Menyorot Lawatan Menlu dan Menhan AS ke Teluk Persia

Rate this item
(0 votes)
Menyorot Lawatan Menlu dan Menhan AS ke Teluk Persia

 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken dan Menteri Pertahanan negara ini, Lloyd Austin Ahad (5/9/2021) sore di kunjungan terpisahnya bertolak ke Teluk Persia untuk bertemu dan berunding dengan pemimpin negara-negara sekutu dan mitranya di kawasan ini.

Kedua pejabat Amerika ini dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin negara kawasan Teluk Persia membahas kemunculan ancaman baru dari Afghanistan.

Keluarnya militer Amerika secara memalukan dari Afghanistan yang menurut klaim Presiden Joe Biden ditujukan untuk melepas negaranya dari keterlibatan di perang yang tak ada akhirnya, menurut perspektif global dan bahkan sekutu Washington sama halnya dengan simbol anjloknya posisi Amerika sebagai kekuatan berpengaruh di dunia.

Kini sekutu Amerika di kawasan termasuk di Teluk Persia mulai meragukan komitmen Washington terhadap janji keamanannya terhadap mitranya.

Oleh karena itu, sepertinya tujuan utama kunjungan menlu dan menhan Amerika ke wilayah ini untuk memberi jaminan kembali kepada sekutu Washington terkait masalah ini bahwa keputusan Biden untuk mengakhiri kehadiran dua dekade militer negara ini di Afghanistan dan lebih fokus pada tantangan keamanan Cina dan Rusia, bukan berarti meninggalkan sekutu dan mitranya di Asia Barat.

Namun begitu diharapkan kedua petinggi Amerika ini, khususnya menlu akan membicarakan isu penerimaan pencari suaka Afghanistan dengan negara-negara seperi Arab Saudi dan juga meminta peran lebih besar Qatar menindaklanjuti krisis Afghanistan.

Amerika Serikat beberapa dekade bercokol di Teluk Persia dengan alasan menjaga keamana sekutunya dan dalam hal ini, pusat komando Armada Kelima AL AS berada di Bahrain.

Biden meski menyebut Cina sebagai prioritas keamanan Amerika, dan mengklaim tengah terlibat konfrontasi dengan tantangan strategis dari Rusia, tapi terkait sampai saat ini belum berbicara mengenai rencana mengakhiri kehadiran pasukan negaranya di kawasan Teluk Persia. Oleh karena itu, sepertinya setelah berakhirnya kehadiran pasukan Amerika di Irak dalam waktu dekat dan juga sejumlah pengurangan di bidang peralatan logistik dan pasukan negara ini di kawasan, Washington masih akan mempertahankan kehadiran pasukannya di Teluk Persia.

Lloyd Austin sebelum bertolak ke Teluk Persia mengatakan bahwa fokus pada ancaman terorisme berarti langkah maksimum terhadap segala bentuk ancaman terhadap rakyat Amerika dari setiap wilayah, bahkan jika Amerika fokus pada tantangan strategis oleh Cina.

Sikap ini sama halnya dengan keinginan Pentagon untuk melanjutkan kehadiran armada lautnya di Teluk Persia serta berlanjutnya aktivitas pangkalan di kawasan ini termasuk pangkalan Amerika di Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab (UEA).

Meski demikian kehadiran militer tidak mampu menjamin keamanan mitra Washington khususnya Arab Saudi dari ancaman rudal dan drone Yaman.

Meski ada jaminan dari petinggi Washington terkait berlanjutnya komitmen Amerika atas janji keamanannya terhadap mitra dan sekutu regionalnya di Asia Barat khususnya di Teluk Persia, namun faktanya adalah kredibilitas Amerika terpukul setelah skandal penarikan pasukan negara ini dari Afghanistan.

Hal ini menimbulkan pukulan telak bagi Amerika di dunia dan memicu keraguan sekutunya akan posisi negara ini. Laman The Hill terkait hal ini menulis, "Jatuhnya Afghanistan akibat keluarnya pasukan Amerika sebuah tragedi yang dapat menimbulkan dampak pahit bagi kredibilitas Washington di tingkat global, khususnya dalam menghadapi Rusia dan Cina. Dengan keluarnya pasukan AS secara memalukan,atau lebih tepatnya, larinya Amerika dari Afghanistan serta pengakuan Biden akan gagalnya tujuan yang diinginkan AS, gambaran negara ini sebagai sebuah kekuatan dunia yang kredibel yang mampu dipercaya untuk memenuhi janjinya, sepenuhnya rusak."

Henry Kissinger, tokoh politik Amerika mengatakan, "Tidak ada langkah strategis yang dapat diakses di dalam waktu dekat, semisalnya dengan membentuk komitmen resmi baru di kawasan lain dapat mengkompensasi kekalahan ini. Kelalaian Amerika di antara sekutunya telah memicu pesimisme, membuat musuh senang dan pada pengamat menjadi kebingungan."

Read 625 times