Setelah ditikam Ibnu Muljam saat solat di masjid Kufah (Irak) pada dini hari 19 Ramadhan 40 Hijriah , berikut di antara wasiat Khalifah Ali: “Perjuangkan kebenaran. Perangi para penindas, dan bantulah yang didzalimi. Jaga persatuan. (Bersatu kembali di atas perbedaan yang ada lebih berharga ketimbang semua solat dan semua jenis puasa –reconciliation of your differences is more worthy than all prayers and all fasting). Beri makan anak-anak yatim. Jaga hubungan baik dengan tetanggamu. Nabi saw berkali-kali mengingatkan soal tetangga, sehingga seolah-olah mereka itu berhak mendapatkan warisan.”
Dan seterusnya, silakan baca pesan-pesan wasiat beliau di bawah… Tentang saat-saat terakhir kehidupan Khalifah Ali silakan klik ‘Imam yang Syahid di Mihrab” ini.
Imam Ali‘s (AS) last will to his sons Imam Hasan (AS) and Imam Hussain (AS) after the attempt on his life by a stab from Ibn Muljam:
Jadilah seperti lebah madu: semua yang dimakannya bersih, segala yang dihasilkannya manis, dan ranting pohon yang didudukinya tidak patah. (Imam Ali as).
Wasiat terakhir Khalifah IV Ali bin Abithalib (as) kepada kedua putranya Hasan dan Husain setelah beliau ditikam (di Masjid Kufah) oleh Ibn Muljam:
Nasihatku untuk kalian, selalu ingatlah kepada Allah dan jaga agamamu sebaik-baiknya. Jangan mengejar dunia, dan jangan sampai tergoda olehnya. Jangan menyesali apa pun yang kau luput daripadanya (tidak memperolehnya). Perjuangkan kebenaran; dan beramal-lah untuk akhirat. Lawanlah para penindas (orang dzalim), dan bela mereka yang tertindas (terdzalimi).
Aku nasihatkan kepadamu, semua anak-anakku, keluargaku, dan siapa saja yang menerima pesan ini, ingat (bertakwa)-lah selalu kepada Allah; hilangkan semua perbedaan, dan jagalah selalu tali persatuan (ukhuwah). Aku pernah mendengar kakek kalian (Nabi saw) berkata: “Menyambungkan perbedaan (silaturahim) lebih tinggi nilainya daripada semua solat dan segala (jenis) puasa.”
Tulisan ini awalnya ditayangkan pada 7 Januari 2013.
Takutlah pada Allah dalam urusan anak yatim. Berikan makanan mereka dan jangan lupa kebutuhan mereka di tengah-tengah urusanmu sendiri.
Takutlah pada Allah dalam urusan dengan tetangga kalian. Nabi saw sering menasihati kalian soal ini, sedemikian seriusnya sehingga kami berpikir beliau (saw) akan mewajibkan pemberian warisan kepada tetangga.
Selalu jaga kedekatanmu dengan Al Quran. Jangan sampai ada seorang pun lebih dari kalian dalam keseriusan (kekhusyukan) dalam perkara ini, atau lebih ikhlas dalam penerapan (ayat-ayat)-Nya.
Bertakwalah kepada Allah dalam urusan solat. Solat itu tiang agama kalian.
Bertakwalah kepada Allah dalam kaitannya dengan haji (baitullah); jangan meninggalkannya selama Engkau hidup. Jika kalian sampai meninggalkannya, berarti kalian kehilangan kemuliaan diri.
Selalu bersungguh-sungguh (berjihad) di jalan (demi) Allah, dengan harta, jiwa dan lidah kalian.
Tetaplah menjaga komunikasi (saling bertegur-sapa) dan saling bertukar pendapat sesama kalian. Hati-hatilah kalian (jangan sampai) berpecah belah. Jangan pernah berhenti mengingatkan kepada kebaikan (amr ma’ruf) dan melarang kejahatan (nahi munkar). Kalau sampai kalian lupakan itu, maka yang terburuk dari kalian-lah yang akan menjadi pemimpin kalian, dan kalian tidak akan dihiraukan Allah.
Wahai anak-anak Abdul Muttalib (maksudnya kakek mereka), jangan sampai menumpahkan darah Muslimin dengan alasan (bahwa): ‘Imam (maksudnya Ali bin Abithalib sendiri) telah dibunuh. Hanya pembunuhku saja yang mesti dibalas sampai mati.’
Jika aku meninggal akibat tikaman ini, qisos-lah dia (Bin Muljam) dengan pukulan yang serupa (setimpal dengan tikaman yang membunuh Ali; artinya tetap berlaku adil). Jangan mencincangnya. Aku pernah mendengar Nabi saw, berkata: “Jangan lakukan pencincangan bahkan kepada seekor anjing (pemburu kelinci) sekali pun.”
Nasihat Ali bin Abithalib ra: Penyakitmu datang dari dirimu sendiri, tapi engkau tidak menyadarinya; dan obatnya pun ada dalam dirimu, namun engkau tidak menengarainya. Engkau menganggap dirimu hanya setitik debu, padahal dalam dirimu bersemayam seluruh alam semesta… dst