Imam Ali as dan Tata Kelola Pemerintahan

Rate this item
(0 votes)

Salah satu tantangan besar yang dihadapi manusia modern adalah metode para pemimpin dan penguasa dalam mengelola pemerintahan dan negara. Kebanyakan penindasan, perilaku tirani, dan perampasan hak-hak rakyat bersumber dari tata kelola pemerintahan yang salah dan penyimpangan para penguasa. Masalah pemerintahan sejak dulu telah menjadi perhatian serius para filosof seperti, Plato dan Aristoteles serta para pemikir setelah mereka. Para filosof menekankan nilai-nilai moral dan keadilan dalam mengelola pemerintahan serta menyarankan para penguasa untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka.

Namun setelah munculnya berbagai mazhab pemikiran dan teori-teori tentang sistem pemerintahan, manusia modern justru menyaksikan berbagai kasus penyimpangan moral dalam mengatur negara dan juga penyalahgunaan kekuasaan di negara-negara dunia. Dengan memperhatikan sejarah tata kelola pemerintahan di berbagai belahan dunia, sistem pemerintahan Imam Ali as dan nasehat-nasehat cemerlang beliau kepada para penguasa merupakan salah satu contoh ideal dalam mengelola negara.

Salah satu karakteristik terpenting Imam Ali as adalah komitmennya membentuk masyarakat yang berkeadilan. Pandangan Imam Ali as terhadap pemerintahan sangat berbeda kontras dengan sikap para politisi yang haus kekuasaan. Metode politik dan pemerintahan Imam Ali as berpijak pada prinsip-prinsip yang mendorong masyarakat untuk mencapai kesempurnaan secara material dan spiritual. Dalam pandangan beliau, kezaliman dan ketidakadilan menghalangi manusia mencapai kesempurnaan dan tujuan penciptaan.

Prinsip pemerintahan Imam Ali as adalah poros ketuhanan. Beliau memandang pemerintahan sebagai sebuah amanah dari Tuhan dan kesempatan untuk mengabdi kepada makhluk-makhluk Allah Swt. Imam Ali as senantiasa melarang para bawahannya untuk mengejar kekuasaan dan merampas hak-hak masyarakat serta mengingatkan bahwa Tuhan selalu mengawasi perilaku manusia dalam setiap keadaan.

Imam Ali as menilai faktor utama keterbelakangan dan keruntuhan masyarakat adalah sikap mengabaikan hukum-hukum Tuhan, perilaku zalim, dan ketidakadilan. Beliau pada masa pemerintahannya sangat teliti dalam mengangkat para pegawai dan pembantunya. Imam Ali as memilih orang-orang yang kuat, layak, dan kredibel sebagai pembantunya untuk ditempatkan di berbagai kota. Mengenai urgensi keadilan, Imam Ali as berkata, keadilan adalah salah satu prinsip yang harus berdiri tegak di alam semesta. Beliau juga menuturkan, tidak ada yang menyamai keadilan, karena prinsip itulah yang menyebabkan kota-kota menjadi makmur. Menurutnya, keadilan bukan memperindah iman, tapi bagian dari prinsip keimanan sendiri.

Salah satu sumber terpenting untuk mengenal pemikiran politik Imam Ali as terkait pemerintahan adalah surat beliau kepada Malik al-Asytar ketika diangkat menjadi gubernur di Mesir. Surat itu berisi pesan-pesan dan petunjuk yang sangat bersejarah, mengandung banyak sekali hal yang patut diperhatikan terutama oleh para pemegang kekuasaan di tengah masyarakat. Dalam pesan tertulis ini, Amirul Mukminin sangat menekankan pendidikan dan pembinaan mental dan akhlak para penguasa, sebab kelayakan para pelaksana undang-undang lebih penting dari undang-undang itu sendiri.

Pada kalimat pembuka suratnya itu, Imam Ali as menyebut dirinya sebagai hamba Allah Swt. Beliau berkata, "Ini adalah pesan seorang hamba Allah, Ali bin Abi Thalib kepada Malik al-Asytar..." Dengan menyatakan diri sebagai hamba Allah Swt, Imam Ali as mengingatkan bahwa penulis pesan ini adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah Swt yang selalu mentaati perintah-perintah-Nya dan menjadikan penghambaan kepada Tuhan sebagai jalan hidupnya. Imam Ali as memegang tampuk kekuasaan untuk mewujudkan keadilan di tengah masyarakat dan memenuhi hak mereka. Di mata beliau, kinerja terpenting pemerintahan adalah menciptakan keadilan. Dengan kata lain, keadilan adalah inti politik Imam Ali as.

Dalam surat politiknya itu Imam Ali as menulis, "Jangan sekali-kali engkau mengira bahwa kekuasaan yang telah diserahkan kepadamu itu adalah hasil buruan yang jatuh ke tanganmu. Itu adalah amanah yang diletakkan ke pundakmu. Pihak yang di atasmu mengharapkan engkau dapat menjaga dan melindungi hak-hak rakyat. Maka janganlah engkau berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat." Sudah barang tentu masyarakat tidak akan mendukung para pemimpin jika mereka tidak dikenal sebagai pengemban amanah, dan akibatnya dasar-dasar kepemerintahan akan rapuh.

Imam Ali as sangat menekankan perlunya orang-orang yang sesuai untuk menangani segala urusan kepemerintahan. Sebuah pemerintahan akan kacau, sekalipun memiliki undang-undang yang jelas dan tepat, jika pelaksananya adalah orang-orang yang tidak kompeten dan oportunis. Imam Ali as kepada Malik al-Asytar menulis, "Pikirlah baik-baik terlebih dahulu untuk memilih seseorang sebagai penanggung jawab. Angkatlah dia setelah ia siap untuk bekerja dan janganlah engkau angkat mereka hanya dengan kehendakmu sendiri tanpa bermusyawarah dengannya, karena ini adalah perbuatan khianat."

Bagian lain dari surat Imam Ali as itu berbicara tentang kriteria dan tanggung jawab penguasa. Imam Ali as menulis, "Ketahuilah wahai Malik! Bahwa aku telah mengutusmu ke suatu daerah, di mana sebelumnya pernah dipimpin oleh penguasa-penguasa, yang adil maupun yang zalim. Sekarang, rakyat akan memperhatikan tindakan-tindakanmu, sebagaimana engkau telah memperhatikan tindakan-tindakan para penguasa sebelummu. Dan, mereka (rakyat) akan menilaimu sebagaimana engkau pernah menilai mereka (para penguasa)... Sesungguhnya orang bijak diketahui dengan nama baik yang Allah tebarkan untuk mereka melalui lisan hamba-hamba-Nya. Maka itu, jadikanlah amal saleh sebagai koleksi yang terbaik. Untuk itu, kuasailah hawa nafsumu dan sayangilah dirimu dari melakukan apa yang diharamkan atas engkau, karena menyayangi diri berarti menyeimbangkan diri di antara apa yang disukainya dan apa yang dibencinya."

Imam Ali as juga mengingatkan bagaimana para penguasa harus menjalankan roda pemerintahannya. Beliau berkata, "Hendaknya jalan yang paling engkau sukai ialah jalan yang paling tengah dalam kebenaran, yang paling merata dalam keadilan, dan yang paling mengakomodir kehendak rakyat banyak... Bersihkanlah ganjalan segala dengki terhadap rakyat, putuskanlah akar setiap permusuhan dari dirimu. Janganlah lengah dari apa yang tidak nampak bagimu, jangan pula cepat menerima hasutan provokator, karena provokator itu adalah penipu, walau ia nampak sebagai orang yang bermaksud baik."

Imam Ali as mengubah sistem pemikiran dan budaya publik serta mereformasi struktur pemerintahan dan para pejabatnya dalam rangka mewujudkan keadilan di tengah masyarakat. Beliau menghidupkan kembali nilai-nilai agama dan menghilangkan jurang sosial dan diskriminasi. Untuk menghilangkan diskriminasi, Ali menerapkan persamaan di berbagai bidang. Kepada para hakim, Imam Ali berkata, "Kalian berlaku adillah dalam memutuskan sebuah perkara. Perlakukan setiap orang sama di hadapan hukum, sehingga orang-orang terdekatmu tidak rakus dan musuh kalian tidak putus asa terhadap keadilanmu."

Mengenai perlakuan negara terhadap kaum lemah dan miskin, Imam Ali as berkata, "Hati-hatilah! Takutlah kepada Allah tentang ihwal kaum miskin yang tidak mempunyai cukup usaha, yang tak punya dan tak berdaya. Di antara mereka terdapat orang yang menanggung sengsaranya secara diam-diam, dan orang-orang yang mengemis. Lindungilah hak-hak mereka, sebagaimana Allah yang telah menuntut engkau untuk melindungi mereka. Untuk mereka sisakan bagian dari anggaran negara (baitul mal), dan bagian dari hasil bumi dan pertanian yang diperoleh sebagai zakat di setiap area, karena di dalamnya -yang jauh maupun yang dekat- mereka mempunyai bagian yang sama."

Kebanyakan para pemimpin dan politisi dunia seringkali tidak pernah mengindahkan prinsip-prinsip moral dalam mengendalikan urusan pemerintahan. Mereka menggunakan segala cara dengan berbohong, menipu maupun cara lainnya untuk mencapai tujuan. Namun sebaliknya Imam Ali as sangat memperhatikan prinsip moral dalam urusan pemerintahannya. Beliau tidak pernah melepaskan prinsip-prinsip moral itu. Imam Ali as tidak pernah berpikir untuk melakukan penyelewengan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Beliau bersikap jujur dan menjauhi segala bentuk penipuan terhadap masyarakat awam.

Sikap terpuji lainnya Imam Ali as adalah hidup sederhana dan tawadhu. Mengenai kehidupannya, Ali menuturkan sendiri, "Janganlah kalian bersikap denganku seperti menghadapi raja-raja yang angkuh...jangan mengira aku sulit menerima kebenaran yang kalian ucapkan."

Read 1992 times