Imam Hasan Askari, Hujjah Tuhan ke-11

Rate this item
(0 votes)
Imam Hasan Askari, Hujjah Tuhan ke-11

 

Momen penting dalam kehidupan Imam Hasan Askari as adalah kelahiran putra beliau. Berita gembira sampai ke telinga masyarakat bahwa orang yang akan membebaskan dunia dari penindasan dan ketidakadilan adalah putra Imam Askari tersebut. Ia tidak lain adalah juru selamat umat manusia yang kebangkitannya akan menghapus penindasan di muka bumi. Oleh karena itu, Dinasti Abbasiah mencemaskan kelahiran putra Imam Askari itu.

Imamah dalam terminologi Islam adalah kelanjutan risalah kenabian Nabi Muhammad Saw. Maka tidak diragukan dengan mengikuti ajaran agung ini, umat Islam akan terlindung dari berbagai bahaya dan ancaman, sehingga bisa mengelola urusannya dengan baik. Karena itu pula atas dasar hikmah-Nya dan kebutuhan manusia akan pemimpin, Allah Swt mengangkat para Imam sebagai hujjah-Nya di muka bumi. Hujjah secara etimologi bermakna bukti, dalil atau argumen. Al Quran, akal, nabi dan para penggantinya, begitu juga ulama yang membimbing masyarakat, adalah hujjah Tuhan bagi manusia.

Imam Ali as berkata, bumi tidak akan pernah kosong dari hujjah Tuhan, baik yang kasatmata dan dikenal, maupun yang tersembunyi dari pandangan manusia. Rahasia Ilahi diserahkan kepada mereka dan barangsiapa yang berada dalam lindungannya, maka ia berdiri di jalan kebenaran. Mereka adalah khazanah ilmu Ilahi dan penjaga agama-Nya. Mereka layaknya gunung yang menjulang tinggi sehingga Islam kokoh karena keberadaannya.    

Hari ini di tahun 232 Hijriah, di kota Madinah, Imam Hasan Askari as terlahir ke dunia. Di masa kanak-kanak atas paksaan Khalifah Bani Abbas, ia bersama ayahnya Imam Hadi as harus meninggalkan Madinah dan tinggal di kota Samarra, pusat kekuasaan Dinasti Abbasiah kala itu. Meski hidup tidak lebih dari 28 tahun, namun Imam Askari banyak mewariskan ajaran luhur Islam.

Dalam riwayat disebutkan bahwa Imam Askari memiliki perangai yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Beliau memiliki daya tarik akhlak yang begitu kuat sehingga setiap orang yang melihat wajahnya akan terpengaruh. Sejarah mencatat ada orang-orang yang menjauhi Imam Askari karena tidak mengenalnya, namun setelah bertemu dengan beliau, berubah total dan menjadi sahabat setia beliau. Di antaranya cerita tentang dua petugas penjara paling bengis yang ditugaskan untuk menyiksa Imam Askari. Ketika Imam Askari berada dalam penjara Khalifah Abbasi, para tahanan terpengaruh perkataan Imam karena sering bertemu dengan beliau dan mengalami perubahan yang luar biasa dalam dirinya.  

Masa kepemimpinan Imam Askari berlangsung sekitar enam tahun dan sebagian besar waktunya dihabiskan dalam pengasingan dan penjara. Imam Askari hidup sezaman dengan tiga khalifah Bani Abbas, Mu'taz, Muhtadi dan Mu'tamid. Di masa tirani Bani Abbas yang begitu keras, Imam Askari punya sangat sedikit kesempatan untuk membuka kelas atau diskusi. Beliau bahkan sangat kesulitan untuk berhubungan langsung dengan masyarakat atau para pencari kebenaran. Oleh karena itu Imam Askari menggunakan berbagai metode, terutama lewat surat menyurat, untuk menjelaskan ajaran Islam.

Ali bin Muhammad Al Maliki yang lebih dikenal dengan Ibnu Shabag, salah satu intelektual terkemuka Islam terkait Imam Askari berkata, dia satu-satunya di masanya, tidak ada yang mampu menandinginya. Dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaannya, ia menyelesaikan satu persatu permasalahan masyarakat. Begitu juga dengan kekuatan pemikirannya, ia mengungkap kebenaran. Para sejarawan sepakat bahwa Imam Askari adalah mata air pengetahuan dan makrifat Ilahi. Beliau adalah orang paling berpengetahuan di zamannya. Ilmu beliau di berbagai bidang, baik ilmu aqli maupun naqli, tidak ada bandingannya.

Masa keimamahan Imam Askari termasuk masa paling penuh kekacauan di tubuh pemerintahan Bani Abbas. Ketidakcakapan khalifah dan pertikaian di antara pejabat istana, ketikdapuasan masyarakat dan kebangkitan berkelanjutan serta menyebarnya pemikiran menyimpang, di antara faktor gejolak politik dan sosial di masa itu. Para penguasa menjajah masyarakat dan membangun istana-istana mewah dan megah dengan uang rakyat, dan sama sekali tidak mempedulikan penderitaan mereka.

Imam Askari meski berada dalam lingkaran penjagaan ketat penguasa Abbasi, kekacauan situasi sosial dan pendeknya masa keimamahan beliau, namun berhasil mendidik sejumlah murid unggul yang masing-masing memberikan sumbangan berharga dalam penyebaran budaya dan ajaran hakiki Islam. Jumlah murid beliau mencapai lebih dari ratusan orang termasuk beberapa murid unggul. Di masa Imam Askari, kota-kota dan daerah seperti Kuffah, Baghdad, Nesyabur, Qom, Khorasan, Yaman, Rey, Azerbaijan dan Samarra adalah pusat-pusat konsentrasi penting Syiah kala itu.

Dalam menyebarkan budaya Syiah dan ilmu pengetahuan, Imam Askari menulis banyak surat untuk masyarakat seperti surat beliau untuk Syiah di Qom dan Nesyabur. Imam Askari juga menulis sejumlah buku untuk menyebarluaskan ajaran Islam dan menjaga benteng akidah. Salah satunya adalah tafsir sebagian surat Al Quran. Buku lain yang ditulis Imam Askari mencakup fikih dan seputar masalah halal haram. Beliau selalu memberikan apresiasi tinggi kepada para penulis dan pembuat karya ilmiah yang menyebabkan tersebarluasnya ilmu pengetahuan dan tumbuhnya kesadaran di tengah masyarakat.

Para penguasa Bani Abbas merasa cemas dengan kelahiran putra Imam Hasan Askari karena mereka mendengar hadis-hadis tentang kelahiran Juru Selamat dunia itu. Hadis-hadis yang menyebutkan bahwa pengganti Nabi Muhammad Saw berjumlah 12 orang dan semuanya berasal dari Quraysh, banyak ditulis dalam sumber-sumber hadis Ahlu Sunnah. Begitu juga kalimat seperti Mahdi dari Quraysh atau Mahdi salah satu putra Fathimah, dijelaskan di banyak sumber hadis terpercaya Ahlu Sunnah.

Oleh karena itu, para penguasa Bani Abbas, mengontrol pergerakan Imam Askari dengan penuh kekhawatiran. Pasalnya, mereka mengetahui dengan baik bahwa Imam Askari adalah pengganti Nabi ke-11 dan itu berarti pertanda bahwa janji kemunculan Juru Selamat akan segera tiba.

Penjagaan Bani Abbas terhadap Imam Askari begitu ketat sampai-sampai mereka menetapkan jadwal khusus yang mengharuskan beliau hadir di pusat pemerintahan Bani Abbas di hari-hari yang telah ditentukan setiap pekan. Namun upaya keras Bani Abbas tidak mampu membendung kehendak Allah Swt dan Imam Mahdi af putra Imam Hasan Askari akhirnya terlahir ke dunia.

Imam Askari merahasiakan kelahiran putranya. Hal itu dilakukan agar musuh yang ingin membunuh beliau tidak mengetahuinya. Namun Imam Askari memberitahu sejumlah orang tertentu yang menjadi kepercayaannya terkait kelahiran Imam Mahdi, bahkan menunjukkan kepada sebagian mereka, sehingga masyarakat tidak akan kebingungan mengenal Imam Zamannya selepas kepergiannya.

Pasca kesyahidan Imam Askari, para sahabat sepakat bahwa Imam Mahdi adalah pengganti Imam terdahulu yang telah ditetapkan Allah Swt. Satu lagi langkah terukur Imam Askari adalah membangun kesiapan masyarakat untuk menyambut masa keghaiban, karena ghaibnya Imam Mahdi adalah masalah yang tidak biasa dan memerlukan persiapan. Sebelum masa keghaiban, para pengikut dan sahabat Ahlul Bait as bisa bertemu langsung dengan Imam dan menyampaikan permasalahan serta pertanyaan mereka.

Tibanya masa keghaiban membuat masyarakat yang terbiasa berhubungan langsung dengan Imam Zaman mereka, berada pada situasi sulit yang tidak memungkinkan untuk bertemu langsung dengan Imamnya. Imam Askari harus mempersiapkan masyarakat menghadapi masa keghaiban, maka dari itu beliau mendidik sejumlah sahabat yang kelak ditugasi memikul tanggung jawab di masa keghaiban Imam Mahdi.

Imam Askari menganjurkan agar masyarakat menemui para fakih dan periwayat hadis Ahlul Bait as dan memperoleh penjelasan tentang ajaran hakiki Islam. Hadis Imam Mahdi ini contohnya, fakih yang menjaga diri dan kesuciannya serta menjaga agamanya, memerangi hawa nafsunya dan mematuhi perintah Allah Swt, maka masyarakat awam harus mengikuti dan bertaklid kepada mereka.

Salah satu karakteristik menonjol Imam Askari adalah tidak pernah tunduk pada penguasa zalim dan tekad kuat beliau untuk menyebarluaskan pemikiran dan ajaran hakiki Islam. Mu'tamid Abbasi, salah satu khalifah Bani Abbas mengakui kapasitas spiritual dan keilmuan Imam Askari. Ia menyaksikan sendiri bagaimana masyarakat mendahulukan Imam Askari dari orang lain.

Ia merasa berlanjutnya aktivitas Imam Askari dapat memperlemah fondasi pemerintahannya. Oleh karena itu, Mu'tamid memutuskan untuk membunuh Imam di saat beliau masih berusia 28 tahun. Lebih dari itu karena dari Imam Askari akan lahir seorang Juru Selamat yang akan membebaskan dunia dari penindasan dan memenuhinya dengan keadilan.

Imam Hasan Askari berkata, kami adalah perlindungan bagi orang-orang yang berlindung kepada kami dan cahaya bagi orang-orang yang mendambakan kesadaran dari kami. Orang-orang yang mencintai kami Ahlul Bait akan bersama kami di surga yang paling tinggi.

Read 221 times