahwa kita sedang bergerak ke arah kematian." Ali Akbar berkata, “Ayahku! Bukankah kita berada di atas kebenaran?" Imam Husein menjawab, “Iya anakku, aku bersumpah dengan Dzat di mana semua makhluk akan kembali ke sisi-Nya.”

Ali Akbar menimpali, “Wahai ayah! Jika kita tegar berada di atas kebenaran, maka aku tidak takut pada kematian.” Mendengar ketegasan putranya, Imam Husein mendoakannya dengan berkata, “Semoga Allah Swt mengaruniakan atasmu kebaikan, betapa engkau anak yang baik untuk ayah."

Keberanian Ali Akbar dan kearifannya dalam beragama serta kematangan dalam berpolitik, termanifestasi selama perjalanan ke Karbala khususnya pada hari Asyura. Ia adalah pemuda pertama dari Bani Hasyim yang meminta izin dari Imam Husein untuk maju ke medan perang. Imam pun memberi izin kepadanya dan ia langsung menuju medan perang.

Perjuangan dan pengorbanan Ali Akbar hingga kini masih relevan dijadikan sebagai teladan para pemuda Muslim di era globalisasi ini. Para pemuda saat ini berada dalam kepungan informasi yang dengan mudah mereka akses. Tidak sedikit dari pemuda Muslim sibuk tenggelam dengan informasi keliru, tidak penting, bahkan menyesatkan di media sosial dan melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga dan bagian dari masyarakat.

Kini saatnya para pemuda meneladani jejak Ali Akbar di hari pemuda ini dengan memperbaiki akhlaknya dan mempersembahkan karya terbaiknya untuk keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.

Imam Khomeini dalam pesannya kepada para pemuda berkata, "Para pemuda harus memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan di masa muda yang memiliki ketulusan batin, fitrah ilahi untuk menyucikan diri, menghilangkan perilaku buruk dan mencerabut kelaliman dari hatinya. Sebab adanya salah satu dari akhlak buruk dan tercela akan menjadi bahaya besar bagi kebahagiaannya,".

Read 635 times