Media Televisi dan Konflik Sektarian

Rate this item
(0 votes)

Politik "pecah dahulu, kemudian kuasai" merupakan bagian dari kebijakan Inggris di era imperialis untuk mencapai ambisi-ambisi ilegal mereka. Strategi itu sampai sekarang masih berlaku demi mempertahankan dan memperluas pengaruh Barat di dunia Muslim. Proyek menyulut pertikaian antara Sunni dan Syiah merupakan sebuah kebijakan permanen yang dijalankan selama bertahun-tahun oleh kaum arogan dunia. Musuh-musuh Islam mengobarkan bara konflik di tengah kaum Muslim dengan membesar-besarkan dimensi perbedaan antara mazhab-mazhab Islam dan mengabaikan poin persamaan mereka.

 

Tragisnya, sekelompok Muslim yang termakan hasutan musuh telah menjadi alat kepentingan kaum arogan dan melakukan tindakan yang sejalan dengan ambisi-ambisi musuh yaitu, memecah persatuan dan solidaritas umat Islam. Contoh nyata kasus ini adalah perilaku para pengelola televisi-televisi satelit dan parabola yang sekilas terlihat religius, tapi pada dasarnya mereka mengkampanyekan perselisihan di tengah umat Islam. Sejumlah dokumen rahasia menunjukkan bahwa beberapa televisi satelit tersebut dioperasikan dengan menerima suntikan dana dari pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Arab Saudi.

 

Para operator jaringan televisi yang berbau agamis itu menargetkan individu-individu Muslim yang fanatik buta, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah. Tentu saja, kelompok Wahabi memanfaatkan peluang itu dengan maksimal dan menyebarluaskan ajaran sesat mereka sebagai akidah Ahlu Sunnah. Misi jaringan televisi tersebut tidak lain kecuali menghina mazhab-mazhab Islam dan melecehkan ajaran-ajaran mereka serta menyebarluaskan ucapan-ucapan tendensius. Sebagai contoh, televisi satelit "Ahlul Bayt" – yang mengklaim mengikuti mazhab Syiah – mengkampanyekan perpecahan dan melecehkan akidah Ahlu Sunnah serta berusaha mempopulerkan hadis-hadis yang berbau perpecahan.

 

Televisi "Ahlul Bayt" menentang keras Republik Islam Iran dan menghina para marja' besar Syiah seperti, Imam Khomeini ra dan Ayatullah Sayid Ali Khamenei, sebagai penyeru persatuan di dunia Islam. Direktur dan pengelola televisi itu dipimpin oleh seorang pemuda yang minim pengetahuan. Ia ingin memperlemah posisi para pemimpin umat Islam dengan menghina dan melecehkan mereka. Dalam aksi penyamarannya, ia bahkan menghina beberapa sahabat Nabi Saw dan istri-istri beliau. Menariknya, jaringan televisi tersebut tidak hanya disiarkan langsung dari Amerika Serikat, tapi juga dibiayai oleh pemerintah setempat.

 

Di Amerika, ada undang-undang yang mengatur tentang kegiatan jaringan televisi satelit. Aturan itu menyebutkan bahwa sebuah jaringan televisi jika melakukan pelecehan terkecil terhadap sakralitas sebuah mazhab atau pemikiran atau kelompok sosial, maka jaringan televisi itu akan ditutup dan izin pengoperasiannya dibatalkan. Sekarang pertanyaannya adalah mengapa jaringan televisi "Ahlul Bayt" yang sepenuhnya menyebarluaskan kebencian, tidak ditutup? Jawabannya sangat jelas, mengingat pemerintah Washington adalah pendukung utama terhadap mereka yang memantik perpecahan di tengah umat Islam atau membenci Republik Islam Iran.

 

Ada juga jaringan televisi lain yang lebih fanatik dalam menciptakan pertikaian umat Islam, yaitu "Kalima TV" yang secara bohong mengklaim sebagai pengusung panji Ahlu Sunnah, tapi faktanya adalah milik Wahabi. Penelusuran di situs Kalima TV, membuktikan bahwa televisi tersebut tidak memiliki misi lain kecuali memperlebar perpecahan di antara mazhab-mazhab Islam. Kalima TV beroperasi dengan dana dari rezim Arab Saudi dan dipandu dengan bantuan think tankInggris-Amerika.

 

Di antara tujuan utama Kalima TV adalah memprovokasi para pengikut Ahlu Sunnah untuk kepentingan-kepentingan kelompok Wahabi. Program-program Kalima TV terkenal sangat ekstrim sampai-sampai mereka menolak pandangan setiap cendekiawan yang menentang mereka dan juga tidak mengakui para ulama Ahlu Sunnah yang menyeru persatuan. Kalima TV berusaha maksimal untuk memperkenalkan mazhab Syiah sebagai kelompok sempalan dan ditolak oleh Islam.

 

Para pakar Wahabi di Kalima TV selalu mengandalkan riwayat-riwayat lemah yang terang-terangan ditolak oleh para ulama Syiah. Dan dengan kalimat sinis, mereka mengesankan mazhab para pengikut Ahlul Bait Nabi as sebagai kelompok sempalan.

 

Anggaran tahunan Kalima TV menembus angka tujuh juta dolar, di mana setengah dari itu langsung diambil dari dana lembaga agama Arab Saudi. Dari segi teknis, televisi Al-Arabiya (milik pemerintah Saudi) bertanggung jawab untuk melatih para kru Kalima TV dan merancang beberapa program jaringan televisi itu.

 

Televisi-televisi satelit seperti, Noor TV, Fadak, Wesal Farsi, dan Salam TV, adalah di antara media lain yang memperluas konflik di dunia Islam. Jaringan-jaringan tersebut dikesankan sebagai milik kelompok Syiah dan Sunni. Media-media itu seperti Fadak TV, kebanyakan programnya disiarkan dari luar wilayah negara-negara Islam dan umumnya dari London dan Washington. Untuk mengesankan kedekatan mereka dengan publik, televisi-televisi tersebut mengklaim bahwa biaya pengoperasian mereka diperoleh dari sumbangan umat Islam.

 

Pakar komunikasi IRIB, Marjan Hosseini mengatakan, "Kebanyakan jaringan televisi tersebut tidak menyiarkan iklan, padahal untuk mendapatkan sebuah broadband biasa di satelit Hotbird, televisi harus mengeluarkan 28 ribu dolar setiap bulannya dan ditambah biaya-biaya lain, mereka harus merogoh kocek sekitar 60 ribu dolar setiap bulan. Biaya itu hanya untuk mengirim program ke satelit dan dari satelit ke bumi. Pengeluaran itu tentu saja akan membengkak jika ditambah gaji para kru dan pengawai televisi… lalu dari mana mereka memperoleh dana untuk biaya operasinya? Ini adalah sebuah bukti kuat tentang ketergantungan mereka pada dolar pemerintah AS. Kualitas jaringan-jaringan tersebut terus meningkat meski sedang didera krisis ekonomi, jangkauan siaran mereka juga semakin luas."

 

Saat ini, kebutuhan terhadap persatuan umat Islam khususnya Syiah dan Sunni, semakin mendesak. Sementara musuh-musuh Islam menggunakan jaringan televisi satelit untuk mempermainkan emosi dan perasaan kaum Muslim. Mereka mempertajam perselisihan antara Syiah dan Sunni dengan cara menghina sakralitas sebuah mazhab.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Mereka mengerti bahwa jika mazhab-mazhab Islam saling bertengkar dan terlibat pertikaian, maka rezim Zionis akan menghirup nafas lega… karena dari satu sisi mereka mengerahkan kelompok Takfiri yang tidak hanya mengkafirkan Syiah, tapi juga mengkafirkan banyak kelompok di Ahlu Sunnah. Dari sisi lain, mereka menugaskan antek-anteknya untuk mengumpulkan kayu bakar bagi api fitnah itu, menumpahkan bensin di atas api... sarana komunikasi publik dan media diberikan kepada mereka, di mana? Di AS. di mana? Di Inggris. Ajaran Syiah yang disiarkan dari Washington dan London, tidak akan bermanfaat untuk Syiah."

 

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menambahkan, "Para ulama Syiah, terutama pasca kemenangan Revolusi Islam, semua menekankan persatuan umat Islam dan persaudaraan kaum Muslim satu sama lain. Sementara musuh-musuh Islam menginginkan perpecahan dan pertikaian. Ini adalah sesuatu yang ditolak keras baik oleh Syiah maupun Sunni."

Read 2201 times